...perhatian orang-orang segera teralihkan pada Rean yang berdiri di samping Federick.
Bukan. Ia memang cantik, sungguh, demi apa pun mereka tidak dapat menyangkal bagaimana indahnya rambut seindah langit malam, mata bak obsidian, dan wajah tegas nan ayu itu. Tapi, yang menjadi fokus orang-orang adalah pakaiannya.
Bagaimana bisa seorang perempuan memakai celana dan jas?
Apa dunia sudah kiamat sekarang?
.
.
.Bukan hanya para bangsawan, bahkan Kaisar sampai ternganga dibuatnya.
Itu jas dan celana.
Seorang WANITA baru saja memakai JAS dan CELANA!
Beberapa orang tak bisa menahan ekspresi mereka dan mulai bergumam dan berbisik bahwa pakaian Rean tak sopan dan tak senonoh.
Beberapa bangsawan tua bahkan terang-terangan memandang tertarik pada kaki Rean yang tertutup celana bahan hitam meski mulutnya bergumam bahwa itu tak sopan. Sangat menjijikan.
Rean sendiri tak mempermasalahkannya, ia sudah menduga ini akan terjadi. Namun, suatu saat, akan ia pastikan mereka semua bahkan tak bisa mengangkat wajah mereka bila bertemu dengannya. Tunggu saja.
"Sepertinya kalian sangat suka menatapi putriku, lancang sekali." Hanya sedikit, sungguh, Federick hanya sedikit menekan nada suaranya dan keheningan kembali menyelimuti.
Dalam hati Rean mengangguk bangga. Ayahnya tahu dengan pasti bagaimana menggunakan kekuatannya.
"Ayah." Bisik Rean.
Federcik melirik sekilas sebelum meninggalkan podium, membiarkan Rean kecilnya melakukan apa yang ia mau.
Dengan segelas anggur di tangan, Rean melangkah penuh dominasi ke tengah-tengah hall.
Tubuhnya yang tinggi dan tegap membuat langkahnya lebih lebar dan tegas. Di kehidupannya yang dulu ia memiliki tinggi setara dengan kedua kembarannya, jadi di kehidupan ini pun ia harus lebih tinggi, kan?
Tentu sebagai penunjang, ia juga makan makanan kaya kalsium, terlebih ia memang penggila susu murni. Tingginya sekarang setara dengan dagu William, atau bisa dibilang meski ia baru berusia 12, tingginya sudah seperti wanita dewasa berusia 18 tahun. Entah akan setinggi apa bila ia sudah benar-benar dewasa nanti.
Saat berjalan, jubahnya yang hitam legam berkibar menghantarkan aroma mint segar dan kayu cendana. Menenangkan, namun mendominasi bagi setiap orang yang menghirupnya.
Sebenarnya, itu adalah parfum yang sama seperti kehidupannya yang dulu namun kali ini ditambah ramuan sihir agar aromanya lebih tahan lama dan kuat.
"Sebelumnya, saya ucapkan selamat datang pada Anda sekalian ke pesta debutante pertama saya. Saya harap Anda semua dapat menikmatinya dengan leluasa." Ia mengawalinya dengan ramah, suaranya tegas dan tak gentar serta pandangannya lurus tak terganggu.
Fokus orang-orang tentu terarah padanya. Meski banyak yang diam-diam mencibir pakaiannya tapi tak lagi ditunjukan sebab Federick yang kini sudah seperti elang yang tengah mengawasi mangsa.
"Sejujurnya, kemarin saya sedikit khawatir bila dekorasinya terlalu sederhana dan kurang sesuai dengan Anda sekalian. Meski begitu, percayalah, saya menyiapkan semuanya sendiri dengan maksud agar Anda semua merasakan ketulusan saya." Lanjutnya dengan nada murah hati.
Namun bukannya tersentuh, orang-orang malah sebaliknya. Mereka menggeleng tak terima. Tidak ada kata sederhana.
Mulai dari makanan dengan bahan terbaik dari yang terbaik, puluhan lampu berhias kristal-kristal langka, buah-buahan eksotis, serta peralatan seperti meja, kursi, sendok dan lainnya terbuat dari bahan-bahan yang terbaik. Dan jangan lupakan sutra kualitas terbaik yang dijadikan tirai di setiap sudut ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Happier: My Lady
FantasíaBlurb: "Subrata harus sempurna! Jangan buat kesalahan dan jangan biarkan ada kecacatan!" Kalimat itu yang Mahendra Subatra tanamkan pada Jofindra Subrata, Reananda Subrata dan Winata Subrata yang tak lain adalah anak-anaknya sendiri. Hingga tanpa s...