"Pesan dari Firda," gumam Frans.
Sambil menikmati lampu-lampu jalan yang mulai menyala dengan duduk santai di dalam taksi yang mengantar pulang, Frans membalas pesan Firda yang masuk. Pemilik rumah yang ditawarkan Firda, mengajak bertemu. Harga yang ditawarkan pun lumayan murah. Frans sungguh bergembira. Semua berjalan dengan baik.
Sesampai di depan pintu rumah, Frans langsung mengetuk. Saat dibuka, Karin yang berteriak kegirangan langsung memeluk. Tina berdiri disamping Karin mengembangkan tangan hendak memeluk. Sejenak Frans menjelaskan bahwa semua telah diurus dengan baik. Karin langsung menarik tangan ayahnya masuk ke dalam.
Saat menutup pintu, sekilas mata Frans melihat sebuah bayangan hitam berjalan dari samping rumahnya menuju jalan raya. Namun, hal itu tidak begiu dipedulikan. Gelap mulai turun menyelimuti kota itu.
---
"Tentukan saja besok siang ketemu."
Seorang wanita yang sedang menerima telepon, berdiri menghadap jalan. Tangan kirinya menggenggam telepon yang ditempelkan ke telinga. Sesaat ia diam mendengarkan suara di ujung sambungan.
"Ya. Terserah kamu jam berapa."
Lanjut katanya sambil merapikan rambut. Ia berhenti berjalan. Dipandangi sebuah pusat perbelanjaan di seberang jalan. Suara dari dalam telepon yang sedang ia dengarkan itu, seperti serius. Wajahnya mengernyit.
"Aku hanya mau, dia jadi menyewa rumah itu. Kamu akan mendapat uangnya. Mengerti?"
Suara perempuan itu terdengar seperti mengultimatum. Lalu, ditutupnya telepon. Sambil menoleh ke kanan-kiri, ia melangkah menyeberang jalan.
---
"Meeting-nya sampe sore, Sayang. Lanjut makan malam. Aku gak sempat ke mana-mana," kata Frans sambil berbisik.
Tangannya mengelus-elus rambut Tina. Tina yang berbaring menyandarkan kepala di dada Frans mencoba meregangkan tubuh.
"Rumah yang mau disewa itu, Sayang?" tanya Tina kemudian.
"Teman kantor yang jadi perantara, mengatakan besok yang punya rumah itu akan datang. Mungkin dia nanti ngajak ketemuan," jawab Frans.
Tangan yang semula mengelus rambut Tina perlahan berpindah ke punggung. Ujung-ujung jari sengaja digesek-gesekkan ke kulit punggung istrinya itu. Kulit yang halus itu seketika berwarna merah.
"Aaagh," desahnya pelan.
Tina mendesah saat ujung kuku Frans menggores kulit. Mata terpejam, lalu tali pakaian tidur di bahu Tina digeser ke samping sehingga kulit punggung yang putih itu terbuka lebar. Tina beringsut membiarkan Frans menggeser tali pakaian tidurnya sampai ke bawah.
Diangkatkan lengan agar dapat keluar dari tali di bahu. Frans terus meloloskan pakaian tidur dari kain satin itu ke bawah sampai ke pinggul Tina. Kembali digaruk-garuk pelan kulit tubuh istrinya itu.
"Aaagh."
Tina kembali melenguh pelan. Kepala masih bersandar di dada Frans. Tangan Frans kini menjelajah lebih jauh ke bawah. Bulatan pantat istrinya itu dielus dan diremas. Bergantian. Lalu, sesekali ujung kuku juga menggores kulit bongkahan pantat yang sekal itu. Tina menggelinjang saat goresan ujung kuku itu menyentuh bagian dalam bulatan pantat. Sambil beringsut, Tina menaikkan kepala. Mencari bibir Frans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Sang Pengagum Rahasia
Mystery / ThrillerWarning: Cerita Dewasa Perempuan Sang Pengagum Rahasia --- Sepasang suami istri pindah ke rumah baru. Rumah itu sudah tua. Salah satu tetangga mereka diam-diam memperhatikan keluarga ini. Dengan bersikap ramah terhadap Karin, anak Frans dan Tina, t...