EMPAT

15 7 0
                                    

Di kamarnya, Tasya sedang merapikan berkas yang akan di bawa ke Koramil untuk pendaftaran.
Hari kemarin adalah pertemuannya dengan seseorang yang membuatnya mengingat kembali kenangannya di SMA.

'sudahlah, dia hanya masa lalu mu' batin Tasya kemudian melanjutkan kegiatannya.

Sarapan pagi ini berjalan seperti biasa hingga Reza sebagai kepala keluarga memulai pembicaraan.
"Asya, cowo kemarin itu siapa?" tanya Reza lembut.
"dia, kaka kelas di SMA dulu. Kenapa ayah nanya?" sahut Tasya.
"enggak, nanya aja. Soalnya dia kaya takut gitu sama ayah" sambung Reza.

Ya, Tasya akui, ayahnya mengenal semua teman di kelasnya karena, mereka pernah bertamu saat hari raya Idul Fitri.

"ayah, ibu, aku berangkat Assalamua'laikum" Tasya berpamitan dan menyalami tangan orang tuanya.
"iya, Waalaikumussalam" sahut Aulia dan Reza berbarengan.

.

.

.

.

"Lyn, kamu sibuk?" tanya Akbar.
"kebetulan kami break tiga puluh menit, kenapa?" tanya Velyn sembari memperbaiki hijabnya.
"maksud kamu kemarin, ajak aku ke rumah Tasya apa?" tanya Akbar ragu.
"menurut lo?" Velyn.
"kamu suruh aku minta maaf sama Tasya?" sambung Akbar.
"ya, salah satunya. Dan gue cuman mau ngasih tau keadaan Tasya setelah liat lo sama yang lain" sahut Velyn ketus.

Akbar yang mendengar pun hanya terdiam. Jadi, dulu Tasya benar-benar menyukainya.

.

.

.

"silahkan datang lagi besok untuk bertemu dengan atasan kami" jar seorang stuff di Koramil.
"terima kasih" jar Tasya kemudian memutuskan untuk pulang.

Di perjalanan pulang ia melihat sebuah masjid, dan kebetulan sudah adzan. Ia pun melangkahkan kakinya menuju masjid tersebut.

Selesai shalat, Tasya segera berdoa dan bergegas pulang. Jujur ia sangat lelah dan gugup setelah mengantar berkas pendatarannya. Mungkin ia akan melewatkan rutinitasnya, yaitu menonton drakor.

Author: semua pasti suka
             (aku juga suka :)

Karena lelah, Tasya segera menuju kamarnya untuk beristirahat. Harapan yang kini ia impikan adalah, cita-citanya itu bisa tercapai. Ia bersyukur memiliki orang tua yang selalu mendukungnya.

"gue cuman harus fokus sama langkah selanjutnya, dan ibadah" Tasya mengangguk mantap setelah mengatakan rencananya.

.

.

.

Kini Akbar sedang ada di ruang meeting, bersama dengan atasan dan klien mereka.
"baik, sekian meeting hari ini" ucap CEO agensi tersebut.
Akbar masih tak sadar jika meeting telah berakhir. Farhan yang melihat sahabat sekaligus wakilnya pun bingung. Tak biasanya seperti ini.

"bro! Akbar! AKBAR! "teriak Farhan.
"iya kenapa Tas!?" jar Akbar terkejut.
"oh, jadi lamunin Tasya. Lo dulu kemana pas dia suka sama lo, nyesel kan" jar Farhan.
"apaan sih, udah lah aku gak lamunin dia Farhan" sahut Akbar kesal.

"lo gak bisa bohong sama gue" gumam Farhan, yang tentu hanya didengar olehnya sendiri.

Akbar, bergegas keluar dari ruangan tersebut.
Kini ia sedang berada di taman kantor. Sekelebat kenangan masa SMA pun bermunculan di kepalanya.

" Tasya, kaki aku luka" jar Akbar manja.
"ya ampun luka kecil doang" sahut Tasya santai.

Mereka tak sadar, jika Liona di belakang melihat mereka.

Keesokan harinya, sekolah dihebohkan dengan pembicaraan tentang Tasya. Mereka menuduh Tasya merebut Akbar dari Liona. Padahal saat itu mereka hanya berbicara santai saja. Tapi Liona salah paham mendengar gaya bicara Akbar.

Tak lama setelah itu, Liona putus dari Akbar. Awalnya Akbar kira ia tak baik untuk Liona, tapi setelah ia mengetahui masalahnya Akbar merasa sangat bersalah. Bahkan ia mengacuhkan Tasya saat dia terpuruk.

"semuanya salah aku, seandainya aku gak deket-deket sama kamu. Mungkin sekarang kita lagi ngobrol bareng" sesal Akbar.

'kalau saja aku punya keberanian untuk minta maaf sama kamu, mungkin sekarang kita lagi ngobrolin tentang pernikahan kita' batin Akbar.

Apa nih, maafkan jika tidak nyambung.
Jangan lupa Voment!

See you!

1, Desember 2021.

Jiwa Yang Tertukar (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang