22. Paling Sempurna

680 62 98
                                    

Vote, komen dan bantu share, ya.😘

"Flo, Biru cuma perlu istirahat!" seru Rafandra, satu tangannya menahan pintu kamar Albirru saat Flo hendak menutupnya.

"Tapi saya harus tanggung jawab, Bang Ru sakit juga gara-gara saya. Kalau saya gak bandel karena gak mau belajar, pasti Bang Ru gak bakal kecapean, iya 'kan?" keukeuh Flo, meyakinkan para abangnya bahwa Flo akan merawat si kakak bungsu.

"Ya udah, tahu kamu salah nanti jangan gitu lagi. Sekarang keluar! Ada Mami Sharon bakal jagain Birru."

"Nggak!"

Beberapa jam lalu, Albirru tiba-tiba demam. Jadwal tugas di sekolahnya tertunda karena harus menjaga Flo. Sedangkan para abangnya pergi, katanya hari ini kakek meminta mereka untuk ikut serta dalam perayaan pembukaan bisnis baru. Dan Albirru memilih tidak ikut karena menemani Flo di rumah. Sekaligus memenuhi salah satu keinginannya supaya Flo menyukai belajar. Sekaligus latihan untuk kelangsungan cita-cita Albirru sebagai dosen.

Sampai hanya dalam satu hari, Albirru sudah capek menghadapi Flo, gadis itu sulit disuruh mengerjakan PR. Tidak bisa diam dan malah seru sendiri memberi makan ikan. Lalu marah-marah pada Albirru karena menutup semua spidol yang sering Flo gunakan. Flo marah sebab paling tidak suka jika semua spidolnya tertutup, selain karena sulit ketika dibuka, tetapi kadang-kadang ide di kepalanya untuk menggambar bisa hilang hanya terjeda sibuk membuka tutup spidol.

Padahal Albirru sudah menjelaskan niat baiknya. "Flo, gue cuma bantu supaya barang-barang lo terawat. Kalau spidol gak lo tutupin otomatis tuh spidol bakal mudah kering. Dan lagi, gimana ceritanya seseorang bisa disebut paling ngerti seni, kalau dia gak bisa menjaga bagian dari seni itu sendiri?"

Oleh sebab itu, saat Albirru tiba-tiba demam maka Flo ingin bertanggung jawab untuk merawat. Bukan apa, dulu seseorang pernah berada di posisi Albirru sebab menghadapi kelakuan Flo yang paling susah diatur dan sukanya bikin berantakan.

"Aku benci kamu, Put."

Bahkan orang itu sampai mengatakan ucapan benci. Bukankah wajar jika Flo takut Albirru juga akan membencinya?

"Flo keluar sekarang!" Rafandra masih berteriak di luar kamar, saat Flo berhasil mengunci pintu.

"Bang Ru!" Dengan raut panik Flo mengguncang tubuh Albirru. Cowok itu menutup mata dan Flo takut jika si kakak bungsunya sudah berbeda alam.

"Bang Ru bangun, gak boleh tidur!" Lagi, ia memukul dada Albirru. "Gak boleh mati nanti saya tanggung jawabnya gimana? Gak selesai dong tugas saya."

"Bang Ru!"

Sampai ketika mendengar suara batuk Albirru Flo berhenti. Cengengesan melihat tatapan kesal Albirru di balik selimut. "Aku pikir Bang Ru udah pindah dunia."

"Abang nggak lagi berada di kutub utara, Flo. Nggak mungkin mati karena hipotermia dan tidur."

"Hehe, Bang Ru tenang aja. Saya bakal bertanggung jawab karena Bang Ru sakit gara-gara saya." Flo meyakinkan, lantas mengambil handuk kecil di dalam wadah. Memerat airnya lalu disimpan di dahi Albirru.

"Jadi, Bang Ru kalau belum bosen sakitnya bilang aja. Nanti saya rawat sampai Bang Ru mau sembuh."

Albirru berdesis dengan mata menyipit, ia tutup sebagian wajahnya dengan selimut. "Mulai besok, jangan pernah susah kalau disuruh ngerjain PR!"

Raut wajah Flo seketika berubah, muram dengan bibir cemberut. "Apa? Bang Ru mau minum? Sebentar saya ambilin, ya." Kemudian pergi keluar kamar dengan alasan mengambil air.

Pening di kepala Albirru semakin menjadi. Tugasnya supaya Flo mau belajar adalah tantangan tersulit. Oke, jangan anggap Albirru payah karena tidak bisa membujuk Flo. Tapi sungguh, mungkin kalian tidak tahu bagaimana rasanya mendapati banyak alasan dari seseorang yang disayang untuk mengalihkan semua perhatian.

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang