o

8.1K 721 34
                                    


"a-ayah..! ayah.." jungwon  mendatangi tuan park  yang sedang duduk diteras rumah sambil menikmati segelas kopi dan membaca koran dengan suara serak gemetar

"ya, ada apa jungwonie?"

"kenapa.. kenapa ayah melakukan ini pada jay? kenapa ayah begitu mengekang hobi melukis jay?" tanya jungwon dengan nada terisak

tuan park terdiam, melipat koran yang baru ia baca, lalu menatap pemuda manis yang merupakan calon menantunya tersebut

"jadi... kau sudah mengetahuinya?"

jungwon mengangguk pilu, dan  menggeleng tidak percaya atas apa yang ia ketahui baru-baru ini.

"k-kenapa ayah melakukan ini? kenapa ayah tega melarang jay pada hobi nya?"

"kau tau jungwon...? jay sendiri yang melakuan semua ini agar bisa bersamamu, tolong hargai pengorbanan jay agar kalian tetap bisa bersama."

"tapi tidak harus membuatnya tersiksa seperti ini kan ayah? ayah telah membuang jati diri pada jay sendiri..!"

"jay sendiri yang meminta jungwon, dan ini demi kebaikan kalian.. kau harusnya bertugas mendukung dan menyemangati dia, bukan seperti ini" ujar tuan park tiba-tiba dengan nada datar. jungwon tentu shock atas fakta ini.

jungwon kembali menggeleng, dengan isakan keras, matanya sudah memerah dan bibir tipis miliknya sesegukkan.

ia tidak tau harus bagaimana, ia tidak menyangka jay melakuan semua ini hanya untuknya

terbesit dipikirannya, jika ia hanyalah beban bagi jay, segala sesuatu yang menjadi kebahagiaan jay terampas, hanya karna dirinya.. jungwon merasa jika ia..

"baiklah, jika memang aku yang menjadi penghalang bagi mimpi jay, aku yang akan keluar dari kehidupannya" ujar jungwon  tegas

giliran tuan park yang menggeleng, tidak percaya jika jungwon akan melakukan ini.

"jungwon.. tunggu nak, bukan seperti ini point utamanya.."

namun jungwon tidak perduli,  dengan cepat ia berlari ke kamarnya

"jungwon..! apa yang kau lakukan?!  teriak tuan park namun tidak digubris oleh jungwon.

pemuda manis itu mengemasi pakaiannya, sesekali mengusap airmatanya yang menetes deras

bagaikan mimpi buruk yang menyambar.. rasa sesak itu kembali datang, namun dengan faktor masalah yang berbeda

"hiks.. " isak jungwon pecah


setelah semua baju-bajunya yang tak terlalu banyak ingin dibawa terkumpul ditas miliknya, jungwon segera merobek kertas. mulai menulis surat kata-kata perpisahan pada jay.

dengan pelan ia keluar kamar dan segera meletakkan surat tersebut dimeja kamar jay beserta cincin tunangan mereka, namun sebelum benar-benar beranjak dari kamar jay, jungwon melihat sebuah undangan disamping nakas milik jay.

sudah kesekian kalinya jungwon merasa terbodohi oleh fakta yang tidak pernah ia ketahui sama sekali.

dengan tangan bergetar jungwon mengambil undangan tersebut yang mana tidak asing dimatanya.

surat undangan dari panitia acara pameran lukisan yang akan diadakan di bulan depan.

tangisan jungwon semakin pecah, jay mendapat undangan ini semakin membuat rasa bersalah jungwon memuncah

menggeleng dengan berderai air mata, jungwon segera keluar dari kamar jay lalu menarik koper milik berisi bajunya untuk segera pergi.

"jungwon-ah, jangan lakukan ini, ayah minta tolong.. demi jay, jungwon" ujar tuan park tiba-tiba sudah didepan jungwon

paint my love (jaywon/jongwon)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang