Part 4

594 91 8
                                    

Rean kini tengah membaca buku di kamarnya yang sangat rapi. Di kamar yang luas itu hanya terdapat ranjang besar dengan kelambu putih, sofa dan meja di dekat balkon, karpet hitam polos, meja belajar dan cermin setinggi orang dewasa agar ia tidak perlu lagi memanjat kursi saat akan berkaca.

Ia memang sudah merombak kamar ini besar-besaran, bahkan mengganti cat tembok yang tadinya berwarna biru menjadi putih. Yeah, Rean memang sangat mirip penderita OCD.

"Damai sekali." Rean menyesap susu hangat yang tadi disajikan Zia, menikmati kedamaian dari keheningan kamar.

Tok tok tok!

"Permisi Nona Rean, ini Zia."

Rean menghela napas. Baiklah, mungkin ini tidak sedamai yang diharapkan, tapi setidaknya masih tenang kan?

"Masuk. Ada apa?"

Zia membuka pintu kamar nona mudanya dengan pelan. Ia terpekik dalam hati saat melihat nona mudanya yang begitu imut dengan balutan gaun putih sederhana dan rambut hitam yang diurai membuat kesan keimutan dan kepolosannya bertambah.

"Grand Duke Morton memanggil Anda untuk ikut menghadiri persidangan. Pembunuh dari ketiga nyonya selir dan para warga sudah ditemukan."

Rean mengangguk lalu menutup bukunya, sesuai apa yang ada di buku, tim detektif itu menyelesaikan kasusnya pada minggu ke-2.

"Tolong ikat setengah rambutku." Ucap Rean. Kali ini tidak dengan aksen cadelnya karena dia selalu berlatih mengucapkan R setiap hari hingga membuahkan hasil. Dirinya tidak cadel lagi.

Zia mengangguk dan mulai menata rambut Nonanya. "Apa nona tidak ingin berganti pakaian dengan yang lebih mewah? Nona akan keluar dari mansion dan bertemu banyak orang, mungkin saja orang-orang akan memandang Anda dengan rendah."

"Ambilkan aku mantel saja. Aku tidak terlalu suka dengan sesuatu yang berlebihan."

Zia mengangguk paham. Bagaimanapun pakaiannya, nonanya akan tetap menjadi yang terimut.

Setelah sampai di depan mansion, ia langsung disambut pelukan erat oleh Friedrich yang menurutnya sangat kurang kerjaan.

'Apa kaisar ini tidak memiliki pekerjaan sampai-sampai bisa bebas hampir setiap hari datang ke mansion dan menggangguku?' Pikir Rean heran.

Friedrich memang hampir setiap hari datang ke mansion Morton dengan menggunakan sihir teleportasi. Padahal sihir teleportasi memerlukan energi yang cukup banyak. Tapi, dengan adanya perjanjian sihir teleportasi dengan segel antara ketiga pilar Kekaisaran ini, mereka bebas saling mengunjungi satu sama lain -meski tujuan utamanya adalah kerahasiaan informasi dan keamanan.

Dari mana ia mengetahuinya? Ia melihatnya sendiri saat dia sedang dipanggil oleh Federick yang menginterogasinya soal bagaimana cara ia belajar elemen di ruang kerjanya.

Friedrich akan datang dan menumpang makan siang -tentu dilakukan di ruang kerja Federick agar tidak ada yang curiga, lalu bercosplay menjadi wartawan dadakan dan akan terus bertanya bagaimana harinya atau buku apa yang sedang dibaca dan tidak segan memeluk serta menciumnya.

Menyebalkan.

Friedrich menggendong Rean kemudian menduselkan pipinya pada pipi gadis itu dan bertanya dengan antusias. "Bagaimana harimu Rean kecil?"

"Baik, Paman Rich."

"Ugh! Kenapa kau sangat imut?! Paman kan jadi ingin membawamu pulang~" Friedrich mengecupi pipi Rean, membuat si empu memutar matanya malas.

Dasar Kaisar menyebalkan!

"Berhenti Paman!" Rean berusaha menjauhkan wajah Friedrich dengan tangan kecilnya, tapi apa daya, tenaganya kalah dan Friedrich malah semakin bersemangat memberinya kecupan.

Happier: My LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang