Setelah memarkirkan mobilnya di garasi Kinaya langsung masuk kerumah dan sudah disambut oleh Bi Inah dan Kirana.
Kinaya terkejut melihat Bi Inah didapur, karena setahunya Bi Inah sedang izin pulang kampung dari 3 hari yang lalu karena anaknya sakit.
"Loh, kok ada Bi Inah?" bingungnya.
Bi Inah yang melihatnya pun tersenyum, "Mba Ay sudah pulang? Mba Ay ga kangen sama bibi emang?" Tanyanya dengan nada bercanda.
"Ih bukannya gitu, emang Dennis udah sembuh Bi?" tanya Kinaya.
"Sudah Ay, anaknya Bi Inah yang pertama yang nemenin. Makanya Bi Inah langsung kesini lagi," bukan Bi Inah yang jawab melainkan Kirana. "Gimana sekolahnya Ay?"
"Biasa aja, Om Ardan marah karena Muti ga jadi mampir terus katanya mau diaduin ke Nenek," terang Kinaya. Kirana yang mendengar itu pun tertawa bersama Bi Inah.
"Om kamu bisanya ngancem, padahal apa susahnya sih main kerumah. lagian setiap minggu juga ketemu," kekeh Kirana.
Kinaya hanya mengendikkan bahunya acuh.
Ya, memang Kepala Sekolah SMA Nusantara adalah kakak dari Kirana yang berarti adalah Om dari Kinaya. SMA Nusantara adalah milih kakeknya yaitu Bagaskara.
"Ay naik ya,"
"Iya sayang, istirahat ya. Semoga hari kamu selalu baik," ucap Kirana sambil mengusap kepala putri satu-satunya.
Kinaya hanya bergumam dan menaiki tangga menuju kamarnya, meninggalkan Kirana dan Mba Inah di meja makan.
"Semoga Mba Ay bahagia terus ya Bu." Ucap Mba Inah pelan.
Kirana mengehela nafas pelan "Semoga Bi, saya dan keluarga berusaha sebaik mungkin."
Bi Inah mengelus lengan majikan yang sudah seperti saudara baginya ucapnya sambil tersenyum.
****
Esok paginya Kinaya berangkat ke sekolah dan hampir saja telat. Sesampainya diparkiran ia melihat inti Gardions sedang diatas motornya masing-masing, mungkin baru sampai juga pikir Kinaya.
Tiba-tiba Devan menghampiri Kinaya "Kin, gue belum bilang makasih kemarin. Makasih banyak udah bantu gue dan nganterin gue ke markas."
Kinaya menengok dan mengangguk "Santai," dan langsung melanjutkan perjalanannya lagi menuju kelas.
Hal itupun tak luput dari pandangan Gio. "Heh diliatin aja, ga bakal ilang." Ucap Jere yang tertawa sambil menyenggol lengan Gio.
"Dia kenapa cakep banget sih, astagaaaa!" Ucap Damian yang langsung mendapatkan tatapan tidak suka Gio. "Hehe ampun, gue cuma jujur doang Gi."
"Gue traktir dia makan kali ya?" Gumam Devan.
"Buat apaan? Sok baik lo! Lo aja masih ada utang di Warung Babeh." serang Damian.
"Yaelah buat ucapan terimakasih, ya nanti gue traktirnya pake duit black card sultan lah." kekeh Devan sambil melirik Gio.
"Ga akan gue kasih juga." Balas Gio dengan wajah datarnya.
Bara yang melihat kelakuan temannya hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Yuk cabut!"
Selama perjalanan Inti Gardions berjalan di koridor banyak mata yang melihat kearah mereka berlima. Setelah sampai di depan kelas tiba-tiba mereka dikejutkan oleh teriakkan gadis yang mereka hafal betul milik suara siapa itu. Suara yang selalu menganggu ketenangan Gio.
"Gio!"
"Kamu jalannya cepet banget sih, kan aku panggilin juga." Ya, dia Abel. Penyembah Gio.
Gio tidak mengindahkan suara tersebut dan ingin melangkahkan kaki kedalam kelas. Abel yang sadar itu pun langsung menahan lengan Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI ( COMPLETE )
Teen Fiction- Kinaya sudah memantapkan diri untuk tidak percaya dan bergantung pada apapun dan siapapun, Kinaya hanya percaya bahwa dirinya sanggup untuk berdiri di atas kakinya sendiri. *** "Setelah ini jangan harap lo bisa liat wajah gue lagi," Kinaya bergega...