10, pembuat onar

712 93 22
                                    

Waahhh~
Udah berapa bulan ga update?
Masih nungguinkah?
Hehehe~

Cus lah baca langsung!
Maap kalo ada typo nyempil.



******



Setelah acara memandikan bayi besar sudah selesai, Saint memberikan kemejanya pada Pin, lalu menggendongnya turun kelantai bawah untuk memberi makan kucing liar dalam gendongannya itu, tanpa mau repot-repot memakaikan celana pada remaja yang kini justru menyandarkan kepalanya di dada bidang Saint.

Semua mata yang awalnya memandang keduanya kini tertunduk setelah melihat tatapan tajam dari sang ketua, tidak ada yang berani menatap lagi pada Saint, maupun pada Pin yang memperlihatkan kaki mulusnya tanpa penutup apapun.

Saint berniat untuk menurunkan Pin di salah satu kursi yang ada di depan meja makan, tapi dia mengurungkan niatnya, karena Pin mendekap lehernya dengan erat. Jadilah sekarang remaja itu duduk di atas pangkuannya, dan matanya menatap nakal ke arah beberapa maid yang akhir-akhir ini selalu membuatnya marah.

Semua makanan sudah tersaji di hadapan keduanya, Saint yang terkesan tidak pernah peduli pada siapapun, kini justru dengan suka rela menyuapi Pin. Dan itu pemandangan yang menakjubkan bagi Mean, yang sejak tadi melihat interaksi keduanya.

"Aku akan mencongkel matamu, jika kau tidak berhenti menatapnya seperti itu."

Ucapan Saint sukses membuat Mean mengalihkan tatapannya, padahal saat ini Saint sedang tidak melihat ke arahnya, dan kenapa manusia es itu tahu jika Mean terus menatap ke arah Pin, yang terlihat sangat manja pada Saint.

Pin lantas menoleh ke arah Mean lalu tertawa pelan, seolah sedang mengejek pria itu. Pin bukan tidak tahu siapa Mean, dia tahu jika pria itu adalah mantan kekasih Phi-nya yang super cerewet. Entah apa yang membuat keduanya berakhir, karena Pin tidak mau tahu akan hal itu.

"Daddy~ "

"Hmm"

"Aku akan pergi ke sekolah besok."

"Baguslah."

"Ck, kupikir Daddy akan melarangku!" gerutu Pin dengan bibirnya yang manyun lucu.

"Aku tidak suka punya kekasih bodoh!" ucapan Saint membuat Pin semakin kesal, tapi dia tidak berkomentar apapun.

"Aku juga tidak bodoh."

"Ya, aku tahu, siswa terpintar yang suka membolos ini. Siapa yang tidak tahu wajah menawan ini hem?" Saint memegang dagu Pin, lalu mengangkatnya.

"Daddy tahu?"

"Kau pikir kenapa aku membiarkanmu tetap disini? Dan tidak ada yang mencarimu?"

"Aku pikir memang tidak ada yang peduli padaku. Mereka bilang aku menyebalkan."

"Ya, kau memang seperti itu."

Pin menggigit telinga Saint karena ucapan yang keluar dari mulut sang dominan itu. Bukannya marah, Saint justru tertawa karena tingkah remaja menyebalkan itu.

"Daddy apa boleh aku tetap tinggal disini?"

Pin menatap Saint dengan puppy eyes-nya, lalu beberapa detik kemudian mengerling nakal pada para maid yang memang mendengar obrolannya dengan Saint. Para maid itu hanya bisa berdoa agar mereka selamat dari semua tingkah absurd kekasih tuannya itu.

"Memang kau mau tinggal dimana lagi? Atau kau ingin pulang ke-"

"Tidak! Aku suka disini. Tidak ada yang akan berteriak padaku lagi jika aku ada disini."

Pin menggoyang-goyangkan kakinya, masih dengan tangannya yang merangkul leher Saint. Bibirnya yang mengerucut lucu, membuat Saint gemas dan hanya tersenyum melihatnya. Tangan Saint yang bebas, sedari terus mengusap-usap paha Pin, dan sang pemilik tidak merespon apapun, seolah sudah terbiasa dengan hal itu.

Sugar Baby (SonPin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang