Part 07
Laura menatap ragu ke arah Ali yang saat ini tengah sarapan tepat di hadapannya, sedangkan ekspresi lelaki itu juga tampak fokus dengan makanannya sampai tidak menyadari tatapannya.
Laura yang ingin memulai obrolan, tentu saja merasa tak nyaman setelah pernikahan mereka yang nyata-nyata cuma dilandasi rasa terpaksa dari hati Ali. Meski begitu, namun bukan berarti Laura akan menyerah, ia justru ingin memperjuangkan cinta suaminya.
"Mas," panggil Laura yang hanya ditatap tanya oleh Ali, namun tak menghentikan lelaki itu dari acara sarapannya.
"Mas," panggil Laura lagi, yang kali ini membuat Ali kesal dan menghela nafas geram.
"Apa?"
"Aku mau ngomong sama kamu, Mas." Laura berujar serius, yang tak membuat Ali mau bersikap baik dengannya.
"Ngomong tinggal ngomong aja kan? Kenapa harus panggil-panggil sampai dua kali?"
"Ya kan karena kamu enggak jawab panggilan aku, makanya kalau aku panggil kamu langsung jawab aku, Mas." Mendengar ucapan Laura, Ali seketika tak berselera makan, bisa dilihat dari caranya meletakan sendoknya lalu mendirikan tubuhnya berniat pergi dari sana.
"Kamu mau ke mana, Mas?"
"Mau kerja."
"Tapi kan ini masih jam tuju, biasanya kamu berangkat setengah delapan kan?"
"Lama-lama aku muak tinggal di rumahku sendiri, kamu itu membuat aku enggak nyaman di sini, jadi akan lebih baik kalau aku berangkat lebih pagi." Ali sudah berniat melangkah, namun Laura berusaha menghentikannya.
"Tunggu, Mas. Aku minta maaf kalau kamu enggak nyaman karena ada aku di sini, tapi aku ini istrimu, harusnya kamu bisa bersikap lebih baik kan?"
"Aku sudah bilang kan, aku akan buat kamu meminta cerai sendiri, jadi jangan pernah berharap lebih apalagi meminta aku bersikap baik ke kamu!" Ali menjawab tegas.
"Aku tahu itu tapi aku juga enggak akan menyerah buat kamu cinta sama aku, Mas." Laura menjawab yakin, yang kian membuat Ali muak.
"Terserah." Ali kembali melangkahkan kakinya, namun Laura dengan cepat menahan tangannya.
"Tunggu, Mas!"
"Apalagi?"
"Aku mau minta tolong sama kamu."
"Minta tolong apa?" Ali menghela nafas panjangnya, ia benar-benar ingin pergi dari rumahnya.
"Diandra mengajakku ke dokter, Mas," ujar Laura yang kali ini ditatap serius oleh Ali, sorot matanya bahkan tampak khawatir sekarang.
"Diandra? Memangnya kenapa dia? Dia sakit?" tanya Ali yang sempat didiami oleh Laura, merasa ada yang aneh dengan sikap suaminya.
"Enggak kok, Mas." Laura menggeleng pelan, namun ekspresi wajahnya masih tampak tak mengerti.
"Terus kenapa Diandra mengajakmu ke rumah sakit?"
"Diandra ingin mengajakku ke rumah sakit untuk tes kesuburan dan program hamil hari ini." Laura menjawab jujur, yang berhasil membuat Ali terdiam dengan banyak pikiran tak karuan di otaknya.
"Oh. Terus apa hubungannya sama aku? Kamu tinggal ikut saja kan?" jawab Ali tak habis pikir, sedangkan hati dan pikirannya serasa panas sekarang.
"Ya aku mau ajak kamu juga, Mas."
"Kenapa juga aku harus ikut? Apa hubungannya aku dengan program hamil Diandra?"
"Ya aku mau kamu sama aku juga ikut tes kesuburan dan program hamil, Diandra ingin kita ke rumah sakit bersama, makanya aku ingin mengajak kamu ke sana," ujar Laura yang tentu saja membuat Ali marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicintai suami temanku (TAMAT)
RomanceDikhianati dua orang yang sangat ia sayangi, membuat Diandra larut dalam rasa kebencian, yang membawanya pada rencana untuk membalas dendam. Diandra memilih untuk mendekati suami dari temannya, namun siapa yang menyangka bila lelaki dingin itu sudah...