Part 11

3K 83 0
                                    

Part 11

Di sofa ruang tamu, Laura melemparkan tasnya lalu duduk di sana dengan mengusap kasar wajahnya. Hari ini ia baru saja bertemu dengan Diandra, sahabatnya itu memberitahunya kabar bahagia tentang kehamilannya, namun bagi Laura semua itu hanya kabar buruk yang tentu saja tidak disukainya.

Dari dulu, Diandra selalu menjadi yang pertama, yang paling bahagia di dalam persahabatan mereka. Sedangkan Laura selalu menjadi sosok yang paling akhir, menyamakan kebahagiaan sahabatnya tersebut, itu pun dengan cara bersusah payah.

Banyak hal yang selalu Laura inginkan, yang mengharuskannya berusaha dengan sangat keras, namun Diandra justru mencapainya dengan mudah, membuat Laura sering merasa iri dan pada akhirnya membancinya secara diam-diam.

Begitu pun dengan saat Diandra mendapatkan suami yang baik hati dan sangat mencintainya, Laura juga merasa iri dengannya, ia juga berharap mendapatkan lelaki seperti suami dari sahabatnya itu. Namun sayangnya, Laura mencintai teman kecilnya yaitu Ali, yang tentu saja sikapnya jauh lebih buruk bila dibandingkan dengan Fikri.

Tak hanya masalah suami, sekarang Laura juga harus merasakan rasa iri itu lagi saat sahabatnya itu memberitahunya akan kehamilannya sekarang. Karena jujur saja, Laura juga sangat berharap dirinya bisa hamil, namun semua juga terasa sulit karena Ali tidak mau menyentuhnya meskipun dia adalah suaminya.

Di tengah perasaan tak karuan itu, Laura menitikkan air matanya, merasa sangat tidak bisa menerima kekalahan di dalam hatinya, terutama kalah dengan Diandra, sahabatnya. Sejak dulu, Laura selalu berpikir untuk mengalahkannya apapun yang terjadi, ia bahkan berani melakukan banyak cara agar ia tidak tertinggal ataupun terlihat lebih rendah dari Diandra.

Sekarang sahabatnya itu sedang hamil dan Laura dibuat berpikir keras tentang bagaimana caranya ia bisa menyamakannya, karena rasanya juga mustahil meminta Ali untuk menyentuhnya, mengingat bagaimana keras kepalanya lelaki itu. Semakin dipikirkan, Laura semakin tidak bisa menahannya, air matanya terus-terusan tumpah membasahi wajahnya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumamnya frustrasi, bayangannya tertuju pada sosok Ali yang terus menghindarinya meskipun ia sudah berusaha mendekatinya.

Ya, selama ini Laura juga sangat berusaha mendekati Ali, namun yang ia dapatkan selalu penolakan dan penolakan. Suaminya itu terus menjauhinya dan bersikap dingin dengannya, membuat Laura lelah dan tidak tahu harus dengan cara apalagi untuk meluluhkan hatinya.

Di tengah tangisannya, Laura mendengar suara pintu rumah terbuka, menandakan seseorang baru saja masuk di sana. Dan benar dugaannya, dari balik pintu rumah, Ali datang dengan ekspresi wajah lelah dan di saat itu lah Laura pura-pura mempertahankan tangisnya.

"Laura," panggil Aku terdengar heran terlebih lagi setelah melihatnya menangis.

"Iya, Mas. Ada apa?" tanya Laura sembari mendongakan wajahnya ke arah Ali yang sedang berdiri di dekatnya.

"Kamu yang ada apa? Kenapa kamu nangis? Kamu ada masalah?" tanya Ali terdengar peduli, karena mau bagaimana pun, Laura adalah teman semasa kecilnya.

"Aku enggak apa-apa, Mas. Aku cuma merasa sedih ...." Laura menundukkan kepalanya, membuat Ali mau tak mau harus menanyakan apa yang membuat wanita itu tampak terpuruk sekarang.

"Sedih kenapa lagi?" tanya Ali tanpa minat.

"Diandra hamil, Mas." Laura menjawab senduh, yang tentu saja membuat Ali terkejut, meski tertutupi oleh wajah tenang dan dinginnya.

"Kamu nangis cuma karena Diandra hamil? Harusnya kamu bahagia sahabat kamu hamil, bukan malah nangis." Ali mengalihkan tatapannya, merasa tak percaya saja dengan kelakuan Laura.

Dicintai suami temanku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang