36. Teman?

1.6K 74 0
                                    

Malam ini Kinaya sedang berjalan kaki, ia baru saja pergi ke supermarket yang tidak jauh dari kompleks perumahannya. Ia risau karena bubuk matchanya habis, dan ia lupa untuk membeli stok ketika menemani Bi Ina berbelanja kemarin. Dan ia tidak sanggup jika harus menunggu esok pagi, dipastikan ia tidak bisa tidur dengan nyenyak jika tidak minum minuman hijau itu.

Tiba tiba ia berhenti, memicingkan mata ketika melihat 2 orang pria berbadan besar sedang mengelilingi seorang gadis, terlihat gadis itu beberapa kali memberontak.

Salah satu pria itu hendak menyentuh lengan gadis di depannya, namun aksinya terhenti ketika tangan kecil mencegahnya.

"Siapa lo?!"

Kinaya menghempaskan tangan pria itu kasar.

Pria lainnya menatap Kinaya tajam, berani sekali wanita ini.

"Wah mau di godain juga lo?" Ejeknya. "Yaudah sini sayang."

Pria itu hendak maju, namun sebelum itu Kinaya menendang tulang kering lawannya hingga lawannya mengaduh.

Pria itu ditahan oleh temannya. "Wah tengil juga lo!"

Kinaya langsung memberikan bogeman mentah di pipi pria dihadapannya, kemudian menendangnya hingga tersungkur.

Sedangkan gadis yang di tolongnya hanya berdiam diri dibelakang tanpa berniat membantu, kejadian tadi masih membuatnya bergetar ketakutan.

Terjadilah perkelahian, dan tentu saja dimenangkan oleh Kinaya.

"Lawan gue aja lo masih kalah," ejek Kinaya melihat kedua lawannya tersungkur lemas diatas aspal.

Kinaya membereskan tas belanjanya kemudian hendak berlalu dari sana.

Saat berjalan ia menoleh kebelakang, menatap perempuan yang masih terdiam ditempatnya. "Lo mau diem disitu aja dan digangguin sama temen temennya dia yang lain?"

Perempuan itu menggeleng ribut dan menghampiri Kinaya cepat. Kemudian berjalan beriringan bersama.

Setelah sampai dirumahnya Kinaya merapikan barang belanjaannya. Ia menoleh ke arah gadis yang masih setia berdiri.

"Duduk Abel."

Benar, gadis yang ia tolong tadi adalah Abel. Kinaya juga tidak menyadari, ia baru sadar ketika sudah selesai menghajar kedua pria kurang ajar tadi.

Abel mengangguk kaku dan duduk di kursi.

Kinaya membuat dua hot matchalatte, dan menyerahkan segelas pada Abel. "Di minum."

Abel menatap gelasnya ragu, kemudian mulai meminumnya pelan. Sejujurnya ia masih memikirkan kejadian tadi, dimana ia tiba tiba di cegat oleh dua pria tidak dikenal, dan kedatangan Kinaya yang menolongnya. Ia tidak tau bagaimana jika tadi Kinaya tidak datang, ah memikirkannya saja sudah tidak sanggup.

Abel berdehem pelan, "Thanks, Kin." Ucapnya lirih.

Kinaya mengangguk.

"Lain kali jangan keluyuran malem malem, apa lagi sendiri. Lo gatau bahaya apa aja di sekitar lo."

Abel mengangguk, menatap lawan bicaranya ragu. "Gue boleh nginep disini?" Ucapnya pelan.

Abel hanya tidak mau pulang, bertemu dengan Papanya, ia sudah lelah jika harus berujung dengan caci makian. Puncaknya hari ini, Papanya memaki dirinya karena tidak sengaja memecahkan vas bunga Amel yang berada di laci depan kamarnya, sungguh itu sebuah ketidaksengajaan. Tapi Papanya justru mengatakan bahwa Abel sengaja melakukannya atas dasar iri karena Papanya lebih memperhatikan Amel.

Kinaya mengangguk singkat. "Habisin minuman lo abis itu kita ke kamar."

Abel mengedarkan pandangannya, menatap kamar Kinaya dengan kagum.

"Mau nyolong lo?"

Abel tersentak kaget, jika ingat bukan dirumah Kinaya ia sudah mencakar wajah gadis jutek didepannya ini, sembarangan saja kalau bicara.

"Enak aja lo."

Kinaya memberikan setelan piyama hitam pada Abel. "Ganti baju lo sana."

Perlahan Abel mengambil piyama itu, kemudian berlalu menuju kamar mandi.

Abel keluar dari kamar mandi, ia melihat Kinaya yang sudah terbaring diatas ranjang. Abel perlahan mendekat, dan duduk di sisi ranjang.

"Kin."

Kinaya membuka matanya dan menatap Abel dari samping.

Abel kembali diam, sial kenapa rasanya ragu sekali. Padahal selama di dalam kamar mandi ia sudah merangkai berbagai macam kata, kenapa tiba tiba semuanya hilang begitu saja.

Abel berdehem, "Lo kenapa mau nolongin gue?"

Kinaya mengernyit bingung.

"Gue gatau kalau cewek yang tadi gue tolongin itu lo."

Abel membelalakkan matanya, jadi Kinaya tidak tau? Apa Kinaya tidak akan menolongnya jika ia tau bahwa gadis itu dirinya?

Kinaya tau apa yang di ada didalam pikiran Abel. "Jangan suudzon, gue nolongin lo karena gue emang niat mau bantu. Terlepas gue tau atau engga, ga ada yang berubah."

Abel terdiam, "Makasih Kin. Dan..."

"Gue mau minta maaf."

Kinaya menoleh dan menyatukan alisnya. "Buat?"

"Ya banyak kesalahan yang gue lakuin sampe gue malu buat ngomongnya."

Kinaya melihat Abel meremas jemari tangannya, gadis itu terlihat gugup. Mengapa Kinaya merasa ia begitu menyeramkan?

"Lo bisa biasa aja gak sih ngomongnya?"

Abel menunduk, "Gue cuma malu aja sama lo, padahal gue udah jahat banget sama lo. Sampe mikir buat ngerebut Gio. Sekali lagi maaf Kin."

Kinaya menghela nafas, mengerti kekhawatiran gadis didepannya ini. "Bel, gue udah lupa kali."

Abel menggeleng, "Gak Kin. Gue gamau ngerasa bersalah terus, gue salah udah jahat sama orang sebaik lo."

"Yaudah lah udah gue maafin, lagian juga udah lama.

Abel terdiam. Bisakah Kinaya berlaku serius, padahal Abel sudah menghilangkan rasa malunya sekarang.

"Lo serius gak sih Kin?"

Kinaya menunjuk wajahnya, "Lo liat muka gue keliatan bercanda gak?"

Abel mendengus kesal, kemudian ikut merebahkan diri disamping Kinaya.

"Besok lo latihan bela diri, biar ga kayak orang tolol kaya tadi."

Abel terkaget lalu menoleh cepat ke arah Kinaya. "Serius Kin?"

Kinaya mengangguk.

Abel tersenyum. "Makasih Kin."

Ternyata Kinaya tidak seburuk pikirannya, teman temannya bilang Kinaya adalah gadis sombong dan memilih dalam berteman. Nyatanya? Setelah apa yang dilakukannya pada Kinaya, ia dengan baik hati membantu. Bahkan sampai ingin mengajarinya bela diri, hal pertama yang selama ini tidak pernah ia dapatkan. Perhatian dari seorang yang biasa disebut, teman.

****
Tbc

JUNI ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang