Seberapa cepat dan seberapa besar kepercayaan yang dibangun selama beberapa bulan dapat runtuh. Dia perlu yakin. Zhou Ye menyadari dia perlu melihat ponsel Gong Jun. Dia tak menyangka ternyata sepanjang perjalanan, Jun selalu menyimpannya, atau setidaknya di dekatnya. Dan dia tidak tahu mengapa. Zhou Ye baru menyadari bahwa dia bahkan tidak bisa menebak jalan pikiran Gong Jun. Namun tiba-tiba dia yakin bahwa jika dia bisa melewati malam ini dengan selamat, dia akan menemukan kebenaran, dan kemudian dia akan tahu apa yang dia hadapi.
Cahaya dari layar ponsel yang baru saja dinyalakan memantul di permukaan mata gelap Gong Jun. Sedetik kemudian ia menatap Zhou Ye, kedua mata nanar mereka sama-sama saling menusuk, mencari jawaban dari ragam situasi membingungkan saat ini.
"Kau melarangku dan kau malah membawa ponsel?" Ekspresi Zhou Ye kosong, ia sudah tak mampu lagi membedakan siapa yang berkata benar dan siapa yang berbohong. Dia hanya merasa jadi orang yang paling bodoh malam ini.
"Mari kita bahas itu nanti," tukas Gong Jun, nadanya mendesak. Dia menggulir ponsel, menyalakan kamera untuk kemudian menempatkannya di meja tepat di depan si pria cantik penyusup. Kamera ponsel siap merekam dan ia hanya tinggal mengancam Zhehan agar mau bicara.
"Katakan kenapa kau kemari?!" Gong Jun bertanya tegas pada Zhehan. Menggelengkan kepala dengan gaya menyebalkan, Zhehan bergumam samar,
"Jadi kau ingin membuat film? Konyol!" Dia mendesah bosan."Katakan saja! Kenapa kau kemari, jangan berlagak seolah-olah kau jenius yang selalu bisa melarikan diri."
"Aku hanya ingin mengunjungi villa penulis favoritku. Selain itu, aku tidak melakukan apa pun," memutuskan untuk bermain-main sebentar lagi, Zhehan menjawab pertanyaan Gong Jun.
"Niatmu mencuri dan menjebakku bukan?"
"Tidak. Ah, apa lagi yang harus kukatakan?" Zhehan menggeleng, sesekali ia melirik pada Zhou Ye, lantas pada kamera ponsel.
"Bohong! Siapa gadis itu?" Mata Gong Jun berkaca-kaca, kesal dan marah tak terbendung.
"Gadis mana?"
"Mayat di rubanah!"
Gelengan kepala lagi. "Aku tak tahu."
"Sudah berapa orang yang kau bunuh?!"
"Tidak ada."
"Jun, hentikan!" Zhou Ye mengintrupsi. Dia tidak bisa memahami permainan apa ini.
"Sudah berapa lama kau berada di villaku, dan apa yang kau cari?" Gong Jun bahkan tidak menoleh pada Zhou Ye dan masih fokus pada interogasi yang sudah bisa dipastikan tak akan berhasil.
"Jun, mengapa kau ajak aku kemari?" meski tahu tidak ditanggapi, Zhou Ye masih mencecar kekasihnya dengan pertanyaan.
"Kau membunuh wanita itu!" cecar Gong Jun.
"Tidak. Justru kau yang mencurigakan. Kau punya pistol," Zhehan menjawab datar.
Zhou Ye sekali lagi tersesat dalam kebingungan yang menyakitkan kepalanya. Gong Jun mengakui dia pemilik pistol, dan ada mayat di rubanah. Villa ini miliknya, juga cara wanita itu tewas sangat mirip dengan ilustrasi di novelnya. Kemudian ada Zhehan. Pria misterius yang ketenangannya menakutkan, dia memiliki aura psikopat tetapi tak ada bukti yang bisa menjeratnya. Jika mereka memanggil polisi saat ini, Gong Jun pun tidak akan bisa lolos dengan mudah. Entah mengapa kejadian ini seolah saling menjerat dan terikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐄 𝐍𝐎𝐕𝐄𝐋𝐈𝐒𝐓
FanfictionBagaimana jika kau menulis sebuah kisah pembunuhan dan sang pembunuh tiba-tiba muncul di hadapanmu? Suatu malam di akhir pekan, Gong Jun mengajak Zhou Ye, kekasihnya ke sebuah villa terpencil di perbukitan. Di sana keduanya menemukan sebuah misteri...