Part 1

756 93 2
                                    

"Ayah sangat kecewa padamu. Sudah berapa kali ayah bilang. Kau harus sempurna, jangan lengah, jangan ada kecacatan dan jangan ada kekurangan. Tapi sepertinya kau masih belum mengerti juga." Nadanya datar, namun ketegasan dan kemarahan sangat khas dengan Mahendra Subrata, pemilik saham terbesar di Asia Eropa dan Chairman Subrata's Multicompany.

Mahendra duduk dengan angkuh di atas sofa singel ruang kerjanya dengan kedua putranya di kedua sisinya. Jangan lupa puluhan bodyguard di setiap sudut ruangan dan beberapa maid berjejer rapih di belakangnya yang siap memenuhi segala perintah sang Tuan membuat dirinya benar-benar terlihat seperti seorang raja.

"Maaf, Ayah, Rean mohon maafkan Rean."

Berbading terbalik dengan kedua saudara -lebih tepatnya saudara kembar, Reananda Subrata si tengah kini tengah menunduk dalam di depan meja sang ayah dengan tatapan iba para maid dan bodyguard yang sudah lama mengabdi pada keluarga Subrata.

Wanita berumur 28 tahun yang berstatus sebagai CEO di sebuah agensi terbesar di Asia itu kini merendahkan kepalanya pada sang ayah yang duduk angkuh di depannya.

"Tidak ada gunanya meminta maaf jika tidak dibarengi tanggung jawab. Jadi, tegakkan kepalamu."

Sesuai perintah, Rean berdiri tegak. Tatapan matanya memiliki pancaran yang sama seperti Ayah dan kedua saudara kembarnya, datar, dingin dan angkuh.

"Sekarang, jelaskan kenapa kau berhubungan dengan pria itu?" Pria yang dimaksud Mahendra adalah salah satu dari sekian banyak produser yang bekerja di bawah naungan Rean sendiri.

"Rean juga tidak tahu, Ayah. Rean hanya suka saat melihatnya dan merasa senang." Ragu, itulah yang Rean rasakan. Perasaan ketika dirinya bersama produser itu benar-benar tak dimengerti olehnya. Tapi satu yang pasti, dia menyukai perasaan itu.

"Kau tahu bukan kalau kau sudah Ayah jodohkan dengan putra pertama keluarga Abraham? Dan apa itu tadi? Kau menjawab pertanyaan Ayah dengan ragu. Itu kesalahan, Ayah tidak menerima kesalahan, kau tahu bukan?"

"Rean tahu, Ayah." Wanita itu tidak membantah. Ia menerima dengan lapang dada perkataan sang ayah karena memang kenyataannya begitu.

Itu kesalahan dan kesalahan tidak diterima di keluarga Subrata. Ia cukup sadar kalau dirinya sudah melakukan kesalahan fatal.

"Jofin, Nata, hukum saudari kalian sekarang karena sudah berani-beraninya membuat kesalahan." Ucapan Mahendra langsung menadapat anggukan dari kedua putranya.

Jofin dan Nata langsung mengambil gesper yang mereka kenakan sementara Rean hanya pasrah dan membuka setelah jasnya, menyisakan tank top hitam dan celana bahan panjang kemudian berlutut. Ia salah, dan ia harus mendapat hukuman. Hanya itu yang dia pikirkan.

Pha!

Pha!

Pha!

Suara pecutan gesper menggema di ruang kerja Mahendra. Sementara pemilik ruangan hanya diam menyaksikan putrinya sedang dipecuti oleh kedua putranya. Itulah akibatnya jika anggota keluarga Subrata melakukan kesalahan.

Para maid dan bodyguard yang menyaksikan Nona mereka dipecuti hanya bisa menatap miris. Keluarga ini memang kejam, lebih tepatnya didikan keluarga Subrata memang kejam. Mereka menjadi saksi dimana ketiga anak itu tumbuh dengan terus dicekoki segala macam les sejak umur 3 tahun.

Sempurna.

Itulah tujuan sang tuan saat mendidik ketiga anaknya. Menanamkan jiwa kompetisi setinggi langit hingga tak memiliki rasa persaudaraan dan tak segan saling menyakiti jika diperintahkan.

Happier: My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang