Chapter 3

634 91 11
                                    

Traaassshhh

Air yang jatuh lewat shower itu membasahi tubuh polos Hinata. Kepala bermahkota indigo itu ia bungkus rapi dengan shower cup agar rambutnya tidak ikut basah.

Ctek
Tombol yang ada di dinding ia tekan, membuat air yang mengalir dari shower mati seketika.

Buuukk
Tangannya menghempaskan handuk yang ia ambil dari gantungan handuk, lalu handuk itu ia lilitkan pada tubuhnya dari dada hingga sebatas pahanya.

06.15
Ia melihat dinding di kamarnya setelah keluar dari kamar mandi. Kakinya kini melangkah mendekati seragam sekolah yang tergeletak di atas tempat tidur. Ia segera memakai seragam itu dan mulai merias dirinya.
.
.
.
Selesai sarapan bersama ayah dan adiknya. Hinata dan Hanabi segera berangkat sekolah dengan diantar oleh Kou.

Saat mobil mereka hampir sampai di sekolah dengan jarak 20 meter. Hinata menyuruh Kou untuk berhenti.
"Kenapa Hina-nee turun disini?" Tanya Hanabi, sedangkan Kou hanya melirik dari kaca.
"Aku ada urusan sebentar" Hinata keluar dari mobil. Lalu, ia kembali membungkuk di samping kemudi.
"Mulai besok dan seterusnya, turunkan aku di tempat ini" lanjut Hinata memerintah Kou.
"Ha'i Hinata-sama" patuh Kou.

Setelah melihat mobil mereka pergi, Hinata melanjutkan perjalanan menuju sekolah dengan berjalan kaki.
.
.
.
Saat ini berjalan di koridor sekolah, semua mata memandang takjub, terpana, dan iri pada Hinata.

Tentu saja pandangan mereka seperti itu. Hinata sebelumnya tidak pernah mereka lihat di area sekolah. Penampilan Hinata yang begitu sederhana namun elegan itu membuat semua mata terbius akan dirinya.

Ya, lihat saja diri Hinata. Ia memakai rok kotak-kotak merah hitam di atas lutut, kemeja putih dengan dengan dasi kotak-kotak merah hitam juga. Jangan lupakan wajah manis, imut, dan cantiknya. Juga rambut panjangnya yang tergerai indah sampai punggung dengan pita kecil berwarna ungu muda bertengger manis di samping kepalanya. Sayangnya, raut wajah itu tidak menampilkan ekspresi apa pun selain datar dan dingin.

Hinata yang tidak peduli dengan pandangan yang tertuju padanya memilih melangkah menuju ruang kepala sekolah.
.
.
.
Hinata mengikuti seorang guru bersurai merah yang tujuannya adalah kelas XII.
"Tunggu disini, Hinata-san" ucap Kurenai.
"Ha'i, Kurenai-sensei" ucap Hinata dingin.

Cklek
"Selamat pagi anak-anak" ucap Kurenai.
"Selamat pagi Kurenai-sensei" serentak semua siswa.
"Perhatikan sebentar. Kita kedatang siswa baru. Sensei harap, kalian bisa berteman baik dengannya. Kau, masuklah" ucap Kurenai.

Hinata pun segera masuk ke dalam kelas dan tiba-tiba kelas menjadi gaduh.
"Heee, bukannya itu gadis yang tadi itu?" Tanya seorang siswa berambut hitam.
"Iya, kau benar. Pantas saja asing, ternyata siswi baru" ucap siswa lain.
"Kau sungguh cantik" ucap siswa lain dan diangguki dengan semangat oleh siswa lainnya. Sementara itu, semua siswi menatap sebal pada Hinata.
"Anak-anak tutup mulut kalian. Silahkan perkenalkan dirimu" ucap Kurenai.
"Hinata.... Otsutsuki Hinata" ucap Hinata singkat.
"Eh? Hanya itu?" Tanya siswa bersurai jabrik a.k.a Naruto.

Namun, Hinata hanya diam. Hinata melirik satu persatu teman barunya, dan tidak sengaja amethystnya melihat onyx Sasuke yang juga melihatnya. Kemudian, Hinata memutuskan kontak mata dengan Sasuke.
"Baiklah, duduklah di bangku belakang yang kosong itu" ucap Kurenai.

Tanpa banyak bicara, ia segera berjalan ke arah tempat duduk kosong yang berada di sudut belakang dan bertepatan di belakang Sasuke.
"Buka buku kalian, kita lanjutkan pelajaran matematika" ucap Kurenai.
.
.
.
Teeeettt

Bunyi bel pertanda istirahat berbunyi, semua siswa langsung pergi berbondong-bondong menuju kantin.

Namun, lain halnya dengan Hinata. Ia memilih untuk duduk di tempat duduknya, enggan untuk pergi keluar kelas.
.
.
.
Brugh

Hinata's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang