15 akting

527 76 11
                                    

Sorry for typo!


*************




Sebuah mobil Hyundai memasuki pelataran rumah mewah yang sudah ramai dengan orang-orang berjas hitam di halamannya. Semua orang membungkuk hormat ketika seseorang berparas rupawan keluar dari dalam mobil itu, wajah tegas dan tatapan dinginnya tidak mengurangi poin sempurna dalam sosok itu. Justru sebaliknya, dengan sifatnya itu banyak klan yang tunduk dibawah kakinya.

"Apa jadwal hari ini?"

"Tidak ada, kau bisa bersantai sampai 2 hari kedepan."

Mean menjelaskan seraya berjalan mengekori langkah kaki sahabat sekaligus atasannya itu.

"Dimana Title?"

"Dia sedang memberi makan anak kucing liar." sarkas Mean, dan Saint sedikit terkekeh mendengar ucapan Mean.

"Kau sudah menemukan siapa yang melindungi pria itu?"

Pertanyaan Saint, membuat Mean mengerutkan dahinya, namun detik berikutnya Mean paham siapa yang dimaksud atasannya itu.

"Dia salah satu anggota dari Dark Phoenix, tidak kusangka masih ada yang menjadikan profesi itu sebagai kedok." Mean menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya aku juga harus mengintrogasi Title." seringai muncul di sudut bibir Saint.

Sedangkan Mean hanya mengedikkan bahunya acuh, dia hanya heran kenapa juga Title sampai harus membunuh pria yang sudah menculik Pin, padahal Saint sendiri hanya memerintahkan untuk membawa Pin kembali ke mansionnya.

"Apa menurutmu dia menyukai mainanmu?"

"Mungkin!" jawab Saint santai.

"Kau tidak keberatan?"

"Kenapa harus? Jika aku bosan, aku bisa membuangnya." Saint mengedikkan bahunya acuh.

"Kupikir kau tidak akan melakukan hal itu. Jika memang iya, kau bosan, dia tidak mungkin ada lagi di rumah ini. Kurasa kau mulai tertarik pada bocah kurang ajar itu."

Saint tertawa mendengar ucapan Mean, dia hanya belum menyadari apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap Pin, selain rasa kesalnya dan rasa ingin menghukum remaja begadulan itu. Sungguh, Saint merasa pusing karena remaja itu berhasil mengacaukan hidupnya yang selama ini datar.

*******

Pin kembali duduk di lantai dingin ruangan tanpa ventilasi itu, padahal sebelumnya dia sempat tidur di salah satu kamar dengan ranjang empuk yang dia rindukan selama beberapa hari. Hanya karena kedatangan Saint kembali ke mansionnya, kini dia kembali di perlakukan seperti seekor hewan peliharaan.

Pipi itu menggembung lucu dengan mimik wajah yang terlihat sedih, juga sedikit air mata di pelupuk matanya. Remaja itu berusaha mengambil hati seseorang yang kini sudah berdiri di hadapannya. Memegang tali collar yang terpasang di lehernya, kedua tangannya bertumpu di atas lantai dengan kaki tertekuk ke belakang.

"Kau tidak terlihat menyedihkan."

Saint berjongkok di depan Pin menepuk pipi tembamnya cukup kencang. Smirk itu tidak terlihat bersahabat sama sekali, apalagi tatapan tajam Saint yang tiba-tiba saja mencengkeram dagu lancip itu erat.

"Dad-dy~ "

"Ssstt~ kucing tidak bisa bicara, dia hanya bisa mengeong."

Bungkam, Pin tidak lagi mengeluarkan suaranya, dia begitu dongkol karena disamakan dengan kucing. Tampak dari raut wajahnya yang terlihat tidak suka jika Saint menyebutnya kucing.

"Kau tidak suka ku sebut kucing hm?"

Kepala itu mengangguk, lalu membuang muka ke arah lain ketika Saint ingin menatap lagi matanya. Saint mendengus kecil, kemudian kembali berdiri, menarik dengan kasar tali di tangannya yang terhubung dengan leher Pin, membuat remaja itu mau tidak mau ikut tertarik akibat ulahnya.

Sugar Baby (SonPin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang