Chapter 6

614 84 13
                                    

Malam itu, Hinata tengah duduk di bangku taman sambil menyantap ramen cup yang ia beli tadi di minimarket.

Mie itu ia sendokkan lagi ke mulutnya, dan menenggak habis kuah ramen itu, lalu ia membuang cup ramen yang kosong itu ke tempat sampah.

Tubuhnya ia senderkan ke senderan bangku itu, kepalanya mendongak ke atas, amethystnya menatap bulan yang indah itu, lalu beralih pada salah bintang yang paling terang di dekat bulan itu.
"Kaa-san" gumamnya memejamkan mata, lalu ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mengusapnya.

Ia mengambil handphone dari dalam saku celana Joggernya dan melihat jam.
"22.30" gumamnya lagi menyimpan handphone ke sakunya lagi.

Bruumm

Sebuah mobil berhenti di dekat taman itu dan keluarlah seorang pria dengan kaos hitam. Ia pergi melangkah memasuki minimarket.

Setelah beberapa menit, ia keluar dengan sekantung plastik berisi minuman bersoda.

Saat akan masuk ke dalam mobil, ia melihat ke arah seorang gadis yang duduk sendiri di bangku taman.

Ia pun akhirnya masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi dari tempat itu.
.
.
.
Drrrttt

Hanpdhone Hinata yang ada si saku roknya bergetar. Ia lantas mengambil dan melihat siapa yang menghubunginya. Ia pun mengangkat tangan untuk meminta izin ke toilet.
"Tunggu sebentar lagi, Hyuga-san. Bel istirahat akan berbunyi lima menit lagi" ucap senseinya.

Hinata pun terpaksa menunggu hingga jam istirahat.
.
.
.
Teeeeeetttt

Mendengar bunyi itu, Hinata langsung bergegas keluar dari kelasnya. Ia pergi ke taman belakang sekolah.

Tangannya mengotak-atik handphone, lalu menghubungi seseorang.
"Shino, bagaimana?" Tanyanya.
'Ah, dari yang ku lihat. Orang yang ada di dalam rekaman itu sepertinya bukan laki-laki, postur tubuhnya tergolong tinggi, sekitar 160an. Jika kau perhatikan lagi, orang itu cara jalannya sedikit gemulai. Aku rasa pembunuhnya ada di sekolah' ucap Shino dari sebrang handphone.
"Hn, baiklah. Akan ku selidiki lagi. Terima kasih, Shino" ucap Hinata.
'Ya, tidak masalah' Shino pun langsung mematikan panggilan secara sepihak.

Hinata menyimpan kembali handphonenya ke dalam saku roknya.
"Bukan laki-laki" gumamnya menatap pohon besar yang ada di sampingnya.
.
.
.
Saat sore hari, Hinata keluar dari apartemen dengan memakai pakaian olahraganya dengan rambut panjangnya ia ikat tinggi.

Saat sampai di depan gerbang aparteman, ia memasangkan headset bluetooth ke telinganya dan menyetel sebuah lagu. Lalu, ia mulai jalan sambil melakukan sedikit pemanasan.

Lama kelamaan, ia mulai berlari kecil.
"Huh" ia terus berlari kecil.

Tidak sedikit berbagai pasang mata terpana melihat dirinya lari sore, ia hanya mengabaikan tatapan itu. Bagaimana tidak? Pakaian yang dikenakan Hinata membuat bentuk tubuh proporsionalnya terbentuk indah.

Sesampainya di sebuah lapang terbuka, ia melihat banyak yang sedang berolahraga dan bermain-main. Dari yang berlari sore, bermain bulu tangkis, bermain voli, bermain skateboard, dan masih banyak lagi.

Ia tidak memusingkan hal itu dan segera berlari mengelilingi lapangan. Mata para lelaki mulai jelalatan melihat Hinata yang lari sendiri, tidak seperti orang lain yang lari bersama teman-temannya.
"Hei, kau lihat gadis itu? Dia sangat cantik" ucap pria yang sedang berdiri memegang bola voli.
"Kau benar. Baru kali ini aku melihatnya di lapangan" ucap temannya.
"Cantiknya aduh...." Ucap pria yang terdiam memegang alat bulu tangkis dan membuat kok yang dilempar temannya mengenai kepalanya.
"Hei, siapa gadis itu?" Tanya pria yang berlari di belakang Hinata pada teman-temannya.

Hinata's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang