"Vante, kau punya jadwal pagi ini. Wawancara dengan saluran tv untuk pagi ini dan jadwal lain. Kita harus bergegas." Vante mendesah lelah saat suara managernya baru membangunkannya dengan tidak manusiawi nya. Tidak bisakah mereka membiarkannya membuka mata dengan santai tanpa mendengar jadwal panjang dan sibuk yang sekarang baru saja ia dengar?Vante mendudukkan dirinya dikasur, "Dev, Tidak bisakah kau membiarkan ku bangun dengan perasaan santai?" Tanyanya dengan mata setengah tertutup. Ia masih sangat mengantuk, ia baru bisa menutup matanya setelah berkutat dengan insomnia nya semalaman.
"Ayo cepat, kita tidak punya banyak waktu." Sosok pria yang dipanggil 'Dev' oleh Vante itu menarik tangan yang siArtis muda untuk segera bangkit kasur dan bersiap untuk mengerjakan semua jadwal padatnya.
"Ahhh, baiklah." Pemuda itu bangkit dari kasurnya kemudian berjalan dengan langkah kaki kesal menuju kamar mandi yang ada di apartement mewahnya. "Dev!! Hari ini rekaman, kan?" Teriakan itu menggema di seluruh kamar, berasal dari kamar mandi dengan air shower yang menyala.
"Benar, Jam delapan malam!" Jawab Dev yang juga dengan teriakan, ia menghela nafas lega, Huhhh setidaknya Vante tidak merengek dan berpura-pura sakit hari ini, juga tidak melakukan tipuan jenius khas pemuda itu untuk mengulur waktu lebih lama.
•
•
•
Vante memejamkan matanya, ia berusaha mendengarkan alunan musik yang berasal dari headphone yang dikenakannya. Ia suka judulnya, dan arti dibalik lagunya, tapi ia rasa sesuatu terasa kurang.
Pemuda itu mengerutkan keningnya, berusaha mencari sesuatu yang dimaksudnya. "Hmmm.... Apa suaraku akan cocok dengan lagu ini? Aku merasa ada sesuatu yang kurang." Ucap Vante sambil mengigit bibir bawahnya.
"Apa yang kurang?" Pertanyaan produsernya lantas membuat Vante terdiam, ini yang aneh, ia bahkan tidak bisa mengartikan dan mengutarakan kekurangan itu. Dirinya tidak bisa menjelaskan kekurangan itu.
"Ahhh, tidak. Mungkin aku hanya terlalu lelah hari ini, ayo mulai rekaman awalnya." Vante berdiri dari duduknya, dan memasuki ruang rekaman sambil membawa kertas lirik yang diberikan oleh produsernya.
Suara serak juga rendah dari pemuda itu mulai terdengar, jenis suara yang memabukkan dan mampu membuat orang-orang menjadi tenang hanya dengan mendengar nya itu berasal dari seorang pemuda berusia dua puluh tahun yang memiliki karier solo yang sukses. Pemuda itu berhasil mencuri perhatian semua orang dengan suara indah dan wajah tampan nya, jangan lupakan sifat humble nya yang pasti disukai hampir semua orang.
Menjadi penyanyi solo muda yang sukses tentu saja bukanlah hal yang mudah didapatkan untuk seorang Vante. Pemuda dengan senyum kotak itu sudah mengorbankan banyak hal untuk dirinya yang sekarang. "Apakah terdengar bagus?" Tanyanya resah, pasalnya saat merekam suaranya ia sama sekali tidak fokus.
"Tidak apa-apa, kita bisa merekamnya lagi saat kau senggang. Comeback nya masih lama, hari ini aku hanya ingin melihat hasil akhir dari lagu yang akan debut ini." Vante mengangguk mengerti, didalam hati merutuki dirinya yang sangat tidak professional malam ini. Padahal ia seharusnya fokus untuk mempersiapkan comeback nya kali ini.
"Maafkan aku. Aku akan kembali besok untuk melakukan rekaman ulang." Vante mengenakan masker yang sebelumnya ia gunakan, menutupi separuh wajahnya yang tampan. "Aku pergi." Pamitnya sebelum benar-benar meninggalkan ruang studio itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA : When The Wings Spread
أدب الهواة[REVISI] Vante yang mencintai musik tapi tersadar jika suaranya hanya bergema sendirian, gemanya berwarna semu karena tidak ada gema lain yang melengkapi. Pria muda itu kemudian bertanya-tanya. Apa arti semua ini? Saat menyadari hal itu, mimpi-mimpi...