Dalam tidurku, aku melihat lagi semuanya. Seperti sebuah layar yang memutar film. Satu keping ingatan melayang-layang di alam bawah sadarku, membawaku pada satu masa yang jauh, yang pernah terlewatkan, dan sangat berpengaruh besar. Serangkaian adegan mengerikan yang menyesakkan dada.
Malam itu akan menjadi malam berhujan seperti biasa dan selalu berkepanjangan. Aku sendiri dalam mobil sewaktu ibuku melangkah keluar dalam cuaca buruk, mengembangkan payung hitam dan bergegas menuju sebuah rumah yang tersaput kabut sekitar beberapa meter dari tepi jalan perbukitan yang suram dan sepi.
Kutatap sosoknya yang berlalu menembus kabut. Aku tidak tahu siapa yang ingin dia temui dan untuk alasan apa. Kuawasi sekelilingku, hanya ada pohon-pohon raksasa berjajar di jalan yang lebar dan hitam, pohon-pohon berbonggol dan gelap, lebat dan kuno.
Entah berapa lama aku diam di mobil. Aku mulai kedinginan. Kaca berembun membuatku semakin merasa terkurung dalam ruang tertutup yang gelap.
Aku benci hujan yang begitu dekat di atas kepalaku. Betapa lebih buruknya perasaanku ketika hujan, dan mobil itu lembab dan dingin, tidak ada apa-apa selain kesuraman yang menyedihkan dan wajahku sendiri mati yang membayang di kaca spion. Kilatan cahaya menyambar di langit, mencekik pikiranku, membuatku bingung dan ketakutan.
Tak ada bayangan ibuku, kemudian aku memutuskan untuk turun dan menyusulnya. Urusan apa yang membuat ibu tak bisa membawaku ke dalam sana serta melupakanku dalam mobil gelap di bawah hujan deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐍𝐎𝐕𝐄𝐋𝐈𝐒𝐓
FanfictionBagaimana jika kau menulis sebuah kisah pembunuhan dan sang pembunuh tiba-tiba muncul di hadapanmu? Suatu malam di akhir pekan, Gong Jun mengajak Zhou Ye, kekasihnya ke sebuah villa terpencil di perbukitan. Di sana keduanya menemukan sebuah misteri...