10 ─ Discordance

430 65 7
                                    

Sorry udah hiatus judul ini kelamaan, up 1 chapter dulu🙏🏻

Jangan lupa vote sama komennya :)

-

_________________ ꧁꧂ _________________
.
.
.

Jonathan menancapkan sebatang kayu pada gundukan tanah, menjadikannya sebuah kuburan tak bernama. Para pangeran Andreas menundukan kepala di depan kuburan tersebut, tak ada kata yang mampu terucap, untuk kedua kalinya mereka kehilangan. Disana, terbaring jasad Jericho yang mereka semayamkan seadanya.

Prosesi pemakaman ini jauh dari kata layak bagi seseorang yang bergelar pangeran. Tidak ada penghormatan, tidak ada pemberkatan, hanya kesedihan yang mengiringinya. Keadaan mereka yang terdesak menjadikan ini sebagai satu-satunya opsi terbaik untuk melindungi tubuh tak bernyawa Jericho.

Sang adik, Jerren sudah tidak menangis lagi. Tangisnya berganti dengan tatapan kosong. Tatapan yang terlihat tak bernyawa, seolah tidak ada keinginan untuk hidup. Jerren begitu kehilangan? Tentus saja. Setelah ibunya, kini sang kakak juga meninggalkannya, bahkan dengan tangannya sendiri ia merenggut nyawa Jericho.

"Kita lanjutkan perjalanan. Setelah penyerangan ini berakhir dan Andreas dipastikan aman, kita akan membawa tubuh Jericho kembali ke istana untuk dimakamkan dengan lebih layak." Ucap Jonathan sambil berjalan menuju kudanya.

Jonathan sadar jika ini terlalu kejam, ia kembali memberi keputusan tidak ada waktu berkabung atas kehilangan keluarga mereka. Tapi keadaan mereka sedang tak memungkinkan, saat ini musuh pasti mengirim pasukan bantuan untuk mengejar mereka setelah apa yang mereka lakukan di desa itu, membantai habis pasukan Guan sebelumnya.

Langkah Jonathan diikuti para adik-adiknya. Satu persatu mereka meningglkan makam, kecuali Jerren yang masih berlutut disana.

"Jerren, ayo pergi." Ajak Jarvis.

Namun ajakan Jarvis diabaikan, Jerren tetap diam.

"Aish anak ini!" Jeffreyan geram melihat sikap Jerren. Ia pun langsung mengangkat Jerren layaknya karung gandum agar adiknya itu tak tertinggal rombongan.

"Kau tidak sendirian, masih ada aku, si kembar, Jarvis, Jonatahan dan Johanes. Kami juga saudaramu." Jeffreyan menasehati Jerren jika saudaranya bukan hanya Jericho saja.

.
.
.
_________________ ꧁꧂ _________________
.
.
.

Carl mengeraskan rahangnya ketika sampai di desa yang Anne dan Ennik beritahukan sebagai tempat penangkapan kedelapan pangeran Andreas. Kondisinya jauh berbeda dengan apa yang kedua penyihir itu janjikan padanya. Bukan para pangeran pelarian yang ia dapatkan, melainkan pasukannya yang dipimpin kapten Erwin dihabisi tak bersisa. Kemarahan memenuhi Carl mendapati hasil ini.

"DIMANA ERWIN DAN PARA PENYIHIR ITU?!" Teriak Carl murka.

"Tuanku, Erwin sudah tak bernyawa dan kedua penyihir itu ditemukan tak sadarkan diri." Kata Keenan melapor.

"Bawa kedua jalang itu kemari!" Titah Carl.

Leon datang dengan menyeret kedua wanita yang terus meronta minta dilepaskan. Sampai dihadapan sang pangeran muda, ia pun melemparkan Ennik dan Anne hingga tersungkur di kaki tuannya.

"Tuanku, beri kami kesempatan. Kami bisa memperbaiki tugas ini. Kami mohon tuan."

"Kami sudah membunuh satu dari mereka, tapi mereka menyerang untuk merebut kembali anggota kelompok mereka."

"Kami hampir mendapatkan mereka semua, tapi penyihir sialan dikelompok mereka menjebak kami."

"Kali ini kami tidak akan mengecewakan anda tuan. Kami pasti membawakan mereka ke hadapan tuan."

J: The Last PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang