50. Hukuman Yang Pantas

404 36 5
                                    

Kebisingan terjadi meliputi kawasan rumah Erlangga. Ketika beberapa para anggota tim khusus yang dikerahkan Abraham mulai bergerak untuk mengepung keberadaan Erlangga.

Beberapa penghuni yang tak lain adalah para pekerja di rumah tersebut pun segera menyingkir takut. Terlebih, melindungi nyonya besar mereka adalah paling penting.

"Cepat, periksa di sebelah sana!" Rion menginterupsikan bawahannya untuk memeriksa seluruh tempat di rumah besar ini. "Dan kalian, di lantai atas. Jangan sampai ada yang terlewat!"

"Siap laksanakan, Pak."

Derap langkah kaki meliputi setiap lantai, satu persatu ruangan diperiksa. Namun, nihil. Tidak ada satu pun ruangan yang menunjukkan tanda-tanda keberadaan cucu Abraham tersebut.

"Interogasi seluruh pegawai di rumah ini sekarang juga!" perintah Rion. Yang lekas dipatuhi.

Lagi, tidak ada petunjuk keberadaan Flo. Sebab tidak ada dari mereka yang tahu ke mana perginya bos mereka serta tangan kanannya. Atau tempat persembunyian Erlangga.

Termasuk Nirmala, wanita lumpuh dan tak bisa berbuat apa-apa itu tidak bisa menjadi opsi untuk mendapat informasi keberadaan Erlangga. Kecuali, Rion hanya meminta para anggotanya untuk tidak mengganggu wanita tersebut.

Deru motor besar baru saja sampai di kediaman Erlangga. Itu Jenggala dan Rafandra, raut wajah mereka memperlihatkan tujuan kedatangan mereka ke rumah itu. Rafandra tersirat amarah yang begitu berkobar. Sementara Jenggala, diam-diam juga mengkhawatirkan keberadaan Sahna.

Rion yang tahu akan kedatangan mereka pun lekas menghampiri.
"Nihil, Tuan. Tidak ada petunjuk sama sekali di rumah ini," ujar Rion.

Rafandra menggertakkan gigi. "Kita harus menemukan Sahna."

"Kenapa jadi Sahna?" Jenggala yang masih mencemaskan keberadaan Sahna, dan berharap gadis itu belum sampai rumahnya pun lekas menginterupsi Rafandra. Tidak terima, jika melibatkan Sahna.

"Dia pasti tahu di mana persembunyian bokapnya. Gimana pun, kita butuh bantuan dia."

"Nggak, lo tahu kakek gimana. Kalau sampai dia libatin Sahna besar kemungkinan dia bakal jadi umpan."

"Terus Flo gimana, dia juga gak kalah bahaya keberadaannya. Mau tanggung jawab lo kalau sampai terjadi sesuatu sama dia!"

"Fan!"

"Please, Gal. Gue gak peduli sedeket apa lo sama Sahna sampe lebih mikirin dia daripada adik lo sendiri-"

"Gue, gak-"

Rafandra memotong ucapannya. "Tapi kali ini aja, gue mohon sama lo."

"Masalahnya lo nggak ngerti, dan selalu ambil kesimpulan sendiri. Gue juga gak perlu jelasin sekhawatir apa gue sama Flo dan sepusing apa gue mikirin mereka berdua. Tapi asal lo tahu, hidup Sahna udah cukup menderita selama ini. Dan gue gak mau libatin dia karena kebejatan bokapnya. Apalagi kalau sampai dia kena imbasnya."

Rafandra memejamkan mata, menahan emosinya yang sudah di puncak kepala. Beginilah hasil dari manusia yang terlalu terbawa perasaan. Susah, segalanya jadi terlihat membahayakan padahal Rafandra hanya meminta bantuan.

"Gue cuma mau cari informasi dari dia, ck!" gerutunya kesal. Lalu kembali menghidupkan motornya dan meninggalkan kawasan rumah tersebut.

Jenggala mengembuskan napas lega. Syukurlah, untuk sekarang Sahna sudah aman. Ia yakin, Rafandra tidak akan berbuat di luar batas setelah ia mengecamnya. Karena bagaimana pun, Jenggala tahu Rafandra tak berbeda seperti Kakek. Dia bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan yang dia inginkan.

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang