CAH AYU

25.6K 1.8K 118
                                    

huh...huh...huh...

" Aku harus lari, jangan sampai bos Jarwo yang mata keranjang itu menangkapku lagi..!"

Seorang perempuan berlari menembus rimbunnya hutan, gelap, hanya cahaya rembulan yang menjadi penerang langkahnya.
Kain jariknya sobek hingga terlihat paha mulusnya, baju kebayanya sobek di bagian dada. Telapak kakinya terluka karena menginjak ranting-ranting kering yang tajam.
Nafasnya terputus-putus, tapi sekuat tenaga tetap dia pacu dengan menarik nafas sekuat-kuatnya berharap tenaganya takkan hilang.

Wanita itu adalah Sumirah, perempuan tercantik di kampungnya, kampung   Kalimas.

"Sumiraaaaah...Sumiraaaah... Jangan kabuur kamu...!"

"Itu suara bos Jarwo, tidaak. Suaranya semakin dekat. Aku harus terus berlari, tidak sudi aku menjadi gundiknya...!"

Gedebukkk... "Aaaaargghhh....!!"

Sumirah terjatuh, kakinya tersangkut pohon gadung, durinya menancap dan menyisahkan luka berdarah.

" Arrrghht...."

Sumirah kembali berdiri dan berusaha terus berlari walau kakinya harus berjalan dengan terpincang-pincang.
Dia terus berlari sambil menangis, hatinya sakit, jiwanya rapuh, raganya tercabik-cabik harga dirinya terinjak-injak dengan mengenaskan.

" kang Permana, ini semua salahmu...!"

Sumirah terus melanjutkan larinya, tangisnya kini benar-benar pecah. Bayangan suaminya tadi siang sungguh menancapkan amarah di sukmanya.

" kangmas...!! Apa yang kamu lakukan mas, kenapa tega kamu melakukan ini kepadaku kangmas, apa salahku..."

Sumirah yang baru saja pulang dari rumah uwaknya terkejut mendapati suaminya,  Permana tengah bergumul dengan perempuan yang tidak halal baginya.

Perempuan itu adalah Gendis, seorang penari yang sangat terkenal diseluruh kampung. Penari yang dikenal dengan kemolekan tubuhnya yang sintal berisi, buah dada yang menantang setiap mata lelaki. Lenggokan tubuhnya saat menari mampu menghentikan laju angin seolah berhenti hanya untuk melihat dirinya menari.

Sebenarnya untuk kecantikan, Sumirah jauh lebih menawan dibandingkan Gendis. Sumirah dengan aura keibuan serta kelemah-lembutan  tutur katanya yang menjadikannya primadona saat dirinya masih gadis dulu, sementara Gendis  hanya bermodalkan pesona senyum genit serta suara yang dia buat mendayu-dayu memanja dan tubuhnya saja.

Mata Sumirah melotot melihat pemandangan menjijikan itu, Gendis tersenyum sinis saat melihat Sumirah memergoki suaminya tengah mencumbu dirinya dengan sangat liar. Sementara Permana suami Sumirah tampak acuh dan tetap melanjutkan kegiatannya, dia tak peduli dengan amukkan dan tangisan sang istri. Baginya Gendis lebih memberikannya kepuasan daripada Sumirah, dirinya sudah bosan dengan perempuan yang sudah dia nikahi selama 4 tahun itu.

Braaaak....
Sumirah membanting pintu dengan kasar, matanya tak kuasa melihat hal yang menjijikan itu, terlebih kedua iblis itu sengaja membuatnya mendengar suara desahan serta rintihan kenikmatan dari mulut mereka.
Entah kenapa Sumirah tak mampu menggerakkan badannya, padahal sungguh dirinya ingin mencincang tubuh kedua manusia laknat tersebut. Tapi jangankan mencincang mendekati mereka saja kakinya mendadak terpaku, hingga akhirnya dia memilih keluar dan terduduk lemas diruang tamunya.

Pendengarannya  masih dengan jelas mendengar lenguhan demi lenguhan suara yang baginya sangat menjijikkan, Sumirah hanya bisa menangis, hingga akhirnya suara itu berhenti.

Pintu kamar terbuka lebar, Sumirah mengangkat kepalanya dan melihat suaminya memakai kembali pakaiannya, sementara wajah kelelahan milik Gendis menyunggingkan senyum sinisnya, dia membiarkan tubuh polosnya tetap seperti saat Permana menikmatinya tidak dia selimuti, sengaja seolah memberi tahu bahwa Permana adalah miliknya.

SUSUK TERATAI PUTIH ( Tersedia Bentuk Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang