Magal 22🌹

4 4 0
                                    


Diruangan penuh obat ini, Mawar dan Vika sedang membuat pesawat terbang dari kertas.
Vika kelihatannya begitu bahagia, sedari tadi dia tidak berhenti tertawa senang.

"Happy banget"

"Iya dong, kan sama lo"

Mawa hanya menggelengkan kepalanya saja, dia juga merasa senang karena sahabatnya sudah terlihat akan sembuh sebentar lagi.

"Lath, gue pengen jalan-jalan, bosan di ranjang Mulu"

Mawar menghelah nafas sebentar, sahabatnya ini memang tidak bisa diam "lagi sakit, bisa diam kan?"

Vika menggelengkan kepalanya "nggak bisa, gue mau jalan-jalan bentar"

"Kemana?"

Vika tersenyum senang "Ke taman doang nggak apa ko" ucapnya senang, dan Mawar hanya mengiyakan saja. Dia mengambil kursi roda yang berada di pojok, lalu mempersilahkan Vika untuk duduk "pelan-pelan"

Mawar mendorong pelan kursinya keluar dari ruangan. Semua yang ada diluar dibuat terkejut ketika melihat Mawar dan Vika.

"Kenapa keluar?" Tanya Aldo mendekati Vika.

"Vika pengen nyari udara segar" Mawar bisa melihat dari mata Aldo, kalau dia begitu mengkhawatirkan Vika.

Aldo hanya mengangguk dan tersenyum manis kearah Vika.

"Aku ajak Vika ke taman bentar ya"

Yang lainnya mengangguk mengiyakan, Mawar lalu mendorong kursi rodanya menuju taman belakang rumah sakit.

Di taman, Vika dan Mawar terlihat sangat bahagia seperti tidak ada masalah sedikitpun. Mereka melupakan sedikit rasa sedih mereka sekarang dengan kesenangan.

Mawar mendorong kursi rodanya Vika menuju pohon besar ditaman "Kamu disini ya, aku mau foto soalnya" Mawar mengambil ponselnya dan mengambil foto Vika.

Mereka lalu melihat foto itu bersama dan setelah itu Vika mengajak Mawar untuk foto berdua.

" Foto berdua dong"

Mawar senyum lalu meminta seseorang gadis yang lewat untuk mengambil gambar mereka.
Dengan senang mereka bergaya dan di foto.

"Hari ini aku senang banget"

"Gue juga"

Vika menutup matanya sebentar, menikmati angin yang sepoi-sepoi menyentuh wajah pucatnya.

"Lath, gimana perasaan lo kalau lo kehilangan sahabat?"

Mawar tersenyum hambar sebentar "Kalau gue kehilangan sahabat yang baik, sudah pasti gue sedih dan merasa sangat kehilangan, tetapi kalau kehilangan sahabat yang munafik, gue bakalan sedih, tetapi nggak merasa kehilangan"

Vika mengangguk-angguk kan kepalanya mengerti.

"Kenapa?"

Vika tersenyum sambil menggelengkan kepalanya "Gue mau masuk" ucap Vika, dan Mawar langsung mendorong kursi rodanya untuk masuk keruangan.

Ketika mereka di koridor, mereka berdua mengerutkan kening, kemana yang lain? Perasaan banyak yang ada disini tadi.

"Yang lain kemana?"

Vika menggelengkan kepalanya "Dahlahh, kita masuk aja"

"Oke siap"

Baru saja Mawar membuka pintunya, ruangannya terlihat sangat gelap sekarang, dan ketika mereka masuk mereka tidak sengaja menabrak balon.

"Ini kenapa sih?" Mawar berjalan pelan, mencari-cari kontak untuk menghidupkan kembali lampunya, namun belum menekan kontaknya, lampu sudah menyala dengan letusan balon, dan teriakan happy birthday.

MAGALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang