Tolong jangan salahkan aku karena mencintaimu karena sesungguhnya cinta hadir seperti saraf parasimpatik (tanpa sadar)
•HIM•
Matahari sudah mulai menampakkan dirinya, Krist membuka matanya perlahan. Bukan cahaya matahari silau yang dia lihat tapi dada bidang pria dominan yang disuguhkan di depannya. Krist kembali merona walau kejadian seperti ini sudah sering terjadi jika mereka tidur bersama.
"E-em phi bangun, udah pagi."
"Hmm 5 menit ya," suara parau khas orang bangun tidur membuat jantung Krist berdegup kencang seperti usai lari maraton.
"Kalo gitu lepasin pelukannya, gue mau mandi..."
"Biarin gini dulu Krist, ayo tidur lagi saya masih ngantuk," kata Singto tanpa membuka mata dan semakin mengeratkan pelukan.
"Ck selalu gitu, ntar juga bukan 5 menit yang ada malah 1 jam," gerutu Krist dibalas senyum Singto yang memabukkan.
Terpaksa Krist harus meenuruti permintaan Singto yang menjengkelkan baginya. Ingin sekali merajuk, tapi sial Singto terlalu tampan untuk diabaikan. Krist memandangi pahatan wajah Singto yang nyaris sempurna, matanya terkunci tepat di bibir Singto. Otaknya memproses kembali kejadian kemarin di kamar mandi karyawan, dia merasa malu sekaligus senang. Bagi Krist meskipun kemarin hanya sebuah kecelakaan setidaknya dia sempat merasakan bibir menggoda Singto melumat bibirnya.
"P'Sing jangan ganteng-ganteng, gue pingin move on. Sakit tau di posisi ga bisa milikin tapi selalu liat lu jalan sama yang lain." lirih Krist sambil mengusap pipi Singto.
"Kalo gue bener-bener ga bisa milikin lu setidaknya jangan buat gue berharap dan merasa lu punya perasaan yang sama ke gue. Ga lucu kalo mainnya gitu." Krist terus mengeluh, dia sering mengungkapkan isi hatinya di depan Singto saat singanya itu dalam posisi tertidur atau tidak sadar.
"Lima tahun_ lima tahun gue nge-crush in lu tapi balesannya malah lu jadian sama orang lain bahkan tanpa cerita apa-apa ke gue. Gue pengen stop tapi susah, gue pengen lanjut tapi sakit. Gimana phii?"
Tetesan air bening mulai keluar merembes ke pipi Krist, dengan kasar dia mengusapnya lalu membenamkan wajahnya kembali pada dada bidang Singto. Dia masih terisak sambil mendekap erat badan Singto dan dirasakannya Singto membalas dekapannya tak kalah erat. Biarlah seperti ini untuk sementara, setidaknya dia masih memiliki Singto sebagai orang terdekatnya.
•HIM•
Krist terbangun karena mendengar kerusuhan dari dapur, suaranya seperti ada perang dunia ketiga di sana. Dengan cepat dia menyingkap selimutnya lalu berlari menuju sumber suara. Benar dugaannya, Singto sedang berperang dengan telur dadar gosong di dapur.
"PHI! GOSONG ITU, BURUAN ANGKAT!"
"G-GIMANA ANGKATNYA PAKE APA? AUW!!
"PHI!"
Krist langsung mematikan kompornya, menarik lengan Singto yang tidak sengaja terkena percikan minyak. Krist membasuh lengan Singto dengan air keran.
"Phi ngapain sih? Lain kali ati-ati sama minyak panas, minggir dulu biar gue yang urus."
KAMU SEDANG MEMBACA
•HIM•
Fanfiction5 tahun adalah waktu yang lama untuk memendam rasa. Apalagi orang itu selalu hangat dan berada di dekatmu sepanjang waktu. Singto X Krist