10

2K 206 22
                                    

Sejak kedatangan ibumu ke apartement tempo hari, kau tak bisa menikmati hidupmu dengan damai lagi. Hari harimu penuh dengan kekhawatiran akan sesuatu yang akan terjadi nanti. Cepat atau lambat sesuatu yang buruk akan terjadi padamu dan Mingyu.

Dan kau sudah mempersiapkan diri untuk keadaan terburuk sekalipun. Yakni kematianmu.

Karena tidak akan ada hal lain yang bisa membuat ibumu puas selain kematianmu. Jika memang benar itu pintanya, maka kau akan merelakan dirimu kali ini. Kau sudah sangat lelah, jadi lebih baik kau mati.

Kau tak mengutarakan pemikiranmu ini pada Mingyu, karena kau yakin ia pasti akan menghalangimu. Jadi kau lebih memilih bungkam.

"Aku akan menemui ibumu dan menghentikannya."

Kau dan Mingyu mendongak, menatap paman Minsung yang baru saja datang ke apartementmu membawa berkas berkas yang tentunya membuat Kim bersaudara itu pusing bukan main. Berkas berkas itu adalah laporan keuangan yang menunjukan adanya penurunan drastis setelah ibumu memilih memutuskan hubungan dengan Mingyu. Yang membuat kondisi perusahaan memburuk adalah pemegang saham yang tiba tiba menarik saham mereka dari perusahaan Mingyu. Karena sebagian besar pemegang saham adalah orang-orang yang telah berbisnis lama dengan ibumu. Jadi mereka meninggalkan Mingyu begitu mereka tahu ibumu tak lagi memiliki hubungan bisnis dengannya.

"Maaf." Lirihmu pelan

"Ini bukan salahmu. Ini pilihanku. Aku akan bertanggung jawab untuk hal ini. Kau tak perlu cemas." Balas Mingyu.

Kepalamu merunduk dalam. Kau malu pada dirimu sendiri. Sekarang, sedikit tidaknya kau mengerti mengapa Mingyu menyetujui pernikahan itu dan menuruti keinginan ibu untuk menyakitimu dulu. Karena ada banyak tanggung jawab yang sedang dipikulnya. Dan dengan keegoisanmu, kau justru menambah beban di pundaknya.

"(Y/n), ini bukan salahmu. Kalian berhak bahagia. Biar aku yang mengurus ibumu. Ada yang harus aku selesaikan dengannya." Ucap paman Minsung.

"Hyung, sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian bertiga dulu? Kenapa kau pergi dan kenapa ibu (Y/n) sangat ingin bertemu denganmu?"

"Mingyu, ini bukan saat yang tepat-"

"Aku juga sangat ingin tahu, mengenai masa lalu kalian." Tukasmu.

Paman Minsung terdiam. Melihat kau dan Mingyu yang begitu penasaran, akhirnya paman Minsung menghela napas dan mulai menceritakan mengenai masa lalunya bersama kedua orang tuamu.

"Jauh sebelum mengenal ibumu, aku dan ayahmu adalah sahabat yang bahkan sudah seperti saudara kembar, karena kami selalu berpergian berdua. Tak jarang kami juga mengenakan pakaian yang senada padahal kami tidak membuat janji untuk itu. Teman teman kami bahkan memiliki julukan yang aneh ketika kami melewati mereka, tapi yang paling berkesan adalah panggilan si 'Tampannya Fakultas Bisnis'. Astaga aku rindu sekali dengan kampusku dulu."

Paman Minsung tersenyum lebar ketika ia mengingat masa mudanya bersama ayahmu dulu. Tapi, matanya jelas sekali memancarkan kerinduan yang mendalam terhadap ayahmu. Mereka pasti sangat dekat.

"Waktu itu kami pergi ke pertandingan bisbol. Dulu pertandingan itu sangat digemari anak muda dan sangat berkelas pada masanya. Meskipun kami sama sama dari keluarga berada, tapi aku dan ayahmu mengumpulkan uang untuk membeli tiket pertandingan itu. Kami bahkan berpuasa untuk mengumpulkan uang tersebut. Saat menonton pertandingan, aku tak sengaja melihat ibumu yang nampak tak menyukai pertandingan tersebut sementara teman-temannya nampak heboh sendiri."

Paman Minsung melihat wajahmu. Ia tersenyum kecil sebelum ia mengusap puncak kepalamu lembut.

"Dia persis sepertimu saat ini. Perawakannya sangat polos tapi dibalik itu semua ia adalah salah satu wanita tangguh yang pernah hadir dalam hidupku. Dan sesuai perkiraan kalian, aku mulai mencari tahu tentangnya. Aku mencari kesempatan untuk berkenalan dengannya, hingga aku berhasil mengencaninya di bulan keempat kami berkenalan. Aku juga yang mengenalkannya pada ayahmu. Saat itu ayahmu sangat mendukung hubungan kami. Meski ibumu secara terang-terangan tak menyukai kedekatanku dengan ayahmu. Ibumu cemburu, karena aku lebih sering bersama ayahmu ketimbang dirinya yang saat itu telah menjadi kekasihku. Tapi hubungan kami bertahan cukup lama. Aku benar-benar mencintainya dengan tulus, aku bahkan memiliki niatan untuk melamarnya setelah lulus. Tapi semua itu hancur... karena kesalahanku sendiri."

Losing Me [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang