Chapter 2

685 76 3
                                    

Wuuuusshhh
Nggiiinnnggg

Sebuah pesawat mendarat dengan selamat di bandara Tokyo.

Sreeekk
Tap
Tap
Tap

Suara roda koper dan langkah kaki yang bersaut-sautan terdengar begitu berisik di pendengaran.

Namun, gadis dengan berbalut kaos hitam dan celana Jogger itu tidak peduli dengan keberisikan itu.
"Hinata-sama" panggil seorang pria.
"Hn, Kou" ucap Hinata.
"Ha'i, mari saya bawakan koper Anda" ucap Kou mengambil koper Hinata.

Hinata membiarkan hal itu dan berjalan memasuki mobilnya.
.
.
.
Di dalam sebuah mansion megah, terlihat orang-orang berpakaian serba hitam menghadiri kematian mendiang istri tuan rumah itu. Suara tangis dari beberapa orang terdengar menyakitkan, salah satunya gadis kecil yang tengah dipeluk oleh seorang pria paruh baya.

Tak ia pungkiri jika hatinya juga merasa hancur kala melihat istrinya berbaring di peti mati dengan tubuh kakunya. Air matanya memang menetes, tetapi tak sedikit pun suara keluar dari mulutnya.
"Huaaaaa hiks.... Okaa-san hiks.... huaaaaaa" tangis gadis kecil itu masih saja terdengar.
"Hanabi" ucap pria paruh baya itu bergetar dan semakin erat memeluk anaknya.
"Hiks.... Otou-san hiks....." Ucapan Hanabi teredam kala tangan Hiashi menenggelamkan wajah Hanabi ke dadanya.

Tap
Tap
Tap

Suara kaki berbalut sepatu boot khas tentara itu berbunyi tegas, semua mata memandang ke arahnya. Banyak pasang mata memandang kasihan padanya.

Tap

Ia berhenti melangkah tepat di depan peti mati itu.

Pria paruh baya itu Hiashi Hyuga memandang terkejut melihat putri sulungnya berdiri dengan tegap di depan peti mati ibunya.
"Hinata" gumam Hiashi.

Hanabi yang di dalam pelukan Hiashi melihat ke arah Hinata.
"Hiks.... N-NEE-CHAN HIKS.... HUAAAAA" Hanabi langsung berlari dan menubruk tubuh Hinata hingga Hinata mundur selangkah.

Hinata langsung balas memeluk Hanabi dengan tubuh bergetar. Air mata yang ia tahan sejak naik pesawat tadi, akhirnya tumpah meski ia tak bersuara.

Hinata melepaskan pelukannya pada Hanabi dan berjalan ke sebelah kanan peti ibunya. Amethyst nya memandang penuh rasa sakit ke wajah ibunya. Tangannya perlahan membelai wajah ibunya yang dingin itu, lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah ibunya dan mencium kening ibunya untuk terakhir kalinya.

Duk

Peti itu akhirnya tertutup, orang-orang mulai mengangkat peti itu untuk dibawa ke pemakaman.
.
.
.
Setelah selesai acara pemakan, mereka kembali pulang ke rumah.

Sebuah foto yang dipajang di atas meja dengan berhiaskan bunga dan beberapa benda lainnya tersusun rapi di atas meja itu.

Orang-orang secara bergantian menghadap foto itu, membungkukkan tubuh mereka, mengucapkan salam perpisahan dan sedikit doa untuk mendiang Hikari Hyuga.

Hinata melangkah mendekati bingkai foto ibunya yang tersenyum dan berdiri dengan diam.

Amethystnya memandang sedih, namun bercampur dendam kebencian. Tangannya ia kepalkan dengan kuat hingga menimbulkan bunyi 'kretek'.

Ia melangkah selangkah lebih dekat ke arah meja dan membelai wajah dalam foto itu.
"Aku akan membalasnya untuk Kaa-san. Akan ku balas dengan tanganku sendiri" gumam Hinata dan beranjak pergi dari tempat itu.
.
.
.
Malam harinya, Hinata memilih tidur menemani adiknya di kamar adiknya. Ia terus memeluk adiknya hingga tertidur meskipun masih sesenggukan.
"Nee-chan disini, Nee-chan disini, Nee-chan disini" kata-kata itu terus mengalun dari mulutnya.

Hinata's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang