"Zia, tolong bawakan padaku." Zia segera memberikan semuah tas kecil pada Rean. Segera Rean mengambil benda dari dalam tas yang dibawa Zia.
Dan benda yang ia bawa adalah lampu pijar sederhana yang dia buat secara rahasia dengan bantuan Zia, Sean dan Klien -tentu saja ia tidak bisa melakukannya sendiri dengan umurnya yang sekarang.
"Maafkan aku karena telah mencuri ide brilianmu demi keuntunganku, Edison." Batin Rean, meski sedikit banyak ia bersyukur karena ia tidak berada di dunia nyata yang artinya sejarah tidak akan berubah.
Rean mengambil lampu dan juga dudukannya. Lampu itu seperti lampu pada zaman modern namun dudukan lampunya terbuat dari kaca tahan panas yang sudah diberi batu energi kecil di tengahnya. Jadi saat kawat menyentuhnya lampu akan langsung menyala. Yap, karena di sini belum ada listrik, ia memilih menggunakan batu energi yang sudah dipotong kecil-kecil.
"Lihat ini!" Dengan semangat Rean memasangkan lampu pada dudukan yang otomatis membuat lampu tersebut mengeluarkan cahaya.
"APA ITU?!!"
Refleks Friedrich, Federick dan Soddy melompat mundur dengan Rean yang didekap oleh Federick lalu mereka bertiga memasang perisai elemen yang melingkupi mereka berempat.
"Pfftt... hahaha!"
Mereka bertiga menoleh pada Rean yang kini sedang tertawa geli di gendongan Federick. Sungguh, reaksi mereka membuat Rean sakit perut. Begitupun ketiga orang yang masih berdiri di belakang sofa yang tadi Rean duduki kini tengah menahan tawa.
"Itu namanya lampu, itu tidak berbahaya." Rean memberontak dari gendongan Federick yang entah bagaimana membuat sesuatu dalam dadanya menghangat(?) Entahlah, dia merasa aneh.
Rean memberi isyarat untuk menghilangkan perisai itu yang dituruti oleh ketiganya. Ia berjalan mendekati lampu yang masih menyala lalu melepaskan lampu itu dari dudukannya hingga lampu itu padam.
"Lihat, ini tidak berbahaya lho." Ia memegang kedua bagian lampu itu lalu kembali tertawa saat kembali mengingat wajah terkejut mereka bertiga yang lucu.
Menyadari tidak adanya bahaya, mereka bertiga kembali duduk dengan berdehem canggung.
"Ekhem! Jadi, apa ini sayang?" Tanya Federick.
Mengerti akan tatapan yang tertuju, Rean tersenyum bisnis lalu mulai menjelaskan. "Benda ini bernama lampu yang berfungsi untuk penerangan. Lihat ini, jika lampunya di pasang pada dudukan lampu maka bagian ini akan tersambung lalu kawat ini akan menghantarkan energi dari batu energi pada filamen dan akan kembali dialirkan ke kawat yang satunya. Proses ini akan terus berulang hingga energinya habis." Jelas Rean dengan singkat dan sederhana.
Mereka bertiga terdiam dengan hati berdecak kagum dengan ide brilian si kecil sembari menatap takjub pada lampu yang kini menyala dengan terang.
"Berapa lama itu bisa bertahan?" Tanya Friedrich.
"Setelah pas enam puluh hari, batu energinya harus diganti, jika tidak maka lampunya akan meledak. Tapi tenang saja, meski meledak, ledakannya sangat kecil dan tidak menimbulkan luka serius." Jawab Rean lalu menyerahkan lampu itu pada Federick.
Friedrich mengangguk paham begitupun Soddy dan Federick dan secara bergantian memegang lampu dan dudukannya.
"Sangat sederhana, berapa biaya yang kau habiskan untuk membuat ini Rean kecil?" Friedrich memutar-mutar lampu itu di tangannya dengan penasaran.
"Tidak sesederhana itu sebenarnya Paman. Dan biayanya hanya 20 perak untuk keseluruhan eksperimen tapi aku tidak akan menghitungnya. Yang aku inginkan adalah bisnis."
"Bisnis?" Soddy membeo.
"Ya. Sebenarnya jika aku memiliki uang sendiri aku tidak akan menawarkan ini. Tapi karena aku butuh investor, terpaksa aku melibatkan Papa dan para paman." Rean minum sebentar sebelum menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happier: My Lady
FantasyBlurb: "Subrata harus sempurna! Jangan buat kesalahan dan jangan biarkan ada kecacatan!" Kalimat itu yang Mahendra Subatra tanamkan pada Jofindra Subrata, Reananda Subrata dan Winata Subrata yang tak lain adalah anak-anaknya sendiri. Hingga tanpa s...