RAWA IRENG

52.8K 2.1K 140
                                    

Tahun 1821...

Srekkk..srek...sreeek...
Tiga pria dewasa menerobos hutan dengan hanya menggunakan penerangan dari obor. Langkah mereka tampak terburu-buru seolah mengejar binatang buruan.

" Cepetan Jo, nanti dia kabur.!"

Pria yang dipanggil Paijo lalu melebarkan langkah kakinya, kakinya terus melebar.

Kreteeeekkk..kreteeeek... Suara ranting kayu yang terinjak menghiasi malam itu.

" Kampret, dimana cah ayu itu. Hampir tak sikep awak e malah ngilang ( hampir saya peluk tubuhnya tapi menghilang.), cari terus man..!"

" Wokey bos...!"

Pria yang bernama Maman, pria berbaju lurik itu menanggapi lelaki yang dia panggil bos.
Lelaki dengan perawakan tinggi besar dengan luka goresan diwajah sehingga menampakkan kesan sangar pada dirinya.
Lelaki itu dikenal sebagai bos jarwo, antek menir Belanda di daerahnya.

" Wadoooooh... Apa-apaan kamu Man, berhenti kok dadakan."

Bos Jarwo menabrak tubuh Maman yang tiba-tiba menghentikan langkahnya.

" Bbbooooossss, kkkiiittta ppulllaaang ssajjjja bosss, iittttuuuu...!"

" Heh kampret, ngomong apa kamu? Nggak jelas. Ngomong opo koe Man..! " ( bicara apa kamu man?")

" Rawwwaa irreeeeng bbbosss, aakkkuu nggaaak beranniii masuk kessana boss.."

" Heleeeeh, penakut kamu Man...!"

Kaki Maman bergetar hebat, perlahan celana panjangnya basah dan tercium bau khas orang buang air kecil.

" Ngompol kamu Man, laah kamprreeeet kamu Man!"

Bos Jarwo mengumpat Maman anak buahnya yang sudah ketakutan tersebut.

" Mmmaaaf bosss saya nggaaak braaniiiiiiii"

Maman mengambil langkah seribu, memutar kembali langkahnya agar dapat segera meninggalkan tempat tersebut, orang-orang menyebutnya Rawa Ireng alias Rawa Hitam.
Orang pribumi percaya jika rawa ireng adalah tempat paling sakral seantero pulau jawa. Dinamakan rawa ireng karena tempat tersebut memanglah hanya hamparan rawa-rawa yang jika ada orang yang kaki terjebak dirawa maka akan terhisap dan tak akan bisa keluar lagi. Selain karena daerah yang berupa rawa, disebut rawa ireng karena air rawa yang hitam seperti oli bekas serta aromanya yang busuk, begitu busuknya lalat pun sampai mati jika berada ditempat tersebut. Warga percaya tempat itu adalah istanannya lelembut, tempat para orang pinter cari wangsit dan tidak sembarangan orang bisa melangkahkan kakinya ke rawa ireng. Jika hatinya buruk maka orang itu akan terseret masuk kedalam gelapnya rawa ireng dan takkan bisa kembali. Orang dengan hati busuk akan terhisap, bangkainya akan masuk kedalam rawa dan tak dapat ditemukan lagi, yang tersisa hanya bau busuknya saja.
Konon begitu banyaknya jasad-jasad yang tertelan rawa ireng hingga aromanya sangat busuk menyengat.

" Woy Man.. Malah minggat koe...!" ( malah kabur kamu!!")

Bos Jarwo berteriak memanggil anak buahnya tersebut, tapi sia-sia, Maman tak terlihat punggungnya.

" Yowes Jo, tinggal kamu sama aku Paijo, ayo kita kejar Sumirah, keburu kabur dia."

Paijo tersenyum, lalu kemudian menangkupkan kedua telapak tangannya didepat dadanya sambil menunduk.

" Ngapunten juragan saya juga takuuuuuuuuuuut!! ( maaf juragan, saya juga takut).
Paijo menyusul rekannya dan kabur karena takut dengan rawa ireng.

" Dasar kurang ajar, tak ambil istri kalian semua nanti...!"

Bos Jarwo mengumpat karena ditinggal pergi oleh anak buahnya, sebenarnya dirinya juga takut dengan rawa ireng. Tapi hasrat dirinya terhadap Sumirah, wanita yang baru saja diusir suaminya itu membuat akal sehat Jarwo hilang. Kecantikan Sumirah membuatnya ingin segera menikmati molek tubuhnya.
" siiallll...!"
Bos Jarwo mengumpat, langkah kakinya seakan ragu untuk terus melangkah.
Tapi tiba-tiba sekelebat bayangan perempuat tertangkap oleh pengelihatannya.
Bos Jarwo menyipitkan matanya berusaha memperjelas lagi siapa sosok yang dia lihat barusan.

" Sumiraaaah.. "

Bos Jarwo tersenyum lebar, kakinya tanpa sadar mengikuti sosok tersebut. Tubuhnya semakin dalam masuk ke rawa ireng. Terus dan terus bos Jarwo mengejar sosok yang dia panggil Sumirah.
Nafas bos Jarwo terputus-putus, Sumirah menghilang. Dia putus asa dan hendak memutar kakinya untuk pulang saja kerumah. Hasratnya terhadap Sumirah hilang bersamaan dengan tenaganya yang habis.

" Hah...!!! Opo kie..!" ( apa ini?")

Kaki bos Jarwo tak bisa diangkat seolah ada tangan yang mencekal kakinya. Bos Jarwo dengan sisa-sisa tenaganya berusaha menarik kakinya.
Akhirnya kaki bisa terlepas dari cengkraman lumpur rawa, tapi tiba-tiba aroma menjadi berbau busuk. Bos Jarwo langsung kabur, dia terkencing-kencing kabur dari tempat mengeritan tersebut. Sepasang mata menatapnya tajam dan terdengar suara mendesis.
" MANGAAAN.".( makan).

Lagi-lagi kaki bos Jarwo tersangkut dan kini dengan cepat menyeretnya kedalam rawa.

" Paijooooo...! Mamaaan toloooong!"

Bos Jarwo berusaha memanggil anak buahnya agar menolongnya tapi sia-sia. Tubunya semakin tenggelam dan kini sampai kelehernya.

" Uwaaaaaaaaaaaaaaaaaa...........!!!!!!"

Jeritan terakhir bos Jarwo menghiasi malam di rawa ireng.

CATATAN TAMBAHAN : Tempat kejadian, tanggal dan cerita hanya fiksi dan tidak ada peristiwa sejarah didalamnya.

***

Open PO NOVEL SUSUK TERATAI PUTIH-1 ya pembaca yang budiman dan baik hati...

Ingat! Hanya sampai tanggak 04 april 2022

Harga setelah PO akan lebih mahal🐍🐍

Ssst....ssst...🐍🐍🐍🐍

🐍🐍🐍🐍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang