Chapter 1

1.4K 78 9
                                    

"Selamat pagi, anak-anak" suara lembut itu mengalun indah di telinga kelas XII-A.
"Selamat pagi, Hikari-sensei" serentak semua siswa menyapa balik guru mereka.
"Baiklah, hari ini kita akan melanjutkan kembali materi Biologi kita. Sebelum itu, apa kalian sudah mengerjakan tugas yang Sensei berikan?" Hikari bertanya sambil menyunggingkan senyum lembutnya.
"Sudah Sensei" lagi mereka serentak.
"Bagus, kalian memang anak-anak yang baik. Oke, semua perhatikan ke depan, Sensei akan menjelaskan sedikit materinya" Hikari pun mulai menulis tentang Biologi mengenai sistem genetik.
.
.
.
Drap
Drap
Drap

Suara sepatu boot dengan bahan kulit itu terdengar tegas di telinga kala bersentuhan dengan lantai keramik.

Setiap mata yang melihat dirinya akan memberi hormat padanya dan dibalas dengan anggukan kecil dan senyum tipis.

Cklek
"Ohayou Hashirama-sama" ucap suara lembut namun tegas itu kala ia membuka pintu salah satu ruangan.
"Ohayou mo Mayor Hinata" sapa balik Hashirama.
"Bagaimana kabar Jii-san?" Tanya Hinata berjalan menduduki sofa.
"Seperti yang kau lihat anak manis, aku baik-baik saja" Hashirama tersenyum hangat pada Hinata dan segera bergabung duduk di sofa.
"Bagaimana dengan misimu?" Lanjut Hashirama.
"Berjalan dengan baik. Garda depan sudah kembali stabil" jawab Hinata.
"Baguslah. Kau sudah dapat cuti, kan?" Hashirama menyenderkan tubuhnya ke senderan sofa.
"Uhm" gumam Hinata menetap piagam-piagam yang tersimpan rapi di dalam lemari kaca.
"Jadi, kau berencana berlibur kemana?" Hashirama ikut melihat ke arah lemari kaca itu.
"Entahlah, mungkin aku akan disini saja" asal Hinata.
"Tidak mengunjungi rumah?" Hashirama sedikit terkejut dan mengalihkan perhatiannya pada Hinata.
"Tidak, aku sedang tidak ingin" ucap Hinata malas.
"Ayolah, berkumpul dengan keluarga itu penting. Jarang-jarang kau dapat cuti seperti ini" ucap Hashirama berusaha membujuk.
"Tidak, lagi pula, aku hanya cuti seminggu. Aku lebih baik berlatih disini" senyum lebar Hinata tunjukkan pada Hashirama.
"Terserah padamu sajalah" pasrah Hashirama.
.
.
.
Keesokan harinya di ruang guru.

Seorang siswi terlihat berdiri di depan Hikari dengan pandangan jengah. Ia muak dengan segala ceramah wanita tua itu.
"Sakura-san, jika kau begini terus, melakukan hal-hal yang tidak baik, mau bagaimana jika kau sudah dewasa nanti?" Tanya Hikari menatap mata Sakura.
"....."
"Dengar Sakura-san, Sensei akan mengawasimu mulai sekarang. Sensei tidak peduli dengan orang tuamu sebagai salah satu donatur sekolah ini. Lagi pula, tugas seorang guru adalah mendidik semua siswa di sekolah ini agar menjadi lebih baik. Maka dari itu, Sensei akan mengubahmu dengan cara apa pun" Hikari berucap tegas.
'Sial, wanita tua ini mempermalukan ku di depan semua guru. Lihat saja, kau akan menanggung semua akibatnya karena sudah berani pada seorang Haruno' batin Sakura emosi.
"Jaga pandanganmu, Sakura-san" peringat Hikari kala melihat mata Sakura menatap marah padanya.

Guru-guru yang melihat keberanian Hikari hanya bisa diam, mereka tidak ingin ikut campur dengan salah satu anak donatur sekolah mereka. Bisa-bisa, mereka mati dengan tidak tenang.  Mereka juga sering mengatai Hikari karena terlalu berani pada Haruno itu.

Setelah selesai berbicara, Sakura pergi meninggalkan ruang guru dengan emosi yang meluap-luap. Tidak lama kemudian, ia mengambil handphonenya dari dalam saku dan menghubungi seseorang.

Setelah menghubungi orang itu, seringai jahat terbit di wajahnya yang cantik.
.
.
.
Hinata mengikat tinggi rambut panjangnya di ruang gym yang ada di markas.

(Disini author buat semua cewek di militer itu bebas punya rambut panjang atau enggak ya. Jadi, jangan protes hahaha🤣🤣).

Ia membuka jacket yang ia kenakan dan menggantungkannya di gantungan baju dan terlihatlah tubuhnya yang proporsional berbalut yukensi hitam ketat membentuk tubuhnya dan celana pendek hitam sebatas paha.

Ia berjalan mendekati salah sebuah sansak berukuran besar. Sebelum ia memulai latihannya, ia melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Bugh
Bugh
Buagh
Traanngg

Suara pukulan pada sansak itu terdengar keras, pukulannya yang kuat, mampu membuat sansak itu mengayun ke belakang dan menghasilkan bunyi gemerincing dari rantai yang menahan sansak itu.

Puas bertarung dengan sansak, ia beralih pada Barbel, Treadmill, Mesin eliptis dan pijakan tangga, Rowing maching, Smith machine, Cable machine, Squat rack, dan banyak lagi.

Keringat membanjiri kulit putih porselennya tidak ia pedulikan sama sekali.
"Huh...." Hinata meniup udara setelah selesai berlatih.

Rambutnya yang lepek membuat ia terlihat lebih seksi dengan bikiran keringat yang bercucuran.

Puas dengan latihannya, ia segera pergi dari tempat itu dan bersiap untuk mandi.
.
.
.
Hikari menutup ruang guru.
"Akhirnya hari ini selesai juga" ucapnya melangkah untuk meninggalkan sekolah.

Saat akan akan keluar dari pintu sekolah, tiba-tiba

Syuuuuttt
Jleb
Bruk
"Aaahhkk" Hikari membungkuk dan jatuh terduduk di lantai sambil memegang perutnya yang tertusuk.
"K-k-kau- KYAAA L-LEPASKAN AKU AHK" teriak Hikari.

Namun, pria dengan wajah yang tertup masker tidak peduli dan menariknya masuk ke dalam sekolah menuju atap.

Sesampainya di atap, kesadaran Hikari perlahan mulai menghilang.

Buagh
Bruk

Kaki pria itu menendang perut Hikari dengan kuat hingga membentur pembatas dinding atap.
"Uughh" lenguhan rasa sakit itu terdengar menyakitkan. Darah terus mengalir dari perut dan mulutnya.
"Hi....na....ta.... hah...." Bisik Hikari hingga akhirnya ia meniup napas terakhirnya.

Tidak puas dengan kematian seperti itu, pria itu berjalan mendekati Hikari dan mengangkatnya. Lalu, ia menjatuhkan Hikari dari atap, tepatnya dari lantai 3.

Bruk

Debuman keras itu terasa menggema di lingkungan sekolah. Terlihat darah mengalir deras dari kepala Hikari yang sudah tidak bernyawa.

Dari atas atap, pria itu menyeringai di balik maskernya.
"Itulah hukuman untuk orang yang mengganggu Haruno" gumamnya berlalu pergi.
.
.
.
.
.
.
.
KYAAAAAAAA

Pagi itu, teriakan semua siswa beserta guru memenuhi sekolah.

Terkejut

Mereka terkejut melihat mayat guru mereka, guru yang terkenal dengan kebaikan dan kelembutannya pada semua siswa.

Mayat Hikari tergeletak di lapangan sekolah dengan darah yang menggenang dan hampir mengering.

Tidak lama kemudian, aparat kepolisian datang ke KHS untuk menangani kasus ini.

Hari itu juga, sekolah tidak berjalan dengan baik dengan semestinya. Semua dalam keadaan tidak stabil.

Segala pertanyaan terbit di kepala mereka. Siapa pelaku yang tega membunuh guru sebaik Hyuga Hikari?
.
.
.
.
Pada hari itu juga....

TRAK
"Hah.... hah.... KYAAAAAAAAAA" Hinata yang tadi sedang berbincang dengan juniornya sambil memegang senapan langsung terkejut dan menjatuhkan senapannya.

Kabar buruk itu disampaikan langsung oleh Hashirama dengan berat hati.
"KAA-SAAAANN HUAAAA HIKS..... HIKS...." teriakan Hinata dan tangisnya membuat semua yang melihat dan mendengar berita itu memandang sedih dan pilu pada Hinata.

Bruk

Hashirama langsung memeluk erat Hinata dengan kuat.
"Nak, tenanglah. Aku tahu kau sangat tidak terima dan terpukul dengan ini" jelas Hashirama.
"JII-SAN HUAAAA HIKS.... AKU AKAN HIKS..... MEMBUNUH KEPARAT BAJINGAN ITU HIKS HUAAAAA" emosi Hinata keluar begitu saja.


















TBC

Hinata's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang