17. Hanya Mimpi?

63 5 0
                                    

Nia mencengkram kuat rambutnya sambil terus menangis sesenggukan. Dadanya sangat sesak seperti ada batu besar yang sedang menghimpitnya.

"Nia?"

Deg.

Nia mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang sangat dia rindukan.

"Zalen?"

Nia rasa dirinya sudah benar benar gila melihat Zalen berdiri di sampingnya sekarang. Tapi tak perduli dengan itu Nia segera berdiri dari duduknya lalu memeluk Zalen.

"Zalen..."

Tangis Nia kembali pecah saat Zalen membalas pelukannya.

"Gue disini Nia jangan nangis..."

"Gue takut sendirian Zal... Jangan pergi lagi..."

"Gue nggak akan ninggalin lo..."

"Gue takut..."

Cup.

Zalen mengecup kening Nia lama membuat tangis Nia perlahan terhenti. Nia melonggarkan pelukannya lalu mendongak menatap Zalen.

"Zalen?"

Nia menyentuh pipi Zalen membuat Zalen tersenyum manis.

"Iya ini gue..."

"Gue kangen sama lo..."

"Gue jauh lebih kangen sama lo..."

Nia kembali memeluk Zalen dia merasakan pelukan yang sangat dia rindukan. Pelukan terhangat yang pernah Nia rasakan.

...

Nia membuka matanya dan aroma obat langsung masuk ke indra penciumannya. Perlahan Nia membuka matanya lalu menoleh pada dua orang yang duduk agak jauh dari nya.

"Tante?"

"Nia?!"

Mamah segera mendekat begitu juga papah. Mereka berdua menatap khawatir Nia.

"Gimana keadaan kamu?"

"Ada yang sakit nak? Bilang sama om!"

Nia menggelengkan kepalanya pelan membuat mamah dan papah menghela nafas lega.

"Kenapa aku bisa ada disini?"

"Kamu pingsan di pusaran Zalen!"

Pingsan?

Jadi yang tadi?

Hanya mimpi?

Tiba tiba sesak itu kembali menyerang dada Nia. Nia menahan tangisnya mati matian agar tidak pecah di hadapan mamah dan papah.

"Kenapa kamu bisa pingsan disana nak?"

Nia terdiam lalu tersenyum tipis.

"Mungkin kecapean..."

Tangan mamah terulur mengusap kepala Nia lembut. Nia menatap wajah mamah lalu beralih pada papah.

Kedua mata papah yang sama persis dengan milik Zalen.

"Nia kangen banget sama Zalen..."

Lirihan Nia membuat hati mamah dan papah seperti teriris. Melihat kondisi Nia saat mereka temukan tadi sudah jelas Nia tidak baik baik saja.

Papah meletakan beberapa obat yang dia temukan di pusaran Zalen.

"Ini milik kamu?"

"Gimana om-"

Ucapan Nia terhenti lalu menundukkan kepalanya dalam dalam. Papah menggenggam salah satu tangan Nia.

"Om Dokter Nia... Om tau ini obat apa..."

Complicated (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang