Halaman 28

23 4 0
                                    

***
Agustus adalah saksi betapa spesialnya hari perkenalan kita. Tentang kita yang saling memperkenalkan diri sebagai dua asing. Padahal nyatanya, lingkup pertemanan kita saling berikatan. Hanya saja, kita terlalu menutup diri hingga tak menyadari kehadiran satu sama lain.

Perkenalan itu terus membuahkan perbincangan lebih lanjut, hingga sebuah kedekatan tercipta di antara kita. Kita sama-sama nyaman berbincang. Hingga kita saling jatuh hati pada September.

Ini bukan pertama kalinya aku jatuh dalam pesona seorang lelaki. Namun, mengapa rasanya denganmu begitu berbeda? Rasanya, ada ribuan energi listrik yang berusaha menyetrum tubuhku kala itu.

Satu kata yang bisa aku gunakan untuk mendeskripsikan September, bahagia. Aku bahagia. Sangat bahagia. Bahkan, terlampau bahagia, sampai-sampai aku melupakan suatu fakta. Bahwa nyatanya, semesta selalu mempunyai cara tersendiri untuk membolak-balikkan keadaan.

Hingga kedatangan Oktober menamparku dengan sebuah kepahitan. Dimana aku dipaksa untuk bisa ikhlas. Juga, ketika aku dipaksa sadar oleh sebuah kenyataan. Dimana, nyatanya, kita tidak diciptakan untuk bersatu, melainkan hanya untuk saling mengobati luka lama. Hari-hari bahagiaku seketika sirna. Aku dihantui oleh hari-hari penuh kesedihan.

Sampai akhirnya, aku menjadikan November sebagai bulan pemberhentian. Iya, aku berhenti. Berhenti menaruh harapan yang terlalu besar untukmu. Tapi, bagaimana jika hingga sekarang, nyatanya, aku gagal?

Harapanku hanya tertinggal pada satu bulan terakhir di 2021.

Desember. Tak banyak harap yang aku lambungkan padanya. Hanya satu. Semoga, aku segera mendapatkan ikhlas di bulan terakhir itu.

Hingga akhirnya ... aku bisa membuka lembaran baru pada tahun yang baru pula, tanpa membawa sedikit cerita pahit di 2021.
***

Kala Jeda TerciptaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang