الجزء 4 Bunga Daisy

344 148 160
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Aku gak percaya kegagalan tapi aku percaya akan takdir." Callista Narayya

"Bahkan, Allah lebih tau dari apa yang tidak kamu ketahui," Akram Ali Ammer

---

Mencoba untuk membuka hati. Kalimat inilah yang tertulis di dalam surat wasiat Nadira untuk sang suami dan termasuk Narayya, perempuan yang ia percaya dan menjadi pilihannya.

Narayya menjadi salah tingkah dengan wasiat Nadira. Adakalanya sedih dan adakalanya baper. Memang unik ya perasaan itu?

Sama seperti perasaan Akram dan Narayya yang sangat sulit untuk diprediksi. Kadang mereka bisa akur terkadang mereka seperti ayam yang keluar kandang. MasyaAllah ini lucu.

"Mba Nadira masih menyuruh aku untuk jadi ibu sambung Aban?" Akram memalingkan wajah nya dan mengangkat bahunya tak tau.

Tiba-tiba Aban menangis di gendongan Narayya. Lalu Narayya menenangkan nya namun Aban sepertinya ingin bersama Akram.

Hari semakin sore, langit pun begitu gelap dan sepertinya akan turun hujan besar malam ini. Sejak tadi ponsel Narayya mati, apakah Abah nya mencari?

"Kamu gak pulang?"

Narayya menoleh sambil menatap langit. "Saya belum mau pulang."

"Kenapa begitu?"

"Saya malas berdebat dengan Abah. Saya keluar niat nya mau cari kamu dan anak kamu di rumah lama mu, tapi? Kamu kabur dari perjanjian itu." merasa tak enak hati akan perbuatan Akram kepada Narayya, dia menawarkan pilihan agar salah nya bisa di tebus.

"Ikut saya," ucap Akram sambil jalan sedikit buru-buru.

"Ikut saya, ikut saya, ikut saya kemana?" tanya Narayya penasaran.

Akram menahan kesal, "ikut aja, kamu takut sama saya?"

"Iya! Saya takut di apa-apain sama kamu! Jangan macem-macem ya Ak. Walau saya belum menikah dan kamu baru di tinggal istri kamu, tapi kamu gak bol---"

"Prasangka buruk." jawab Akram. Narayya langsung diam. Memangnya salah jika dia berpikir an seperti itu?

"Jangan berprasangka buruk sama saya. Saya gak akan sekotor itu mengambil kehormatan kamu sebagai muslimah."

Narayya merasa lega. Dia menepuk dada nya.

"Terus mau kemana?" tanya Naraya lagi. Tau tidak? Ucapan Narayya yang selalu bertanya kemana kemana dan kemana membuat kepala Akram pusing karena perempuan itu banyak bicara. "Nurut bisa gak?" Kesal Akram.

Narayya menggeleng. "Gak bisa, saya bukan istri kamu."

Astagfirullah.

---

Sampai di sebuah halaman rumah, tak semewah rumah Abah memang, Narayya nampak nya diam dengan segala isi halaman rumah itu. "Kenapa diam? Jelek ya rumah ini? Gak sebagus halaman rumah Abah kamu." sindir Akram.

"Bukan begitu. Rumahnya sederhana, tapi bagus, banyak bunga-bunga segar yang rapih di tanam di sebelah sana," tunjuk Narayya kearah bunga Daisy.

Akram tersenyum tipis, "kamu suka bunga daisy Ray?"

Narayya mengangguk sambil tersenyum. "Saya suka. Karena warna nya cerah seperti kehidupan yang saya inginkan dimasa depan."

KU TEKADKAN UNTUK BERHIJRAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang