13. Bunda, Flo pamit

1.2K 99 75
                                    

Vote, komen dan bantu share, ya😘


Tok!

Tok!

Cahaya mentari menerobos masuk melalui pentilasi kamar bernuansa putih biru itu. Ketukan di pintu berhasil mengusik si putri tidur lagi, yang tak kunjung keluar kamar dari sore kemarin. Kakinya sudah bergerak dengan gelisah, kala telinganya kembali mendengar ketukan di pintu.

Tok, tok, tok!

Kali ini lebih lama dan semakin berisik, putri tidur itu akhirnya keluar dari balutan selimut berwarna kuning matahari. Walau kedua matanya masih setia terpejam, tetapi kedua kakinya sudah menendang-nendang ke udara saking kesal.

Tok, tok, tok!

"Arrrghhh!" Berteriak, gadis itu menyibak selimut kemudian turun dari tempat tidur. Berjalan gontai saat membuka pintu, wajahnya berubah garang saat melihat para pelaku.

"Kalian udah gila, ya?" tanyanya tanpa ekspresi, kecuali kelopak mata yang ingin sekali tertutup lagi. "Ngapain dateng pagi-pagi terus ganggu orang lagi tidur?" Ia hendak kembali menutup pintu, tetapi dua tangan dari para pelaku itu menahannya.

"Apa lagi, sih?" kesalnya sambil menghentakkan kaki. "Aku masih ngantuk pengen tidur lagi, Sya, Sit," pandanganya bergantian menatap sang kedua bestie.

"Kenapa nggak bilang kalau kemarin adalah hari terakhir kamu satu sekolah sama kita?" sembur Aisya to the point, menatap tajam Flo.

Sementara yang ditanya malah mengerutkan wajah, satu jarinya menggaruk pelipis. "Siapa yang kasih tahu kalian?"

"Yusuf, dia denger pembicaraan kamu sama salah satu cogan nggak dikenal itu waktu kamu mau ajakin Yusuf daftar di atlit lari."

"Aigoo." Flo mendengak. "Maaf-maaf, aku nggak bermaksud nggak bakal kasih tahu kalian, cuma ..." Wajah yang semula begitu lusuh tiba-tiba panik sebab tidak punya penjelasan untuk diutarakan pada kedua sahabat baiknya sejak bertemu di Masa Orientasi Siswa. "Cumaakubingungbilangnyaharusgimanakarenasemuanyaterlalumendadak."

"Pake spasi Put, bicara kamu kayak kentut yang tiba-tiba keluar, nggak merdu tapi bikin sakit kuping!" protes Rasita, membuat Flo cengengesan.

"Putri, mendadak banget pindah sekolahnya!" Rasita tiba-tiba bergelayut di tangan Flo sambil menarik tubuh kuyu gadis itu ke dalam kamar. "Kalau nggak ada kamu yang nemenin nyontek siapa? Terus nanti pas pelajaran Bu Endah, kita nggak bakal ke kamar mandi bareng-bareng lagi. Belum lagi seblak sama baso aci di kafe Mang Diding bakal kangen kamu," cerocos Rasita, sedih bukan kepalang saat tahu Flo akan berangkat hari ini.

"Putri, memangnya mereka siapa, sih?" tanya Aisya, meski sebentar ia menengok ke belakang melihat pintu kalau-kalau ada yang mendengar. "Setahu kita kamu hanya tinggal sama ibu kamu dan nggak ada keluarga lain. Terus, kenapa mereka sekarang tiba-tiba ada sebagai kakak kamu?"

"Iya, juga, aneh Put, mereka nggak macem-macem, 'kan?" diujung kalimatnya Rasita memelankan suara.

Bukannya menjawab Flo malah menunduk. Mendung di wajahnya begitu kentara, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Namun, tiba-tiba saja sinar redup matahari lebih dulu menerobos, sehingga hujan yang hendak turun terganti dengan senyuman di wajahnya. "Mungkin mereka adalah pangeran negeri dongeng yang kehilangan sang putri, terus akhirnya mereka menemukan sang putri di hutan antah-berantah, di sebuah gubuk yang hampir ambruk," gelak Flo. "Di hutan antah-berantah dunia paralel tapi." Kemudian tertawa bersama Rasita, tetapi tidak dengan Aisya, gadis itu malah menggeleng saja. Sampai tidak sengaja ia melihat seluit di balik pintu kamar yang tidak tertutup.

"Jangan menghayal, Put, Sita juga, suka ikut-ikutan, deh!" Aisya menarik Flo duduk di kasur berantakan. "Kita nggak punya banyak waktu, sebentar lagi kita harus segera ke sekolah. Coba jelasin, mereka sebenarnya siapa?"

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang