7 ─ Decision

489 72 5
                                    

Helow am bek~

-

__________________ ꧁꧂ __________________
.
.
.

"Johanes, Johanes, ayo bangun." Ucap Joan sambil mengguncang-guncang tubuh adik bungsunya yang masih terlelap.

Yang dibangunkan pun terperanjat kaget, ia langsung memeriksa sekitarnya, mencari keberadaan Jarvis yang semalam ia jaga.

"Apa yang kau cari?" Tanya Joan heran karena Johanes terlihat kehilangan sesuatu dan berusaha mencarinya.

"Dimana Jarvis? Semalam dia tidur disampingku." Tanya Johanes panik.

"Di ada di luar sedang menunggu sarapan." Jawab Joan dengan wajah datarnya.

"Sarapan? Ini sudah pagi?" Tanyanya polos sambil membulatkan matanya. Tidak terasa hari sudah berganti saja.

"Tidak, sudah malam lagi." Balas Joan kembali menggodai Johanes.

Kini Johanes tidak akan tertipu. Dengan memicingkan matanya ia menatap tidak percaya pada Joan, jelas-jelas di luar sana terlihat terang, mana mungkin malam hari?

"Cepat bangun, sarapannya sebentar lagi siap." Ajak Joan untuk berkumpul bersama para saudaranya yang sudah duduk melingkar di luar tenda.

"Johanes, kau sudah bangun?" Tanya Jericho dengan ramahnya seperti biasa.

"Iya." Jawab Johanes sambil mengucek-ucek matanya. Dilihatnya semua orang sudah berkumpul, sepertinya dia jadi anggota terakhir yang bangun paling terlambat.

"Tidurmu nyenyak bayiku?" Tanya Jean sambil menepok-nepok pantat sang adik yang mengambil tempat duduk disampingnya.

Johanes yang masih setengah mengantuk hanya mengangguk menjawab pertanyaan Jean.

"Basuh wajahmu dulu di sungai agar lebih segar." Perintah Jeffreyan yang melihat wajah mengantuk Johanes.

Johanes kembali mengangguk, ia menuruti perintah Jeffreyan dan pergi ke sungai yang letaknya tidak jauh dari tenda mereka.

"Dan bawa Jonathan juga!" Teriak Jeffreyan pada Johanes yang sudah melangkah cukup jauh, karena Jonathan sejak tadi tak kunjung kembali juga dari sungai.

"Iya." Jawab Johanes.

Sesampainya di sungai, Johanes langsung membasuh wajahnya. Benar kata Jeffreyan, dirinya jadi merasa lebih segar. Baru saja Johanes hendak mencari keberadaan sang kakak, Jonathan ternyata berada tidak jauh darinya, dia tengah duduk di dekat bebatuan besar sambil menatap permukaan air yang tenang.

Namun sang kakak terus menurus menghela napas berat sambil mengusap-usap kasar wajahnya, dari rautnya nampak sang kakak tertua tersebut sedang gelisah. Melihat Jonathan seperti banyak pikiran, Johanes jadi ragu untuk menghampiri Jonathan, sejujurnya ia segan terhadap sang kakak meskipun mereka satu ibu. Ia takut kehadirannya semakin menganggu pikiran kakaknya.

Johanes memutuskan untuk memberanikan diri, karena ia juga tertitipi pesan dari Jeffreyan untuk mengajak sang kakak ikut sarapan bersama, ia pun berjalan mendekati Jonathan.










Entah sudah keberapa kalinya Jonathan menghela napas berat, obrolannya dengan Jarvis semalam terus saja mengganggu pikirannya.

"Kita harus memberitahu mereka." Usul Jarvis setelah memberitahukan apa yang ia lihat di masa depan pada Jonathan.

"Tidak, sebaiknya kita rahasiakan dulu ini dari mereka." Putus Jonathan menolak usulan Jarvis.

"Tapi para saudara kita yang lain harus tau. Setidaknya mereka bisa lebih mempersiapkan diri." Kukuh Jarvis karena merasa ini adalah hal yang penting.

J: The Last PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang