Goodbye...

403 29 7
                                    

Pagi ini, kembali diberitahukan bahwa murid yang bernama Rudy dan Johan meninggal dalam keadaan mengenaskan. Mereka ditemukan di koridor sekolah. Akibatnya sama dengan Ben dan Alex, yaitu dibunuh. Belum diketahui siapa pelakunya. Tapi kedua lengan korban terdapat goresan yang lumayan panjang. Goresan ini juga ada pada mayat Rudy dan Johan. Kemungkinan besar si pelaku meninggalkan jejaknya dengan menggoresi lengan korbannya.

Karina P.O.V
'Aku tahu. Ini semua pasti ulah Ferran lagi. Berarti misinya telah berhasil,' gumamku lalu berlari menuju taman untuk segera menemui Ferran yang telah berhasil menjalankan misinya.
Saat aku sudah sampai di taman sekolah, aku melihat Ferran sedang tersenyum cerah kepadaku. Lalu aku segera berlari untuk menghampirinya.

"Bagaimana dengan hasil kerjaku?" tanya Ferran--saat aku sudah berada didekatnya--seraya tersenyum. Senyum yang menurutku sangat manis dan, err menawan.

"Kerjamu bagus! Sangat bagus!" komentarku. Ferran hanya tersenyum senang saat aku berkomentar seperti itu.

"Tapi, Ferran.. Aku rasa, pertemuan kita hanya cukup sampai disini saja," ucapku seraya menundukkan kepala. Aku tidak mau melihat wajah Ferran yang tiba-tiba berubah drastis.

"Apa?! Tapi, kenapa? Apa aku punya salah kepadamu?" tanya Ferran. Sepertinya ia sangat shok ketika aku berkata seperti itu. Aku merasakan keterkejutannya saat ia bertanya seperti itu.

"Tidak, Ferran. Kau sama sekali tidak punya salah padaku. Aku hanya tidak mau kalau ada orang lain yang melihat aku, dan mereka beranggapan kalau aku ini gila. Karena aku berbicara sendirian," jelasku.

"Kau malu hanya karena itu? Karina, andai kau tahu. Aku ini memanglah hantu, tapi aku juga ingin memiliki teman yang wujudnya adalah seorang manusia. Aku akan menjadi hantu yang kesepian jika kau tidak ada disampingku," ucap Ferran dengan nada yang sedikit kecewa.

"Maaf, Ferran. Aku benar-benar minta maaf. Aku... aku belum bisa untuk menjadi temanmu. I'm sorry..." jawabku dengan suara yang menyedihkan.

"Baiklah kalau kau maunya seperti itu. Tapi aku akan berat hati menerima keputusan ini. Boleh aku meminta suatu permintaan darimu?" tanya Ferran yang membuatku bingung.

"Apa permintaanmu?" aku bertanya balik.

"Kiss me!" jawab Ferran enteng.

"Apa?! Ta.. tapi, bagaimana caranya?" tanyaku bingung setengah mati.

"Nanti juga kau akan mengetahuinya," jawab Ferran yang perlahan-lahan bayangannya menghilang dari hadapanku.

'Apa maksudnya? Apakah dia mencintaiku? Huh! Bicara apa kau ini, Karina?! Dasar bodoh! Memikirkan yang tidak-tidak saja,' gumamku dalam hati.

*

Sore ini, di lorong sekolah, dekat UKS. Lorong ini sangat sepi, tapi aku melihat Irshan sedang termenung. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Lalu, akupun segera menghampirinya.

"Irshan? Kau kenapa? Kelihatannya kau sedang memikirkan sesuatu. Ada apa?" tanyaku saat aku sudah berada didepannya.

"Karina Natalia. Aku adalah Ferran. Ya, Michael Ferran. Asal kau tahu, Karina. Dari awal aku melihatmu, aku sudah jatuh cinta kepadamu. Aku ingin sekali menjadi pendamping didalam hidupmu. Tapi, itu semua tidak mungkin, karena dimensi kita yang berbeda, dan kau juga sudah menjadi milik orang lain, tak mungkin aku mengambilmu darinya. Karina, ku mohon kepadamu, jangan pernah lupakan pertemuan kita ini. Aku ingin kau selalu mengingat dan mengenangku. Aku sangat mencintaimu, Karina. I love you. Oh, iya. Aku hanya meminjam tubuh kekasihmu ini untuk sementara," Ferran mengakui dan menjelaskan tentang perasaannya kepadaku. Aku merasakan darahku yang mendesir saat ia mengatakannya.

Setelah berkata seperti itu, Ferran--dengan tubuh Irshan yang sedang dipinjamnya--mendaratkan bibirnya di bibir milikku dengan sangat lembut dan penuh perasaan. Aku terkejut. Mungkin sekarang wajahku telah memerah seperti tomat akibat perbuatannya ini. Berani-beraninya ia mengambil first kiss-ku tanpa izin! Tapi aku tidak bisa memarahinya karena terlalu terbawa oleh suasana.

Setelah menciumku, Ferran berkata, "Aku mencintaimu, Karina."

Dan, secara perlahan roh Ferran yang ada didalam tubuh Irshan keluar. Hingga membuat tubuh Irshan terkulai lemas dibawah kakiku. Ia tidak sadarkan diri.

"Aku mencintaimu. Aku juga mencintaimu, Michael Ferran. Semoga kau tenang di alam sana," jawabku saat tubuh Irshan sudah terkulai dibawah kakiku. Aku mendongak keatas, berharap Ferran dapat melihatku. Walaupun aku tak bisa melihatnya. Tanpa ku sadari, aku menitikkan air mata. Ada rasa terharu dan rindu kepada sosok Ferran yang mungkin sudah tidak bisa lagi untuk aku temui.

Beberapa menit kemudian Irshan terbangun dari pingsannya. Lalu ia berkata, "Eh? Aku kenapa? Kenapa kepala sakit sekali? Dan tenggorokanku juga terasa kering. Sayang, aku kenapa?"

"Tidak apa-apa, sayang. Mungkin kau hanya kelelahan saja, lalu kau pingsan. Minumlah ini. Supaya tenggorokanmu tidak kering lagi," jelasku berbohong sembari menyodorkan air minum dihadapan Irshan yang tengah kehausan. Aku tidak mau Irshan mengetahui keberadaan Ferran. Aku akan menjaga rahasia ini. Tidak ada orang lain yang boleh mengetahuinya, biarpun itu orangtuaku ataupun Irshan yang notabene-nya adalah kekasihku sendiri.
"Benarkah? Mmm.. kenapa kau menangis, Karina?" tanya Irshan khawatir.
"Tidak apa-apa. Lebih baik sekarang kita pulang saja. Hari sudah semakin senja," ucapku yang mengalihkan pembicaraan. Aku tidak mau kalau Irshan mengetahui kalau aku habis menangis.

"Baiklah," jawab Irshan singkat, lalu ia mengamit lenganku.

*

4 years later...
Aku, Karina Natalia. Aku sudah lulus dari SMA. Sekarang aku kuliah disalah satu universitas negeri di Bandung. Tidak ada yang menggangguku lagi di kampus ini. Semua mahasiswa/i disini baik-baik. Tidak seperti saat-saat aku SMA dulu. Tetapi, aku merindukan satu sosok yang bukan manusia. Aku merindukanmu, Michael Ferran. Kapan kita bisa bertemu lagi? Andai, aku bertemu denganmu saat kau masih menjadi manusia yang hidup di dunia ini, hidupku pasti akan merasa bahagia karena aku selalu ada disisimu. Namun, itu semua sudah menjadi takdir. Takdir yang memisahkan kita. Biarkan kita menjalani takdir ini.

Andai saja aku bisa bertemu bahkan bersama lagi denganmu. Aku mencintaimu, Michael Ferran. Aku akan tetap mengenal sosokmu jika aku bertemu lagi denganmu.

'Saranghae...' gumamku dalam hati dengan menggunakan bahasa korea--efek karena terlalu sering menonton drama korea.

_END_

A/N : huftt... akhirnya selesai juga dgn ending yg lumayan panjang :v maaf kalo endingnya mengecewakan....

I Will Help YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang