Mission II [Complete!]

348 31 5
                                    

"Bersiaplah kalian! HAHAHAHAHA!" ucap Ferran dengan tawanya yang menggelegar disekitar koridor ini.

Rudy dan Johan ingin berlari saat ini juga. Tapi tidak bisa. Kaki mereka terasa kaku untuk digerakkan. Mereka juga tidak bisa berteriak untuk saat ini. Kerongkongannya terasa kering. Menelan salivapun rasanya sangat sulit. Benar-benar sulit seperti terbakar.

Ferran mulai mendekati Rudy, dan Rudy pun mencoba untuk melarikan diri. Tapi, tetap saja ia tidak bisa. Yang ada malah ia yang terjatuh saat jarak Ferran dengannya sudah semakin dekat. Rudy segera berdiri dengan cepat, lalu berbalik arah. Tapi...

"Mau kemana kau? Kau takkan bisa lari dariku. HAHAHA!" ucap Ferran seraya menyeringai--penuh kemenangan.

Dengan gerakan cepat Ferran menghujam pisaunya tepat dileher sebelah kiri Rudy. Darah mulai mengucur dengan sangat deras dari lehernya, hingga membasahi lantai koridor ini yang berwarna abu-abu. Seketika itu juga, Rudy menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya. Lalu, Ferran mencabut pisau yang berada di leher Rudy, dan menancapkan pisau tersebut tepat di dada Rudy, yang sudah pasti akan menembus jantungnya. Seperti biasa, hal yang dilakukan oleh Ferran setelah membunuh korbannya. Ia mulai menjilat pisau yang berlumuran darah itu, lalu menggoreskan pisau tersebut tepat di lengan Rudy.

"Bagaimana permainanku ini? Keren, bukan? HAHAHAHA!" ucap Ferran disertai dengan tawanya yang menyeramkan. Itu semua ia pamerkan kepada seseorang yang saat ini masih berada disini. Ya, orang itu adalah Johan. Johan hanya bisa menangis melihat temannya dengan cara yang sesadis ini oleh seorang lelaki yang tidak dikenalinya sama sekali.

"Hey! Kenapa kau menangis? Cih! Dasar lelaki cengeng!" ejek Ferran meremehkan Johan. lalu Ferran melanjutkan ucapnya, "Oh, iya. Sekarang ini giliranmu. Hahaha!"

Johan tidak bisa untuk berkata apapun lagi. Dia tetap berada ditempat. Dia ingin lari, tetapi kakinya saja sangat lemas untuk berdiri. Dan, beberapa detik kemudian dia sudah jatuh terduduk di lantai koridor yang dingin ini.

"Bersiaplah!" ucap Ferran.

Lalu, Ferran dengan sigap segera menghampiri tubuh Johan. Setelah itu Ferran berkata, "Aku merasa sangat iba kepadamu. Sudah tiga orang temanmu yang telah terbunuh. Aku jadi merasa kasihan. Sebaiknya aku tidak perlu membunuhmu."

Mata Johan membulat, lalu berubah menjadi berbinar-binar. Johan menghela nafas panjang. Menandakan kalau ia sudah lega dengan masalah yang dihadapinya saat ini. Ia lega dengan ucapan yang baru saja Ferran katakan.

"K.. kau, tidak ingin membunuhku? Benarkah? Benarkah kau tidak ingin membunuhku? Terimakasih..." ucap Johan dengan nada yang melengking. Ia tak kuasa untuk menahan tangisannya. Ia tak menyangka kalau nyawanya akan selamat.

Setelah Johan berkata seperti itu, Ferran mulai memeluk Johan. Berniat untuk menenangkan Johan. Lalu Ferran pun berkata, "Aku benar-benar tidak tega untuk membunuhmu. Tapi... ini semua sudah menjadi tugasku!"

Ferran berkata disaat tubuhnya sedang memeluk tubuh Johan. Belum sempat Johan berontak, dengan gerakan cepat dan gesit, Ferran segera menusuk punggung Johan dibalik pelukannya itu. Johan tercekat, matanya terbelalak untuk seketika. Air mata sudah berhenti mengalir dipipinya. Penglihatannya menjadi buram, semakin gelap, dan sangat gelap. Menandakan kalau Johan telah menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.

Ferran menyeringai. Itu berarti ia telah membunuh empat orang dalam dua hari ini. Ferran berkata, "Cukup satu tusukan saja untukmu. Aku tidak tega. Hhh~ hari yang sangat indah."

Ferran menggoreskan pisaunya tepat di lengan Johan, dan seperti biasa, setelah itu ia akan menjilat pisaunya setelah membunuh. Menikmati darah segar yang berwarna merah pekat itu, yang berasal dari tubuh korbannya sendiri. Darah itu sungguh membuatnya tergoda.

'Misiku telah berjalan dengan sempurna! Hanya tinggal satu lagi!' gumam Ferran, lalu menyeringai puas.

_TBC_

I Will Help YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang