14 ─ The Bible

297 42 9
                                    

Aku up dulu sebelum besok sibuk nyari fancam nct nation di tokyo

Bantu vote dan komen🙏🏻
Selamat membaca

-

____________ ꧁꧂ ____________
.
.
.

Bara api menerang ketika tertiup angin malam, dengan duduk mengelilinginya, para pangeran Andreas mencari kehangatan dari perapian tersebut. Di samping mereka, terbaring Jarvis dan Jeffreyan. Jarvis yang telah menggunakan sihir dahsyatnya serta Jeffreyan yang ikut terkena efeknya karena jangkauannya didekat pasukan Guan masih tak sadarkan diri. Jonathan hanya bisa menatapi kedua adiknya itu dengan tatapan risau, saudara-saudaranya terus menjadi korban.

"Jerren, apa kau berhasil mencabut semua panahnya?" Tanya Jonathan membuyarkan lamuan Jerren yang tengah memandangi bara api.

"Ada beberapa yang masih menancap di tubuhnya. Sepertinya anak panah itu terjebak di antara tulang rusuk Jean, sulit bagiku melepaskan mereka semua. Jadi aku membiarkannya dan hanya mematahkah ekor panahnya saja." Jawab Jerren.

"Aku juga." Balas Jonathan yang bernasib sama setelah mengurusi jasad Joan. "Saat aku melepas tombak-tombak itu, mereka meninggalkan lubang-lubang yang begitu besar di tubuh Joan ..." Jonathan tak sanggup berkata-kata atas kondisi Joan yang tak kalah mengenaskannya dengan Jean. "... mereka menembus tubuhnya begitu dalam." Timpalnya dengan nada yang pasrah.

Setelah pasukan Guan dikalahkan dan berhasil kabur, mereka memakamkan tubuh Joan dan Jean dengan seadanya. Jeffreyan dan Jarvis masih pingsan dan karena kondisi jasad si kembar begitu mengenaskan, hanya ia dan Jerren yang mengurusi pemakaman tersebut. Johanes juga ikut membantu, ia bertugas menggali tanah meskipun sambil berderai air mata. 

"Dengarkan aku." Sahut Jonathan dengan nada kembali menegas. "Siapapun yang selamat di antara kita, kalian harus memperlakukan mereka dengan layak. Bersihkan semua rasa sakit yang menempel pada mereka saat masih di dunia dan berilah pemakaman terbaik. Mereka adalah saudara-saudara kalian yang telah memperjuangkan keselamatan kalian." Pesan Jonathan untuk kedua kalinya. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menghormati kematian mereka dengan pemakaman yang sangat agung.

Johanes dan Jerren mengangguk mengiyakan. Siapapun itu yang selamat, itu akan menjadi wasiat untuk mereka semua.

"Brother, kapan mereka akan bangun?" Tanya Johanes khawatir dengan Jeffreyan dan Jarvis yang tak kunjung bangun dari tidurnya sejak lolos dari pengepungan, hampir semalaman mereka tak sadarkan diri.

"Entahlah." Jawab Jonathan. Ia bukan dokter seperti Jericho, ia juga bukan penyihir seperti Jarvis. Ia tak bisa menebak kondisi mereka. Ia hanya bisa berharap kedua saudaranya itu cepat bangun dari tidur panjang mereka.

"Aku tidak bisa membayangkan, akan seterpukul apa Jeffreyan ketika ia bangun." Gumam Jerren yang sudah merasakan terlebih dahulu sakitnya kehilangan saudara seibu.

"Apa menurutmu Jeffreyan akan menangis?" Tanyanya kini pada Jonathan.

"Entahlah." Jawab Jonathan untuk kesekian kalinya.

Habakkuk dikenal sebagai suku yang kuat, kharisma dan ketangguhan selalu menjadi cerminan mereka. Semenjak ia mengenal Jeffreyan, ia tidak pernah melihat anak itu menangis, bahkan saat mereka masih kecil. Dia anak yang penuh semangat dan kompetitif. Begitu pula si kembar, mereka anak yang begitu aktif dan ceria. Jeffreyan selalu mendapatkan apa yang ia jadikan tujuannya. Tapi kini adik kembarnya mati di depan matanya sendiri, ini adalah kehilangan pertama dan kehilangan terbesarnya. Jonathan juga tak bisa menebak, bagaimana raut Jeffreyan menghadapi ini. Apakah akan tetap tak terpengaruh, atau ini pertama kalinya ia melihat seorang Habakkuk menangis.

J: The Last PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang