Sebuah Kesempatan

591 41 4
                                    

Karina P.O.V

Aku hanya terdiam melihat kilasan-kilasan dari detik-detik menjelang kematian Ferran. Sungguh tragis. Sangat tragis! Ternyata di sekolah yang bagus seperti ini juga memiliki kisah yang sedemikian tragis.

"Hey, kenapa kau melamun seperti itu?" tanya Ferran tiba-tiba, yang membuat lamunanku buyar.

"Ah.. Tidak, tidak. Hmm.. aku ingin bertanya, apakah boleh?" tanyaku sedikit gugup.

"Tanyakan saja," jawab Ferran singkat.

"Apakah benar, kalau saat itu kau tidak memiliki teman?" tanyaku takut-takut.

"Ya, seperti itulah. Memang benar, aku dulu tidak mempunyai teman. Sudahlah, tidak perlu membahas itu lagi. Sekarang giliran aku yang ingin bertanya kepadamu," ucap Ferran.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanyaku penasaran.

"Apa kau merasa kesal dengan orang-orang yang sudah membully-mu itu?" tanya Ferran.

"Itu sudah pasti! Aku sangat-sangat kesal dengan mereka, mereka yang telah membully-ku! Bahkan aku sudah tidak betah lagi bersekolah disini!" jawabku dengan raut wajah yang menandakan kalau aku sedang kesal.

"Kalau begitu aku ingin memberi kau sebuah kesempatan," ucap Ferran tenang.

"Kesempatan? Kesempatan apa?" tanyaku penasaran.

"Kesempatan untuk membunuh orang-orang yang telah membully-mu!" jawab Ferran, yang spontan membuatku bergidik ngeri.

"Apa?!" mataku langsung terbelalak karena terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Ferran. Tapi, memang benar. Aku sudah muak dengan mereka yang telah membully-ku! Mau diapakan lagi, selain aku menyingkirkan mereka dari sekolah ini?--atau mungkin menyingkirkan mereka dari dunia ini. Tapi, aku juga takut bersalah kalau aku membunuh mereka. Aarrgghh!! Aku bingung!

"Bagaimana, Karina? Apa kau setuju?" tanya Ferran sekali lagi, yang langsung membuyarkan lamunanku.

"Sepertinya aku harus memikirkan dua kali mengenai kesempatan ini. Nanti aku akan memikirkannya lagi. Dan besok akan aku beritahu jawabannya, kalau aku setuju atau tidak dengan kesempatan ini," jawabku akhirnya.

"Hhmm.. Baiklah. Tapi, aku ingin bertanya satu hal lagi. Apakah boleh?" tanya Ferran.

"Ya," jawabku singkat.

"Adakah teman terdekatmu disekolah ini?" tanya Ferran hati-hati.

"Mmm.. Irshandy Saputra. Dia adalah sahabat sekaligus pacarku," jawabku.

"Apa?!" ucap Ferran spontan, namun suaranya pelan. Suaranya terdengar seperti orang terkejut.

"Kenapa?" tanyaku heran sembari memiringkan kepalaku.

"Ah, tidak.. tidak. Aku hanya bertanya saja. Besok kalau ingin bertemu denganku lagi, datang kesini saja, ya?" ucap Ferran akhirnya.

"Ah, baiklah," jawabku sekenanya.

"Sekarang cepatlah kembali ke kelasmu. Sudah berapa jam kau membolos pelajaran, hah?!" ujar Ferran.

"Oh, iya! Astaga, aku lupa!" ucapku seraya menepuk dahiku. "Aku harus buru-buru! Sampai jumpa!"

Dan seketika saja bayangan Ferran langsung menghilang. Ah, tidak! Aku sudah ketinggalan beberapa mata pelajaran. Bisa-bisa aku dihukum. Huh!

_TBC_

I Will Help YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang