19. Bertemu Juna Lagi

733 65 74
                                    

Vote, komen, dan bantu share, ya😘

"Bunda, aku dapet buku catatan ini di rumah. Ini punya Bunda?"

Flo bertanya pada sang bunda dengan langkah kaki terburu-buru saat memasuki ruang rawat. Menghampiri Anggia yang masih berbaring lemah.

"Em, iya. Kenapa memangnya?"

Siapapun juga tahu, Anggia adalah seorang ibu yang baik. Wanita muda yang mampu membesarkan putrinya walau sendiri. Tidak pernah satu kata keluh pun terucap di bibir, dengan jemari lentik selalu ia gunakan untuk mendapat penghasilan melalui tulisannya. Mengumpulkan uang untuk kebutuhan masa depan sang putri ketika ia tahu mungkin hidupnya tidak akan lama lagi.

"Kenapa isi ceritanya sedih, terus kenapa endingnya juga sedih. Tulisan di buku ini buatan Bunda, 'kan?"

"Kamu baca?"

Namun, ada beberapa hal yang wanita itu sembunyikan. Pasti, tetapi ia selalu bisa menutupinya dengan kalimat sederhana, sampai mampu membuat lawan bicaranya percaya.

"Iya, nggak mungkin Flo nggak baca. Flo penasaran, Bunda, makanya Flo baca."

"Sayang, terlalu penasaran pada sesuatu bukanlah hal baik, ada kalanya yang kamu temukan sebenarnya adalah hal pribadi orang lain dan nggak ingin siapapun tahu." Anggia menatap Flo lurus-lurus. "Tapi ya sudah, karena kamu sudah terlanjur baca ..." Jeda. "Bunda akan bilang kalau itu adalah kisah nyata. Mungkin sudah saatnya kamu tahu, 'kan?"

Hanya saja entah ada angin apa, pribadi tertutup Anggia dengan rahasia di dalamnya. Akhirnya mampu berkata jujur pada sang putri. Apa mungkin karena ia tahu waktunya sudah tidak lama lagi?

Ventilasi di kamar rawat memancarkan cahaya kecil dari mentari sore, dua pasang mata dalam ruangan saling beradu dengan pertanyaan bermunculan di kepala salah satu.

"Kisah kerajaan dengan kehidupan sang putri yang tragis ini kisah nyata?"

Anggia mengangguk.

"Kesalahan yang dilakukan sang putri juga kisah nyata?" Flo berjalan maju. "Siapa?"

Kening Anggia berkerut. "Siapa apa?"

"Ayah dari anak yang dikandung oleh sang putri?"

Tiiinnnnnnn!

Klakson mobil bersahutan di jalanan ibu kota, telah berhasil menarik Flo kembali pada saat ini. Jemarinya bergerak mengangkat ponsel, sekedar ingin tahu waktu sudah menunjukkan pukul berapa.

Kembali untuk kesekian kali Flo mendesah. Mungkin, mulai hari ini Flo harus bersiap, jika dugaannya memang benar. Bahwa kisah yang pernah sang bunda tulis dalam buku kecil, adalah kisah nyata si penulis muda itu sendiri. Sebab asumsinya telah diyakini dengan percakapan yang ia curi dengar, antara Sharon dan Angga tadi malam.

Oleh sebab itu tidak ada yang mau memberitahu Flo alasan Anggia hidup sendiri meski dirinya masih mempunyai keluarga. Sebab sang putri dalam cerita itu, adalah Anggia Dirgantari sendiri.

Kenapa? Apa karena mereka tidak ingin Flo sedih? Malu? Karena tidak ingin mengasihaninya?

Lalu, adakah ada yang bisa menjawab? Selain sentilan kecil dalam dadanya berhasil menimbulkan sesak. Sakit!

"Pak Irwan?"

Yang dipanggil langsung menatap si putri majikan di kaca depan spion mobil. "Iya, Non?"

"Yang suruh Bapak antar jemput saya ... siapa?" Flo mulai penasaran, perihal raja dermawan dalam cerita itu. Seperti apa karakternya, dan bagaimana kehidupannya saat ini. Serta, seperti apa pandangannya terhadap Flo? Yang juga merupakan cucunya sendiri.

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang