Kinaya dan Gio menjadi pusat perhatian selama berjalan di koridor sekolah, alasannya karena tangan mereka yang saling bertaut. Dengan paksaan Gio tentunya, tidak mungkin Kinaya yang memulai duluan.
"Gih masuk,"
Kinaya mengangguk dan langsung meninggalkan Gio begitu saja.
"Eh eh bentar, Kin muka lo kenapa?!"
"Astaga Kin!"
"Kin astaga!"
"Astaga Kinaya!"
"Kinaya astaga!"
"Kin! Oh my good!"
Pekik Amara heboh ketika melihat Kinaya memasuki kelasnya dengan wajah sedikit meninggalkan bekas lebam.
Melody maju dan memutar mutar tubuh Kinaya, "Kin astaga! Kenapa muka lo jadi kaya gini?"
"Berisik banget deh kalian! Itu Kinaya suruh duduk dulu kali," jengah Anna yang melihat kehebohan teman temannya.
Melody memegang lengan Kinaya lembut dan memintanya untuk duduk, "Eh iya duh maaf Kin, duduk dulu."
"Lo kenapa?" Tanya Amara lagi dengan nada khawatir.
Kinaya menghela nafas pasrah, "Gapapa, percaya gue baik baik aja."
"Serius Kin. Sampai kaya gini," ringis Amara sambil melihat lekat wajah teman sebangkunya ini.
Kinaya hanya tersenyum tipis sambil mengangguk.
Teman temannya mengerti akan ketidaknyamanan Kinaya tentang pertanyaan yang sejak tadi mereka lontarkan, akhirnya memilih pasrah.
"Okay, kalau ada apa apa bilang ke kita." Lanjut Anna.
Kinaya mengangguk lalu tersenyum tulus, "Thanks."
"Eh Kin ngomong ngomong ya, lo sama Gio kayanya makin deket aja gue liat liat."
Mereka kini sedang berjalan menuju kantin.
Kinaya mendelik mendengar ucapan yang di lontarkan Melody. "Iya, sampe dianterin ke kelas segala." Tambah Amara.
"Gue ngerasa biasa aja sih,"
"Biasa aja gimana? Lo ga ngerasa deg degan atau seneng atau bahagia atau salting atau melting atau... Akh!"
Belum sempat Melody menyelesaikan ucapannya, Anna sudah lebih dulu memukul keras lengannya. "Berisik banget sih lo,"
Melody mendengus kesal, "Ya abis Kinaya aneh banget,"
Tiba tiba Amara memicingkan matanya, "Atau jangan jangan lo udah jadian ya diem diem!"
"Heh! Licin banget mulut lo!" Kesal Kinaya.
"Abisan ih, sebel." Balas Amara dengan bibir mengerucut.
"Cantikku Anna!"
Mereka menoleh keasal suara, sudah bisa ditebak bukan siapa pelakunya? Betul sekali, saudara Adevano Mahendra.
Terlihat Devan disana melambaikan tangan, ia terlihat duduk bersama dengan Inti Gardions yang tengah menatap ke arah mereka juga.
"Sini aja sini!"
Anna menoleh ke arah teman temannya meminta persetujuan, "Gimana? Penuh juga gak sih?"
Melody mengangguk, "Boleh deh. Yuk."
Kinaya dan Amara hanya mengikuti kedua temannya berjalan dari belakang. Akhirnya mereka bergabung dengan Inti Gardions, sepasang mata yang berada dikantin melihat iri mereka yang bisa dengan leluasa bergabung dan duduk bersama Inti Gardions.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUNI ( COMPLETE )
Novela Juvenil- Kinaya sudah memantapkan diri untuk tidak percaya dan bergantung pada apapun dan siapapun, Kinaya hanya percaya bahwa dirinya sanggup untuk berdiri di atas kakinya sendiri. *** "Setelah ini jangan harap lo bisa liat wajah gue lagi," Kinaya bergega...