Part 8

399 51 22
                                    

"Kau mau kemana dengan tampilan seperti itu, Adik kecil?" William berjalan mendekati Rean dengan raut penasaran.

Ia baru saja berlatih pedang, bahkan bajunya masih basah karena keringat. Niatnya ingin kembali ke kamarnya dan berendam air dingin dengan wewangian agar tubuhnya relax, namun pandangannya malah tertarik pada Rean yang tampak sibuk berbicara dengan asisten pribadinya.

"Meninjau pasar dan mengecek beberapa hal." Jawab Rean. Ia memperbaiki tata letak mantel hitamnya kemudian menggelung rambutnya yang telah berubah menjadi warna navy dengan bantuan alat sihir.

William memperhatikan Rean dari atas sampai bawah. Wajah yang semakin cantik, tinggi yang menjulang meski baru berusia 12 tahun, pandangannya yang tenang, dan yang paling menarik adalah pakaiannya yang aneh namun terlihat begitu elegan.

"Kau akan menjadi pusat perhatian dengan penampilanmu, Dik."

Rean tersentak mendengar komentar William. Benar, meski orang-orang di kediaman Morton sudah terbiasa melihat ia dengan pakaian yang ia design ini, bukan berarti orang luar akan begitu. Terlebih dengan celana. Wanita sangat tabu untuk menggunakan celana karena katanya itu sangat tidak bermoral.

Andai saja orang-orang tahu bahan-bahan yang digunakan Rean untuk membuat satu pakaiannya mungkin mereka akan muntah darah.

Pakaiannya tidak sembarangan, contoh mantel hitam yang sedang ia kenakan sekarang terbuat dari campuran kulit buaya rasaksa penyembur api yang merupakan monster tingkat menengah yang membuatnya tahan api, ditambah berlian hitam yang dibubukan untuk dioleskan agar nampak mengkilap, benangnya merupakan benang sihir super kuat, dan jangan lupakan kancingnya yang seratus persen dibuat dari berlian.

Pengrajin pribadinya bahkan sampai menangis saat awal-awal bekerja saking frustasinya dia dengan semua bahan pakaiannya.

Rean menghela napas. "Ini jadi merepotkan."

Ia melirik Eren sebelum mengeluarkan titah. "Pergilah sendiri, catat semuanya seperti biasa dan kembali sebelum petang."

"Baik Nona." Sebelum Eren pergi, Rean sempat memberikan 5 koin perak dari cincin dimensinya sebagai uang makan.

"Bawahan yang sempurna adalah dia yang kau selamatkan hidupnya, dan memperlakukan dia dengan layak adalah caramu untuk mengaturnya. Ingat itu." Itu adalah perkataan Mahendra. Dan Rean pikir itu sangat benar.

Membuat orang berhutang nyawa adalah satu-satunya cara membuatnya tetap setia. Meski tidak 100%, karena manusia sering lupa diri.

"Apa kau akan membuka lowongan kerja sebagai asistenmu? Aku ingin mendaftar." Canda William.

"Kau terlalu naif untuk jadi asistenku, kak." Balas Rean dengan canda pula.

William tergelak, ia menggeleng tak habis pikir, mungkin hanya ia dan keluarganya yang paham bagaimana cara si bungsu bercanda.

"Ayo ke taman dan minum beberapa gelas susu." Ajak William, tangannya asal menggandeng Rean dengan lembut dan langkah semangat membuat Rean tak bisa menolak.

Mereka sampai di gazebo yang terletak di samping danau buatan yang cukup indah, teratai kaca tumbuh dengan sumbur menambah keindahan danau dan jangan lupa ikan-ikan kecil yang kerap muncul ke permukaan.

Setelah pelayan menghidangkan beberapa camilan dan minuman, William membuka topik obrolan, "Kudengar toko perhiasanmu maju pesat, bagaimana bisa begitu? Padahal kau baru memulainya tiga tahun lalu."

Rean memang membuka toko perhiasan setelah tanpa sengaja menemukan tambang berlian hitam yang langka, namun setelah ditelusuri ternyata lebih dari sepuluh jenis permata kembali ditemukan. Ia benar-benar menjadi kaya raya.

Happier: My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang