19. Mualaf

107 4 0
                                    

Akhirnya Nia sampai dirumah dengan senyum ceria yang sudah lama dia tak perlihatkan. Bapa dan Ibu menatap heran Nia.

Wajah Nia sembab tapi bibirnya tersenyum lebar.

"Kamu dari mana aja?"

"Ketemu Zalen!"

"Nak... Zalen udah nggak ada jadi Bapa mohon... Lupain dia..."

"Zalen masih hidup Pa!"

Bapa dan Ibu menoleh pada suara yang tak asing di telinga mereka. Mereka melotot kaget karena melihat sosok Zalen berdiri dihadapan mereka.

Bahkan Zalen menyalimi Bapa dan Ibu. Nia tersenyum lalu berdiri di tengah tengah Bapa dan Ibu mememeluk lengan mereka.

"Zalen? Nak ini beneran kamu?"

"Iya ini Zalen bu..."

"Bagaimana bisa?"

Nia menyuruh Bapa dan Ibu duduk lebih dahulu. Setelahnya Zalen dan Nia juga duduk bersebelahan di hadapan mereka.

Zalen menceritakan segala yang terjadi satu tahun yang lalu. Setelah mendengarkan cerita Zalen.

Ibu langsung memeluk Zalen dan menangis haru. Ibu mengucapkan terima kasih berkali kali karena Zalen masih hidup.

Bapa juga memeluk Zalen lalu mengucapkan terima kasih karena masih hidup.

"Terima kasih nak... Terima kasih karena masih hidup..."

"Terima kasih banyak nak..."

"Iya Pa... Bu..."

"Sekarang semuanya akan baik baik saja..."

Nia memeluk kedua orang tuanya lalu Bapa juga menarik Zalen. Mereka berempat berpelukan seperti teletabis.

...

Sekarang Nia sedang terduduk menatap Zalen yang sedang memakai sarung milik Bapa. Zalen sudah menjadi mualaf sekarang bukan hanya Zalen tapi papah dan mamah juga.

Papah dan mamah sudah menjadi mualaf sejak satu tahun yang lalu. Sedangkan Zalen baru delapan bulan sejak dia bangun dari koma.

Lagi lagi mata Nia berkaca kaca mengetahui hal ini. Nia segera menundukkan kepalanya saat Zalen menoleh padanya.

Zalen akan pergi jumatan bersama Bapa. Seperti ada berjuta kupu kupu berterbangan di perut Nia.

"Ayo nak!"

"Iya Pa!"

"Nia kita pergi dulu ya!"

"Iya Pa, hati hati!"

"Hati hatinya buat Bapa apa Zalen?"

"Bapa mah... Buat semuanya lah..."

Setelahnya Nia berjalan menuju dapur untuk membantu sang Ibu. Bapa dan Zalen terekekeh geli melihat wajah Nia yang memerah.

"Udah lama sekali Bapa nggak liat Nia kayak gitu..."

"Sekarang Bapa akan liat itu setiap hari... Kebahagiaan di wajah Nia... Zalen janji..."

"Bapa percaya sama kamu nak!"

Bapa merangkul Zalen lalu mereka berjalan menuju masjid.

...

Nia mengetuk ngetukkan sepatunya di lantai rumah sakit. Dia sedang menunggu Zalen yang sedang menelfon seseorang.

Nia kesini karena ingin melihat cewe yang sangat mencintai Zilan.

"Udah ayo!"

"Yakin nggak papa kalo gue ikut?"

"Yang penting lo tunggu di luar... Nggak papa kan?"

Nia menganggukkan kepalanya pelan lalu merasa tangannya digenggam. Zalen menggenggam tangan Nia membuat Nia tersenyum tipis.

"Orang tua dia ada disini?"

"Cuma mamihnya sedangkan papihnya lagi kerja!"

"Zalen!"

Langkah keduanya terhenti saat mendengar seseorang memanggil nama Zalen.

"Tante!"

"Akhirnya kamu dateng juga, Caca nolak makan kalo belum ketemu kamu..."

"Ya udah aku masuk dulu tante!"

Mamih menganggukkan kepalanya pelan. Lalu Zalen masuk ke dalam ruangan Caca.

Mamih menoleh pada Nia membuat Nia tersenyum tipis.

"Kamu siapa?"

"Saya Nia, tante..."

Deg.

Mamih langsung mendekat pada Nia menatap tak percaya Nia. Nia menundukkan kepalanya saat terus ditatap oleh mamih.

"Kamu yang namanya Nia?"

"Iya tante..."

"Akhirnya saya bisa ketemu sama kamu..."

"Zilan selalu cerita tentang kamu..."

Nia langsung mendongak menatap wajah mamih yang sedang tersenyum ramah.

"Zilan maupun Zalen benar benar sangat mencintai kamu nak... Kamu sangat beruntung!"

"Apa saya boleh tanya sesuatu tante?"

Mamih menganggukkan kepalanya pelan lalu mereka memilih tempat yang enak untuk mengobrol.

...

Sekarang Nia dan mamih duduk di kantin rumah sakit. Mamih meminum sedikit teh manis dihadapannya.

"Apa yang mau kamu tanyakan?"

"Kenapa tante bisa tau tentang saya?"

Mamih tersenyum tipis lalu menggenggam salah satu tangan Nia.

"Karena Zilan selalu menceritakan kamu setiap hari setelah menemui putri saya, Caca!"

"Zilan selalu memujimu nak... Dia sangat mencintai mu..."

"Begitu juga Zalen..."

"Zalen juga selalu menceritakan dirimu pada tante setelah menemui Caca!"

"Walaupun tante baru bertemu Zalen selama empat bulan ini..."

"Tapi tante tau... Dia sangat mencintai mu juga!"

"Mereka berdua benar benar kembar baik fisik ataupun hati!"

"Tidak ada perbedaan antara Zalen dan Zilan.

Nia mengangguk ngangguk nganggukkan kepalanya. Mamih tersenyum melihatnya tapi senyum mamih langsung hilang mendengar perkataan Nia.

"Maka aku juga nggak akan bisa tau kalau mereka bertukar tempat!"

"Maksud kamu apa nak?"

Nia menghela nafas pelan lalu menatap kedua mata mamih yang memancarkan kebingungan.

"Saya nggak pernah kenal Zilan tante..."

"Yang saya kenal cuma Zalen..."

"Zilan nutupin identitasnya sama saya selama dia hidup..."

"Dia menyamar jadi Zalen..."

"Saya benar benar bodoh tak menyadari bahwa mereka ada dua..."

"Mereka berdua benar benar seperti orang yang sama..."

"Tak ada celah perbedaan antar Zalen dan Zilan!"


Lanjutttttt....
Gimana?
Masih bertahan?

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote and komen!!

See you next chapter...
Bye... Bye...

Complicated (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang