Bismillah..
"Jangan menceritakan masalah mu di media sosial, karena tak ada orang yang peduli. Tapi ceritakan lah kepada Allah, sesungguhnya Allah pendengar yang terbaik"
---
Di dapur, Akram sedang memasak untuk dirinya dan juga masak besar untuk Jumat amal. Dia tau uang nya tidak sebanyak uang-uang pejabat di luaran sana, tapi hatinya bertekad ingin berbagi kepada sesama yang membutuhkan.
Selalu Allah lancarkan rezekinya dari berbagai arah, dan kebetulan juga ini wasiat kedua dari Nadira. Ia mau jika suaminya tetap dermawan dengan penghasilan yang belum seberapa.
Aban kebetulan sedang di titipkan kepada ibu Akram. Ibu Akram pulang dari Bandung dan berniat untuk tinggal bersama Akram dan merawat cucunya.
"Mi, kira-kira orang selain anak pesantren yang Akram kirim makanan mana lagi ya, menurut Umi?" tanya nya kepada Zahro.
Lalu Zahro menjawab sambil menggantikan popok Aban, "anak yatim, duafa, panti jompo, sama kalau cukup di bagikan ke lingkungan sekitar kita Kram."
Akram mengerti. Berarti dia harus berusaha mencukup-cukupkan agar sampai kepada orang yang dituju.
Selesai memasak, Akram dan Umi nya mewadahi nasi dan lauk dalam plastik lalu mereka masukan kedalam box. Aban menangis terus sejak tadi, apakah anak ini ingin susu? Tapi Zahro sudah memberikan nya susu tetap saja Aban tak mau.
Akram berusaha bertanya kepada Aban yang belum mengerti apa apa. "Kamu mau apa sih nak? Ayah dari tadi pusing kamu nangis terus gak berhenti-henti."
Lalu Zahro berpendapat. Agar putra nya itu segera menikah kembali. Mencari istri dan ibu yang baik agar Aban pun terurus.
"Kram, ayolah, mencoba mencari istri."
"Tidak Umi, Akram belum bisa menerima orang baru setelah kepergian Nadira."
"Kram. Sudahlah. Gantikan posisi Nadira, dia sudah tiada, kalau kamu begini terus Nadira pasti juga sedih, dan kamu gak kasihan sama Aban? Dia butuh sosok seorang ibu!" perjelas Umi.
Akram menatap Zahro begitu lekat. Bagaimana bisa wanita yang ia cintai sejak dia zaman-zaman SMA sampai Akram mencoba melawan dan menahan untuk tak menyapa Nadira waktu SMA? Merelakan kepergian sang istri begitu saja? Umi pikir mudah? Dan mencari istri lagi? Memang nya perempuan itu dagangan? Yang gampang di cari di pasar dan di gunakan? Tidak!
Terus saja Akram membela Nadira di depan Zahro walaupun Nadira sudah tiada. Ini bukti Akram mencintai Nadira sampai akhir hayatnya. Tapi bukan begini juga caranya, gamon terus dengan kepergian orang itu adalah efek samping yang membahayakan.
Tepat pukul delapan malam. Akram kehabisan bahan dapur. Dia hendak ke supermarket untuk belanja kebutuhan dapur supaya Umi nya tak lelah untuk pergi pagi-pagi.
"Jagakan Aban ya Mi!" pamit Akram. "Assalamualaikum!"
Zahro bergegas keluar rumah, "mau kemana kamu Akram? Malam-malam jangan keluyuran! Ingat kamu sudah punya anak!"
Akram mengacung kan jempol bersyarat ia akan kembali setelah urusan perdapuran nya selesai. "Cari sayur!!!!!"
"Hah? Sayurrr? Halu apa anak ku?" gumam Zahro sambil menggaruk kepalanya yang tertutup Khimar.
---
Di rak panjang itu terdapat softex yang akan Narayya beli, namun ia pikir ulang apakah masih ada sisa di rumah? Jika ia membeli lagi pasti tidak akan terpakai. Karena Narayya tipe orang yang agak boros sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
KU TEKADKAN UNTUK BERHIJRAH
JugendliteraturDILARANG PLAGIAT! ❌ "Gak ada baper-baperan sebelum menikah." "Cara Islam mempertemukan kita itu indah ya mas." "Cinta yang berlandaskan iman, mau kamu se-buruk apa pun dimata Umi, kamu tetap bidadari yang gak kalah jauh sama Nadira." ...