11. Orang Pertama

84 4 0
                                    

Nia melangkahkan kakinya cepat memasuki rumah Zalen. Ayu dan Fitri segera mengikuti Nia takut terjadi hal buruk.

Langkah Nia memelan saat melihat mamah dan papah Zalen duduk di samping peti mati.

"Tante..."

"Nia?..."

Mamah menoleh dengan mata sembabnya lalu segera melangkah memeluk erat Nia.

"Zalen mana tante?"

Mamah melepaskan pelukannya lalu mengusap pipi Nia. Menatap mata bengkak Nia yang kosong.

"Tante kok disini? Kata Zalen kalian pindah..."

"Nia..."

"Tante ayo anter aku... Aku mau ketemu Zalen..."

Nia menarik tangan Mamah keluar dari rumah tapi mamah malah menahan balik tangan nya.

"Tante ayo kita ke rumah baru tante..."

"Nia... Zalen udah nggak ada..."

Nia menggelengkan kepalanya membuat air matanya terjatuh.

"Zalen udah meninggal..."

"Tante..."

"Nak... Kamu ikhlaskan Zalen ya..."

Papah mengusap bahu Nia membuat Nia menoleh padanya.

"Nggak om... Jangan bilang kayak gitu..."

"Kamu mau liat Zalen kan?"

Nia menganggukkan kepalanya lalu papah menuntun Nia ke arah peti mati. Sekarang Nia dapat melihat wajah pucat Zalen.

Nia jatuh terduduk lalu perlahan memegang wajah Zalen. Nia terus menatap wajah favoritnya itu.

Nia merindukan senyum Zalen.

"Zalen... Jangan tinggalin gue... Jangan tinggalin gue kayak gini..."

"Zalen bangun... Udahan bercandanya..."

"Gue nggak suka diprank kayak gini..."

"Lo pura pura kan? Iya kan? Ini cuma prank karena ini hari ulang tahun gue!!"

"Zalen bangun... Jangan bikin gue takut... Zalen..."

"Zalen bangun sekarang... Atau gue bakal marah sama lo!!"

"Zalen bangun... Zalen please... Bangun... Gue disini..."

"AAAARRRRRGGHHHH!!!"

"Jangan tinggalin gue... Jangan tinggalin gue sendiri..."

Nia memukul mukul kepalanya membuat Papah segera menahan kedua tangan Nia. Papah membawa Nia ke dalam pelukannya.

"Zalen jahat banget om... Dia ninggalin Nia untuk selamanya... Bangunin dia lagi om... Nia mohon..."

"Biarin Zalen tenang di sana nak..."

"Enggak om... Bangunin Zalen... Nia mohon... Nia mohon om..."

Nia melepaskan pelukan papah lalu menyatukan kedua telapak tangannya memenohon dengan derai air mata.

"Kasih tau Zalen... Kalau Nia nggak akan maafin dia kalau dia pergi... Bangunin Zalen om... Nia mohon..."

"Nia cukup nak... Zalen nggak akan pernah bangun lagi..."

"Sakit banget tante... Nia nggak kuat... Nia pengin sama Zalen..."

Sekarang berganti mamah yang memeluk Nia erat membuat Nia membalas pelukan mamah tak kalah eratnya.

Complicated (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang