Mission III [Completed!]

341 24 35
                                    

"Baiklah. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak karena anda sudah memperbolehkan saya untuk masuk ke dalam," jawab Ferran sopan.

"Kemana keluargamu?" tanya Ferran saat sudah dipersilahkan duduk oleh sang tuan rumah di ruang tamu.

"Sekarang saya sedang tinggal sendiri. Ayah dan ibu saya sedang pergi ke luar kota. Dan saya sendiri adalah anak tunggal dari ayah dan ibu," jelas Ray to the point.

"Oh. Jadi seperti itu," ucap Ferran sekenanya.

"Hhmm.. Anda ingin minum apa? Akan saya buatkan minum untuk anda," Ray menawarkan minuman pada Ferran dengan sopan.

"Saya ingin minum... Mmm, mungkin... Darah," ucap Ferran sambil menyeringai, lalu mengeluarkan pisau dari balik saku tuxedo-nya.

"A.. anda ingin apa?!" tanya Ray gemetar karena ketakutan. Takut kalau Ferran membunuhnya. Peluh mulai membanjiri pelipisnya, dan perlahan turun hingga ke pipi.

"Saya? Ingin apa? Ya, jelas ingin membunuhmu! Bodoh! HAHAHAHAHA!" jawab Ferran disertai dengan tawanya yang mengerikan.

"S.. siapa kau sebenarnya?! Kenapa tiba-tiba kau ingin membunuhku?! Apa jangan-jangan kau ini bukan seorang detektif? Dugaanku benar, 'kan?!" Ray bertanya kepada Ferran dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.

"Hahaha! Pintar sekali kau ini! Ya, benar. Aku memang bukan seorang detektif. Kau tanya, siapa aku? Oh. Aku adalah orang yang membunuh anggota gengmu!" jawab Ferran menegaskan.

"M.. maksudmu, Ben dan Alex?" tanya Ray yang sekarang benar-benar sedang diambang ketakutan.

"Ya. Termasuk dua temanmu lagi. Rudy dan Johan," jawab Ferran tenang.

"Apa?! Rudy dan Johan?! Kapan kau membunuhnya?!" tanya Ray mendesak Ferran untuk segera menjawab pertanyaannya itu.

"Tadi sore. Sekitar pukul setengah enam. Ah, sudahlah. Tidak perlu berdebat lagi. Kalau seperti ini, kapan waktunya aku membunuhmu? HAHAHAHAHA!" jawab Ferran disertai dengan tawa dan seringaiannya yang khas.

Kini tangan kanan Ferran memegang sebuah pisau dan bersiap-siap untuk membunuh Ray. Ray semakin mundur. Ferran tidak ingin membuang-buang waktu dan ia juga tidak mau berlama-lama di tempat ini. Lalu, Ferran pun langsung melempar pisaunya, dan tepat sekali pisau itu mengenai perut Ray. Darah segar mengalir dengan sangat deras dari dalam perut Ray.

"Cih! Dasar lelaki bodoh!" ucap Ferran pelan, meremehkan.

Ferran mengambil pisau yang tertancap di perut Ray, lalu menghujamkan pisaunya lagi di jantung Ray, hingga Ray menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.

Tidak lupa, setelah itu Ferran menggoreskan pisaunya di pipi dan lengan Ray lalu menjilat pisau itu. Ciri khasnya ketika ia sudah membunuh korbannya.

'HAHAHA! Misiku sudah berhasil! Dengan begitu, tidak akan ada lagi yang berani mengganggu Karina,' gumam Ferran seraya menyeringai puas.

*

_TBC_

I Will Help YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang