17 Teman baru?

547 76 5
                                    

Sorry for typo!

Chapter ini aman dari bulan gosong. Wkwkwkwk
Makanya aku up siang.
Selamat membaca~


**************




Minggu ketiga pasca penculikan Pin, dan mansion itu masih sepi, hanya beberapa penjaga yang telah kembali ke posisi masing-masing di mansion. Pin bosan, dia sudah ingin kabur dari sana mungkin hanya untuk sekedar jalan-jalan atau kembali ke rutinitas awal. Berangkat pemotretan majalah atau syuting beberapa produk iklan. Sayangnya tawaran itu beberapa kali harus ditolak oleh Plan, karena Pin tidak bisa keluar dari rumah sang papa gula.

Ponsel masih di genggaman, dan hanya itu satu-satunya alat komunikasi yang bisa menghubungkan Pin dengan Bas teman sekolahnya atau dengan Plan sang kakak, yang kini tiba-tiba saja menjabat jadi manajernya. Salahkan Pin yang suka sekali bergonta-ganti asisten pribadinya, hanya karena bosan melihat wajahnya. Terdengar kurang ajar, tapi dia memang seperti itu.

"Apa paman itu belum pulang?" Bas dari balik sambungan video call nya bertanya dengan mendekatkan wajahnya yang bulat itu ke arah kamera.

"Belum! Setelah meniduriku dia pergi begitu saja. Ck, dasar pak tua kelebihan hormon!" Pin menggerutu setelahnya melahap habis strawberry cheese cake di piringnya.

"Hei~ jangan makan terus, kau bisa bulat sepertiku! Lalu image mu untuk menjadi model terkenal akan runtuh!"

"Persetan! Aku bisa minta apapun pada pak tua itu, seperti membalikkan telapak tangan. Itu mudah."

"Haiishh! Kau ini benar-benar– kupikir kau ingin jadi model terkenal karena itu impianmu, bukan karena uang ai Pin!"

"Ya itu impian ku, tapi bagaimana bisa aku mewujudkannya jika aku terkurung di kandang emas ini? Kau tahu! Bahkan di luar kamar ini ada bodyguard yang lebih menyeramkan daripada pria bermuka datar yang sering membuntutiku. Sekali tarik, bisa patah tanganku."

"Kau berlebihan!"

"Aku serius!"

"Persetan!"

"Terserah jika tak percaya!"

Hening, tidak ada yang bicara, tapi panggilan video itu tidak terputus. Bas sedang memakai masker wajah, dan Pin kembali mengambil cemilan yang ada di kamarnya. Sungguh, pipinya semakin mengembang dan terlihat semakin menggemaskan. Tapi sepertinya remaja itu tidak lagi peduli dengan penampilannya, dia pikir akan segera menurunkan berat badannya jika dia bisa keluar dari sangkar emasnya ini.

Suara deru mobil memasuki halaman mansion terdengar olehnya, tanpa persetujuan dari lawan bicaranya, Pin memutuskan sambungan itu secara sepihak. Dia berlari ke arah balkon kamar melihat mobil siapa yang memasuki mansion.

Ada sekitar 8 mobil yang terparkir di halaman luas itu, dan salah satunya adalah milik sang pimpinan. Wajah putih itu tampak lelah, namun masih terlihat ketegasan di sana, sehingga siapapun yang melihatnya akan menunduk untuk menghormatinya. Well~ itu hanya berlaku untuk para bawahannya saja, berbeda dengan remaja yang sudah bersiap akan melompat dan menggigit pria itu karena mengurungnya. Tapi sepertinya niatan itu ia urungkan ketika melihat seseorang berdiri di belakangnya.

"Waah~ mainan baru." bibir kemerahan itu mengulas senyum tipis, menatap penasaran pada pemuda di belakang sang sugar Daddy.

Pin memilih kembali masuk ke dalam kamar, setelah dia tak lagi melihat siluet orang yang ia perhatikan sejak tadi. Memasuki kamar mandi dan bersiap menyambut kedatangan Saint yang mungkin sebentar lagi akan memasuki kamarnya.

*********

"Apa dia keluar selama aku tidak ada?"

"Tidak tuan."

Sugar Baby (SonPin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang