Zhang Zhehan meninggalkan meja bar sejenak lantas kembali dengan novel tebal bersampul hitam. Meletakkan benda itu tepat di depan Gong Jun, ia seakan-akan berusaha mengatakan lewat tatapan matanya 'mari kita review novel ini hingga tuntas'.
"Enam pembunuhan," Zhang Zhehan berkata, menunjuk novel sekilas.
"Bukan enam," Gong Jun meralat.
"Tapi lima pembunuhan."Zhehan terpaku sesaat, seolah baru sadar dari sesuatu.
"Ah ya, lima pembunuhan. Semua korbannya adalah wanita. Menurutmu apa motif si pelaku?"
"Balas dendam," Gong Jun menjawab penuh percaya diri. "Aku sudah jelaskan dalam buku itu walaupun secara implisit."
"Balas dendam terhadap siapa?"
"Terhadap wanita pada umumnya. Jika kau benar-benar membaca novelku di situ tertulis bahwa para korban disiksa sebelum dibunuh. Selain itu, pelaku mencukur rambut semua korban. Untuk sampai hingga ke tahap itu apa lagi selain balas dendam dan kebencian?"
"Mungkin saja. Tapi motif yang sebenarnya tidak dijelaskan dalam novelmu. Dengar, aku sangat tertarik dengan psikologi, kita akan bicarakan tentang novelmu. Tapi mari kita bersulang terlebih dulu."
Zhehan menoleh pada Zhou Ye yang tengah mengamati satu lukisan di dinding.
"Nona Zhou ye, kenapa tidak bergabung dengan kami?"
"Aku sedang menikmati lukisan indah ini. Impressionist," Zhou Ye menyahut tanpa mengalihkan tatapan pada lukisan.
"Selera yang bagus bukan?" Zhehan menanggapi.
"Hmm, ini mengingatkanku pada lukisan di rumahmu, Jun. Sepertinya kau dan pemilik villa memiliki selera yang sama," Zhou Ye berkomentar lagi.
Gong Jun melirik sekilas tetapi tidak mengatakan apa pun. Di pihak lain, Zhehan tersenyum misterius.
"Kau benar, Nona. Kemarilah ... "
Begitu Zhou Ye menoleh, ia mendapati sinar mata Zhehan membidik tajam membuat gadis itu sedikit tegang. Dia berjalan mendekati meja bar. Zhehan menyerahkan satu gelas anggur yang segera diterima gadis itu.
"Anggur membuatmu jujur," ujar Zhang Zhehan.
"Cheers!"
Mereka mengangkat gelas anggur, masing-masing meneguknya hingga setengah.
"Mr. Jun, dari sisi psikologi ada kekurangan dalam novelmu. Motivasi si pembunuh tidak jelas." Zhehan meletakkan gelas di meja, gerakannya lambat dan tenang.
"Novelku thriller kriminal, bukan psikologis. Jelas motifnya balas dendam. Tak ada pembaca yang bermasalah dengan itu."
"Aku punya pendapat. Pembunuhan dalam novelmu didasarkan pada kisah nyata. Mungkin pembunuh seperti itu ada di lingkungan tempat tinggal kita. Jika motifnya balas dendam, kau harus membuatnya lebih jelas agar pembaca bisa lebih waspada."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐍𝐎𝐕𝐄𝐋𝐈𝐒𝐓
FanfictionBagaimana jika kau menulis sebuah kisah pembunuhan dan sang pembunuh tiba-tiba muncul di hadapanmu? Suatu malam di akhir pekan, Gong Jun mengajak Zhou Ye, kekasihnya ke sebuah villa terpencil di perbukitan. Di sana keduanya menemukan sebuah misteri...