11. Blacklist

1.3K 103 121
                                    

Vote, Komen dan Share, ya😘

"Saya nggak mau pindah sekolah!" ujar Flo, matanya sudah berkaca-kaca. Mengikuti pergerakan Rafandra yang berjalan menghampirinya.

"Kenapa nggak mau, hm?" Rafandra bingkai wajah manis itu, menatapnya begitu dalam. Tidak memedulikan perasaan si gadis yang sudah meleleh tidak keruan.

"Ka—" Flo bahkan sampai susah berbicara, apalagi seluruh pasang mata tertuju padanya. Sungguh tidak punya hati abangnya ini, kenapa bisa, sih, memperlakukan Flo semanis ini di depan banyak orang. 'Kan Flo jadi nggak bisa marah-marah banget. "Ka—karena saya nggak mau adaptasi lagi, saya di sini udah punya temen. saya nggak mau ninggalin mereka," katanya terdengar polos.

"Memangnya Flo punya temen berapa?" tanya Rafandra lagi, tidak juga melepas tangannya di pipi Flo.

"Lihat aja sendiri kalau mau tahu!" jawab Flo melengos. Melepas tangan Rafandra lalu keluar rumah begitu saja.

Ia hendak keluar pagar tetapi tangan lain langsung mencekalnya dari belakang. "Kalau ada yang bertanya itu jangan langsung pergi, jawab aja baik-baik."

"Ya, habis saya nggak mau pindah sekolah. Saya nggak akan betah kalau sekolah di tempat lain."

"'Kan ada kita, Flo, kita bisa bantu lo beradaptasi di sekolah sama teman baru lo di sana," ujar Arundaya meyakinkan.

"Bukan gitu masalahnya, Bang Arun nggak ngerti."

"Terus apa? Kita nggak bakal tahu kalau lo nggak bilang, Flo."

"Umm ..." Bukannya menjawab Flo malah menunduk, wajah gadis itu tampak gusar terlihat dari bagaimana ia memilin jemarinya.

"Yaudah, kita bicara soal ini lagi nanti, sekarang lo berangkat sekolah dulu. Biar kita anterin." Arundaya yang paling peka terhadap situasi orang lain, tentu langsung berusaha untuk mencairkan suasana hati si lawan bicara. "Ayo." Kemudian membuka pintu mobil untuk Flo.

Setelah gadis itu masuk, Arundaya membuka pintu belakang lalu duduk di sana. Diikuti Sagara, Jenggala serta Albirru yang duduk sendiri di kursi paling belakang. Sementara Rafandra duduk di depan di balik pengemudi.

"Kalian ikut juga?" tanya Flo menoleh ke belakang.

"Iya, dong, sekalian mau tahu Bunga punya temen berapa." Albirru menyahut sambil mengedipkan mata. Membuat bibir Flo merengut. Abis Flo iri, karena Albirru mempunyai bibir  merah alami, padahal cowok tapi bibirnya sangat cantik.

"Bang Fandra, pakein Flo sabuk pengaman," ujar Sagara, meskipun perhatiannya masih sibuk pada ponsel di tangan. Sebab sedari tadi Sagara tidak juga selesai membaca pesan masuk dari para cewek di sekolahnya. Yang terus saja bertanya kenapa Sagara dan para saudaranya tidak masuk sekolah hari ini.

Rafandra memajukan tubuhnya ke dekat Flo, tanpa basa-basi ia memasang sealtbelt pada tubuh Flo. Lalu memberi senyum singkat kemudian melajukan mobil. Membelah jalan raya yang tampak lenggang.

"Bunga," panggil Albirru tiba-tiba. Membuat Flo menolah ke belakang.

"Apa?"

"Di antara kita berlima, siapa menurut lo yang paling ganteng?" tanyanya yang seketika mendapat jitakan di kepalanya karena ulah Sagara.

"Sakit Abang, galak banget, deh, Birru 'kan cuma nanya."

"Nanya lo nggak bermutu, Birru."

"Iya dari pada diem-dieman kek gini kayak patung, mending kita ngobrol lah," delik Albirru sinis.

"Gimana Bunga, ada jawaban gak?" Albirru kembali mengalihkan perhatiannya pada Flo.

"Ada, yang paling ganteng di antara kalian ya, si Asep."

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang