Page 10

338 89 3
                                    

Setiap kisah punya awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kisah punya awal. Tapi yang mana awal kisah kita?
Saat kita lahir? Saat diberi kesadaran penuh?
Atau mungkin jauh sebelum itu.
Dan apa yang kita alami saat ini mungkin adalah warisan orang tua atau generasi sebelumnya.

Ada lampu gantung spektakuler berwarna keemasan, berbayang-bayang, rantai yang ditanam di langit-langit, seakan bergoyang, bergelombang dan nampak rapuh. Satu buah jam dinding indah paduan warna perak dan emas dalam angka-angka romawi berukuran besar. Itu seperti jam dengan mesin rusak karena jarumnya nampak menggeletar. Dinding sewarna gading, halus, dan menyilaukan. Mungkin efek pantulan cahaya dari arah lain. French window yang terbuka membingkai pemandangan langit pucat. Semua objek nampak bergerak dalam mode slow motion. Apakah seluruh dunia memang bergerak, ataukah mata seseorang yang tidak terfokus, dan belum sepenuhnya sadar.

Gong Jun menggoyangkan kepala lembut, melebarkan kedua matanya dengan susah payah. Berjuang menangkap objek-objek bergerak di sekitarnya. Tidak lama setelah ia berhasil memfokuskan seluruh indera, dia menyadari bahwa ruangan ini baik-baik saja. Kepalanya pusing dan tubuhnya lemas dengan rasa sakit ilusi di bagian lambung sebelah kiri. Rasa sakit itulah yang membuat penglihatannya berbayang-bayang.

Kamar tempatnya berbaring sama sekali asing. Dia tidak tahu di mana ia berada.

Gong Jun mengerang perlahan, tangannya bergerak menyentuh bagian perut. Ada perban di sana, serta rasa nyeri hebat yang sesekali berdenyut.

"Kau sudah sadar?" sebuah suara mengalun dari satu sisi ruangan, timbul tenggelam seolah terbawa angin.

"Di mana aku?" adalah pertanyaan pertama yang diajukan Gong Jun. Sama sekali tidak berminat mencari tahu siapa yang bersuara.

"Selamat datang di Glenn Manor, rumah tempat tinggalku. Kini menjadi tempat tinggal kita."

Satu bayangan bergerak, melalui sudut matanya, Gong Jun bisa mengenali orang itu sebagai Zhang Zhehan. Pria misterius yang mengacaukan acara akhir pekannya dan membuat keributan dengan menyusup di villa miliknya serta melakukan tindak pembunuhan mengerikan. Kembali rasa sakit pada kepala dan sebagian tubuhnya mendera, menumpulkan kemampuannya mengkoleksi berbagai ingatan.

"Kupikir aku sudah mati," gumam Gong Jun, memejamkan mata.

"Tidak akan kubiarkan kau mati dengan mudah," Zhehan berdiri di tepi ranjang, menyentuh leher Gong Jun, bersikap seperti seorang perawat yang baik.

"Demammu sudah turun. Dokter itu melakukan tugasnya dengan baik," ada kepuasan dalam suara halusnya.

Adegan dalam villa pada tengah malam itu tiba-tiba melintas di belakang kepala Gong Jun. Kemudian suara letusan pistol. Tembakan yang tanpa sengaja diarahkan Zhou Ye padanya.

𝐓𝐇𝐄 𝐍𝐎𝐕𝐄𝐋𝐈𝐒𝐓 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang