"Selesai juga meeting hari ini," gumam Frans.
Memang serentetan meeting memenuhi jadwal kerja Frans. Ia harus membereskan pekerjaan agar tidak menyulitkan manajer baru. Ia juga harus menyiapkan sejumlah program kerja kepada para karyawan yang ditinggalkan untuk menyelesaikan apa yang sudah berjalan. Seperti hari itu, ia baru menyelesaikan meeting saat malam sudah tiba.
Setelah merapikan berkas-berkas di atas meja, Frans beranjak meninggalkan kursi. Lampu ruangan dimatikan dan dengan langkah pelan ia berjalan ke luar gedung. Hanya beberapa karyawan operasional yang masih meneruskan pekerjaan hingga malam. Security yang berdinas malam pun, menyapa dan membukakan pintu untuknya.
Saat tiba di pelataran parkir, Frans melihat seseorang sedang duduk di kap mobil.Wajah itu tidak ia kenali. Ada pikiran curiga dengan sikapnya yang kurang ajar itu. Namun, Frans terus berjalan mendekati.
"Maaf, ini mobil saya. Saya mau ke luar."
Dengan suara datar, Frans memberi tahu orang itu saat sudah berada di dekat mobil. Ia memasukkan kunci untuk memuka pintu sambil menahan perasaan marah.
Ternyata orang itu hanya diam. Dengan satu kaki yang terangkat, ia kelihatan tidak memedulikan ucapan Frans.
"Baiklah. Kalo memang ingin ribut sama saya, ayo!" gumam Frans.
Lalu dengan pelan, dibukanya pintu mobil dan masuk ke dalam. Saat men-starter mobil, ia melihat orang itu beranjak turun dan berjalan menjauh. Frans mengembuskan napas panjang. Sejak tadi, ia sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
"Siapa orang itu? Apa maksudnya tadi? Mau cari cari ribut atau cuma iseng?"
Frans terlihat tidak habis pikir dengan sikap orang yang duduk di kap mobilnya tadi. Ia bertanya pada diri sendiri atas kejadian itu. Perlahan kendaraan pun diarahkan meninggalkan pelataran parkir kantor. Jalanan malam yang lengang, mulai menurunkan amarah yang sempat naik tadi. Frans pun mengendarai dengan kecepatan sedang.
Sesampai di rumah, Tina menyambut dengan cium saat membuka pintu. Frans membalas ciuman sambil memeluk erat. Ada rasa lega di sikapnya itu karena telah tiba dengan selamat.
"Selamat malam, Sayang. Masak apa hari ini?"
Tina yang menggelayut dengan melingkarkan lengan ke leher, memonyongkan bibir mendengar pertanyaan sang suami. Ia terlihat berpura-pura sedang berpikir. Sambil kemudian mengambil tas kerja Frans dan menggandeng jalan ke dalam rumah, ia masih terlihat berpura-pura sedang mengingat.
"Ehm ... semur hati, pare tumis dan udang asem manis deh kayaknya. Enak lho, Sayang!"
Tina menjepitkan jari telunjuk dan jempol di bibir, berbicara sambil memandang Frans yang kemudian duduk di sofa, melepas sepatu. Lalu, diambilnya sepatu yang dilepaskan itu dan diletakkan di rak.
"Wow, masa, sih? Ya, enak dong. Mau, mau. Mana, Sayang?"
Sontak Frans bertanya. Matanya membelalak dan bergegas berjalan menuju meja makan. Tina segera menyendokkan nasi ke piring dan memberikan kepada Frans. Lalu, dituangkan air putih.
"Enak nih," suara Frans terdengar menggumam.
Diciumnya aroma semur di mangkok sebelum sendok mengambil daging dan gulai. Tina duduk di samping menemani makan.
"Capek, sayang? Beres meeting hari ini?" tanya Tina sambil satu tangannya memijit-mijit paha Frans.
"Beres, Sayang. Aku cuma harus membereskan beberapa hal saja mengenai operasional," jawab Frans sebelum menyendokkan nasi ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Mystery / ThrillerWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...