Part 14

2.6K 103 4
                                    

Part 14

Di dalam mobil, Diandra tengah melamun memikirkan sikap suaminya yang tampak lain dari hari-hari sebelumnya. Diandra merasa seperti itu, karena tadi pagi ia sempat meminta izin untuk mewakili papanya yang tidak bisa hadir di acara meeting dikarenakan sakit.

Respons yang pertama kali Fikri berikan hanya menanyakan penyakit papanya, lalu mengatakan bila Fikri mengizinkannya, namun setelah itu tidak ada yang dia bahas kecuali berpamitan untuk berangkat bekerja. Sebagai wanita yang sering dikhawatirkan oleh suaminya, tentu saja Diandra merasa ada yang janggal dengan sikap suaminya yang tidak biasanya, namun ia sendiri tidak yakin alasannya apa.

Belum lagi Fikri juga mulai pulang malam dengan alasan lembur kerja, padahal saat Diandra tengah hamil, suaminya itu selalu pulang tepat waktu dan tidak pernah melewatkan makan malam bersamanya. Namun sekarang, semua itu seolah mulai menghilang secara perlahan, memberikan Diandra rasa khawatir tanpa alasan.

"Kita sudah sampai, Bu." Suara sopir menyadarkan Diandra dari lamunannya, yang sempat tidak sadar bila mobil yang ditumpanginya sudah berhenti di depan sebuah perusahaan.

Hari ini, Diandra akan mewakili papanya untuk datang ke acara semacam rapat, yang akan membahas kerja sama antar perusahaan. Sebenarnya Diandra sendiri tidak yakin dengan kedatangannya, mengingat ia tidak paham dengan letak masalah yang akan dibahas, namun mamanya memintanya untuk datang saja dan membiarkan sekretaris papanya yang membereskannya.

"Iya, Pak. Terima kasih." Diandra membuka pintu mobilnya, diikuti sekretaris papanya yang turut turun dari mobil bagian kursi depan.

Setelah itu, Diandra berjalan mengikuti langkah sekretaris papanya, yang tampak professional dengan langkah elegannya. Sedangkan tatapan Diandra kini terarah ke sekelilingnya, di mana banyak orang-orang berlalu lalang di sana. Sampai saat Diandra menemukan sosok yang sangat dikenalnya, tepatnya seorang lelaki yang begitu disambut oleh banyak orang, bisa dilihat dari cara mereka membungkuk dengan sopan.

"Mas Ali?" gumam Diandra sedikit terkejut bisa bertemu dengan suami dari sahabatnya tersebut. Namun Diandra memilih untuk mengabaikannya, ia tak berniat sedikit pun untuk menyapanya karena ia tahu bagaimana sikap dinginnya lelaki itu. Menyapanya pun pasti ia akan diabaikan, pikir Diandra sekarang.

Itu lah kenapa Diandra memilih untuk tetap berjalan dan menuju ke arah lift, namun saat memasukinya dan pintu lift hampir tertutup sepenuhnya, pintu besi itu justru kembali terbuka dan menampilkan sosok lelaki tampan dengan wajah dinginnya. Menyadari hal itu, tentu saja Diandra membulatkan matanya, meski pada akhirnya bibirnya ia usahakan untuk tersenyum semringah.

"Pagi, Mas Ali." Pada akhirnya Diandra menyapa lelaki itu, meski niat awalnya ia berpura-pura tidak mengenalnya. Sedangkan Ali justru terdiam, ekspresi wajahnya juga sempat terkejut meski tertutupi oleh wajah tenangnya lalu melangkah masuk ke dalam lift dengan beberapa karyawannya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ali dengan sorot mata tertuju ke arah depan tanpa mau menatap ke arah Diandra, yang saat ini tengah berdiri di sampingnya.

"Aku di sini mewakili Papaku untuk menghadiri meeting, Mas."

"Memangnya Papa kamu ke mana?" tanya Ali lagi yang sempat tak dipercayai oleh Diandra, mengingat sikap lelaki itu yang tak mudah berbaur ataupun diajak mengobrol.

"Papaku sedang sakit, Mas."

"Siapa Papa kamu?"

"Pak Wijaya, Mas."

"Oh, jadi beliau Papa kamu?"

"Mas Ali kenal dengan Papaku?" tanya Diandra penasaran yang diangguki pelan oleh Ali sembari sesekali melirik ke arah bibir Diandra yang membentuk huruf o.

Dicintai suami temanku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang